Membedakan Dua Yahya bin Sa’id

Majalah Nabawi – Karena beliau-beliau tidak semasyhur dua Sufyan, maka ringkas saja pembahasannya. Mari mulai dengan dua Yahya karena kasusnya mirip: yang satu lebih senior dari yang lain. Yahya bin Sa’id al-Anshari (w. 143 H.) lebih dahulu masanya daripada Yahya bin Sa’id al-Qatthan (120-198 H.). Lagi-lagi kita cek di Sunan an-Nasai. Kaidahnya sama: satu tingkat rawi antara Imam an-Nasai (215-303 H.) dan Yahya bin Sa’id, maka yang dimaksud adalah al-Qatthan. Dua tingkat rawi atau lebih antara keduanya maka al-Anshari. Hanya ada satu pengecualian, yaitu dalam hadis ke 773 Kitab al-Qiblah bab as-Salah fi as-Syi’ar. 


أَخْبَرَنَا  عَمْرُو بْنُ مَنْصُورٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا  هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا  يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا  جَابِرُ بْنُ صُبْحٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ  خِلَاسَ بْنَ عَمْرٍو  يَقُولُ : سَمِعْتُ  عَائِشَةَ  تَقُولُ :  كُنْتُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو الْقَاسِمِ فِي  الشِّعَارِ  الْوَاحِدِ، وَأَنَا حَائِضٌ طَامِثٌ، فَإِنْ أَصَابَهُ مِنِّي شَيْءٌ غَسَلَ مَا أَصَابَهُ، لَمْ يَعْدُهُ إِلَى غَيْرِهِ، وَصَلَّى فِيهِ، ثُمَّ يَعُودُ مَعِي، فَإِنْ أَصَابَهُ مِنِّي شَيْءٌ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ، لَمْ يَعْدُهُ إِلَى غَيْرِهِ.

Telah mengabarkan kepada kami ‘Amr bin Manshur dia berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abdul Malik dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dia berkata; telah menceritakan kepada kami Jabir bin Shubh dia berkata; aku mendengar Khilas bin ‘Amr berkata; aku mendengar ‘Aisyah berkata; “Aku pernah tidur bersama Rasulullah Saw -alias Abu al-Qasim- dalam satu selimut. Sedangkan aku sedang haid. Jika beliau terkena sesuatu dariku, maka beliau membasuh tempat yang terkena tadi dan tidak melebihinya, kemudian beliau salat dengan selimut tadi. Lalu beliau kembali lagi, dan jika beliau terkena sesuatu dariku maka beliau melakukan hal seperti sebelumnya dan tidak melebihinya, lalu salat dengan selimut tersebut.”

Yahya bin Sa’id yang dimaksud dalam sanad ini adalah al-Qatthan meskipun antara beliau dengan Imam an-Nasai terdapat dua tingkat rawi. Selebihnya, kaidah tetap berlaku.

Membedakan Dua Muhammad bin Manshur

Oke, lanjut ke Muhammad bin Manshur. Kaidah akan berbeda karena beliau berdua satu masa. Yang satu al-Makki (w. 252.), satu lagi ath-Thusi (w. 254 H.). Seharusnya ini tidak mudah karena beliau berdua sama-sama gurunya Imam an-Nasai juga muridnya Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H.). Lihat di hadis ke 3654 Sunan Abu Daud kitab al-‘Ilm bab fi Sard al-Hadis. Di sana ath-Thusi meriwayatkan dari Sufyan bin ‘Uyainah. Lihat di hadis ke 2476 Sunan an-Nasai kitab az-Zakah bab Zakat al-Wariq. Di sana Imam an-Nasai meriwayatkan dari ath-Thusi. Lihat di banyak hadis dalam Sunan an-Nasai. Di sana al-Makki meriwayatkan dari Sufyan bin ‘Uyainah seperti hadis ke 21, 86, 99, 125 dan masih banyak lagi.

Kaidah yang berlaku untuk membedakan dua Muhammad bin Manshur adalah, jika ia meriwayatkan dari Sufyan tanpa disebut Ibn ‘Uyainah, maka ia adalah al-Makki. Jika disebut cukup lengkap, Sufyan bin ‘Uyainah, maka ia adalah ath-Thusi. Lihat ini misalnya dalam Sunan Abu Daud di atas.

Atau, untuk lebih spesifik dalam Sunan an-Nasai, maka kaidah yang berlaku adalah: Muhammad bin Manshur yang meriwayatkan dari Sufyan, maka ia adalah al-Makki. Sementara yang meriwayatkan dari selain Sufyan, maka ia adalah ath-Thusi. Ini terjadi karena Sufyan bermukimnya di Makkah sama dengan Muhammad bin Manshur al-Makki. Ini jauh dari Muhammad bin Manshur ath-Thusi yang bermukim di Bagdad. Meskipun begitu, Sufyan juga pernah bermukim di Kufah yang dekat dengan Bagdad. Apalagi di antara tradisi ulama hadis waktu itu adalah melakukan perjalanan ilmiah mencari riwayat hadis. Wallahu a’lam.

By Nurul Mashuda

Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences