Majalahnabawi.com – Sebelum masuk ke pembahasan tentang hebatnya karya Imam Ibnu Atsir, lebih baik kita kenali dulu siapa penemu karya hebat yang mendunia itu. Beliau adalah al-Mubarak bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdul Wahid al-Saibani al-Jazari, lebih dikenal dengan Ibnu Atsir. Atsir adalah gelar kepada orang tuanya yaitu Abi Muhammad bin Abdul Karim.

Sejarawan kontemporer sepakat bahwasanya Imam Ibnu Atsir lahir tahun 544 H di Jazirah Ibn Amr, wilayah yang sekarang  menjadi bagian dari Turki di perbatasan antara Turki dan Irak. Beliau meninggal pada tahun 606 H di usia 62 tahun.

Bicara tentang kehidupannya sejak kecil, beliau sudah aktif dalam dunia ilmu pengetahuan dengan penuh semangat. Ini sesuai dengan pengakuan beliau dalam mukadimah kitab Jami’ al-Ushul fi Ahadits al-Rasul, Sejak memasuki masa remaja dan beliau sangat tertarik untuk belajar ilmu agama, duduk bersama ulama dan berupaya sebisa mungkin untuk menyerupai mereka (para ulama). Wahh kayaknya udah jarang ya di zaman sekarang ini, lebih-lebih lagi kebanyakan anak kecil zaman now banyak yang terpengaruh dengan gadget, di mana lebih bayak mudharat dari manfaatnya.

Tetap Produktif meski Memiliki Keterbatasan Fisik

Dalam sejarah, beliau mengidap suatu penyakit yang akhirnya melumpuhkan fungsi anggota geraknya, dua tangan dan kakinya. Dampaknya, beliau pun tidak bisa lagi menulis sendiri. Untuk aktivitas yang memerlukan gerak banyak, beliau harus ditandu. Karena itu, beliau lebih sering berada di dalam rumahnya.

Meski mengalami hidup dalam keterbatasan secara fisik, hal itu tidak menghalangi beliau untuk mewariskan ilmu-ilmu bagi umat. Bahkan ternyata, kitab-kitab karangan beliau, kebanyakan tersusun saat beliau tak berdaya menghadapi penyakit yang dideritanya. Sehingga ada sebagian muridnya yang membantunya dalam menulis, di antara muridnya yang terkenal adalah Abu al-Hassan Ali bin Youssef al-Qifthy (w.646 H), Shehab Qusi Ismail bin Hamed (w. 653 H), Taj al-Din Abd al-Mohsen bin Mohammed Sheikh al-Bajrbaka.

Ibnu Atsir banyak berguru kepada banyak ulama yang tersebar di berbagai negeri. Di antaranya Abdul Wahab bin Hibatullah bin Abi Habbat al-Baghdadi (w. 554 H). Gurunya inilah yang membacakan Shahih Muslim dengan maushul. Selanjutnya Abi Bakar Yahya Da’dun al-Maghribi al-Qurthubi, Nasihuddin Abi Muhammad Said bin Mubarak bin Dahan al-Baghdadi, Abi Fadhil Abdullah bin Ahmad al-Thusi, Abdul Mun’im bin Abdul Wahab al-Harani, Abi Hazam Maki bin Rayyan al-Maksini Dharir dan Abdul Wahab bin Sukainah.

Karya-karya Imam Ibnu Atsir

Sejarawan mengatakan, Ibnu Atsir memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, pikiran, ketakwaan serta amal yang bagus. Beliau menggabungkan penguasaan bahasa Arab, ilmu Quran, Hadis dan Fikih, selain itu dia juga seorang penyair. Wahh hebat bukan?

Beliau seorang ulama Syafi’iyah. Karyanya yang besar, yang sekarang juga bertebar di Indonesia adalah kitabnya “al-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar”, yaitu suatu kitab besar 7 jilid, di dalamnya diterangkan hadis-hadis yang sulit artinya. Masih banyak lagi karangan beliau yang mendunia.

Nahh, ini nih yang bikin penasaran, Karyanya mendunia? Yaap di antaranya yaitu:

1. Jami’ al-Ushul fi Ahadits al-Rasul (Syarah hadis),

2. al-Syafi’i, Syarah Musnad al-Syafi’i,

3. al-Mukhtar fi Manaqib al-Akhyar,

4. al-Badi’i (Nahwu),

5. al-Insaf (Tafsir), dan lain-lain.

Pengertian Kitab al-Jami’

Menurut istilah ulama hadis, pengertian kitab al-Jami’ ada dua macam, yaitu:  Pertama, dilihat dari segi pokok kandungan hadis yang dihimpunnya, pengertian kitab al-Jami’ adalah kitab hadis yang disusun dan dibukukan oleh pengarangnya terhadap semua pembahasan agama. Di antaranya masalah iman, thaharah, ibadah, muamalah, pernikahan, sirah, riwayat hidup, tafsir, adab, fitnah dan lain sebagainya. Inilah yang membedakan antara kitab al- Jami’ dan kitab al-Musannaf. Karena hanya disusun berdasarkan permasalahan tertentu dan umumnya adalah mengenai persoalan fikih, sedangkan al- Jami’ lebih umum. Kedua, Dilihat dari segi sumber rujukan hadis-hadis yang dihimpunnya, pengertian kitab al-Jami’ adalah kitab yang menghimpun hadis-hadis yang berasal dari kitab-kitab hadis yang telah ada.

Umumnya, kitab al-Jami’ dimaknai dalam pengertiannya yang pertama yaitu kitab disusun berdasarkan bab dan mencakup hadits-hadits dari berbagai sendi ajaran Islam.

Kitab Jami’ al-Ushul fi Ahadis al-Rasul yang berisi beranekaragam persoalan. Dalam menulis kitab ini, Imam Ibnu Atsir berpegang kepada kitab-kitab yang dipegangi oleh fuqaha’ dan muhaddisin, seperti al-Muwatho‘, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tirmidzi, dan al-Nasai. Kitab-kitab ini sendiri lebih dimuliakan keshahihan periwayatannya. Kemudian Ibnu Atsir mengumpulkan hadis-hadis dalam kitab tersebut dalam satu karangan, dan disusun sesuai yang paling dekat manfaatnya.

Nah sekarang udah tau kan siapa Imam Ibnu Atsir dan karya-karya hebatnya yang mendunia? Semoga kita juga bisa mengikuti semangat beliau dalam berkarya meskipun dalam keterbatasan fisik. Kita yang sudah dikasih nikmat lengkap dan sehat yakin masih mau mengeluh dan gak semangat nyari lmu?