Enam Sebab Terjadinya Musibah Menurut Ali Mustafa Yaqub

Sebagai negara yang diapit oleh dua samudera besar dunia, Indonesia menjadi salah satu kawasan yang rawan bencana gempa. Pada 2004 lalu, gempa dan tsunami berhasil meluluhlantakkan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian di tahun 2018 beberapa kasus gempa dan tsunami kembali menyapa Indonesia.

Selain bencana alam, kini Indonesia juga sedang berduka dengan jatuhnya Pesawat Lion Air JT610 pada 29 Oktober 2018 lalu. Sayangnya ada sekelompok masyarakat yang tak segan-segan memvonis bahwa musibah tersebut adalah adzab dan murka yang diturunkan Allah Swt.

Sebagai manusia yang diberikan kemampuan berfikir oleh Allah Swt, sudah seyogyanya kita lebih bijak dan arif dalam menyikapi berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa musibah apapun yang menimpa umat Nabi Muhammad Saw terjadi karena salah satu dari enam perkara, yaitu:

Ujian Keimanan

Orang yang menyatakan diri beriman kepada Allah Swt tidak serta merta dibiarkan begitu saja, melainkan akan diberi ujian atas keimanannya. Misalnya, seorang mahasiswa tidak bisa dinyatakan lulus sebelum ia menuntaskan skripsinya. Begitu pula keimanan, seseorang belum dinyatakan beriman jika ia belum lulus dari ujian keimanan. Allah Swt berfirman:

الم . أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ . وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan “Kami beriman”, dan mereka tidak diuji?” Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti akan mengetahui orang-orang yang benar (dengan keimanannya) dan orang-orang yang berdusta. (QS. Al-Ankabut 1-3)

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu. (QS. Muhammad : 31)

Meningkatkan derajat keimanan

Semakin tinggi derajat seseorang di mata Allah Swt, maka semakin berat juga ujian yang akan menimpanya. Salah satu sahabat Nabi, Sa’ad bin Waqqash pernah bertanya mengenai orang yang paling berat cobaannya, Rasulullah Saw kemudian bersabda:

(إنّ أشدّ النَّاس بَلاءً في الدُّنْيا الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالحُوْنَ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ (رواه الطبراني

Orang yang paling pedih cobaannya di dunia adlaah para Nabi. Kemudian orang-orang shalih, kemudian orang-orang yang derajatnya dekat dengan mereka (HR Imam al-Hakim dan Imam at-Thabrani)

Dalam sejarah tertulis bahwa para Nabi dan Rasul diberikan ujian oleh Allah Swt, misalnya Nabi Ibrahim yang dibakar oleh raja Namrudz (QS. Al-Anbiya:57-70), Nabi Ayyub diuji dengan habisnya harta dan kematian yang merenggut hampir seluruh anggota keluarganya (QS. Shad:41), Nabi Yusuf yang dibuang saudaranya ke dalam sumur serta dimasukkan ke dalam penjara (QS Yusuf), Nabi Muhammad Saw diejek dan disakiti oleh kafir Makkah dan lain sebagainya.

Berdasarkan Hadis di atas, orang-orang yang diberikan ujian dan musibah paling besar adalah para nabi, kemudian orang-orang shaleh. Dengan demikian, semakin tinggi derajat seseorang, maka semakin besar pula ujian yang akan diterimanya.

Ujian yang diberikan oleh Allah kepada hambanya yang shaleh bukan bertujuan untuk menghinakannya, melainkan untuk menaikkan derajatnya. Dalam Hadis riwayat al-Bukhari dan Mulim, Nabi Saw bersabda “Tidaklah seorang muslim terkena duri, atau lebih dari itu, kecuali Allah mengangkat baginya satu derajat dan menghapuskan darinya satu dosa”

Bukti cinta Allah kepada hamba-Nya

Musibah yang diturunkan Allah Swt tidak selalu bermakna murka, adakalanya justru sebaliknya, yakni bukti cinta Allah Swt kepada hamba-Nya. Dalam Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal dan al-Thabrani dari Mahmud bin Labid, Rasulullah Saw bersabda “Ketika Allah Swt mencintai suatu kaum, Dia mengujinya (dengan memberinya musibah)”.

Tanda bahwa Allah Swt menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya

Kebaikan yang Allah berikan tidak selalu berbentuk nikmat, adakalanya berbentuk musibah, karena melalui musibah itulah Allah mengucurkan pahala kepada hamba-Nya serta menghapuskan dosanya. Pahala itu tentu saja diperuntukkan bagi hamba-Nya yang bersabar dalam menjalani musibah.

Dalam Hadis riwayat Thabrani, Nabi Muhammad Saw bersabda “Ketika Allah Swt menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia mengujinya dengan bala’ (musibah). Dan ketika Allah Swt menguji hamba-Nya, Dia memberatkannya”. Saat para sahabat bertanya maksud dari “memberatkannya”, beliau pun menjawab “Allah Swt tidak meninggalkan baginya keluarga dan harta”.

Teguran atau peringatan

Sebab lain diturunkannya suatu musibah adalah sebagai teguran atau peringatan, baik bagi yang tertimpa musibah maupun bagi orang lain.

Dalam Hadis riwayat Ibnu Hibban dari Ubadah bin al-Shamit, Rasulullah Saw bersabda “Tidak ada seorangpun dari kalian melanggar ketentuan (agama) kemudian disegerakan siksaannya (sebagai hukuman), kecuali siksa itu menjadi kafarah (penebus dosa). Dan siapa yang siksanya diakhirkan, maka urusannya dikembalikan kepada Allah Swt. Jika Allah Swt menghendaki, Dia merahmatinya (mengampuni kesalahannya). Dan jika Dia menghendaki, Dia akan menyiksanya.”

Dalam Hadis riwayat al-Hakim, nabi Muhammad Saw bersabda “Ketika Allah Swt menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka disegerakan baginya hukuman (di dunia ini) atas dosanya. Dan apabila Allah Swt menghendaki keburukan pada hamba-Nya, Dia tahan hukuman dosanya di dunia, sehingga disiksa-Nya pada hari kiamat”.

Siksa Allah Swt di dunia

Musibah yang diberikan Allah Swt bisa jadi merupakan siksa Allah Swt di dunia. Ketika kemaksiatan dan kejahatan merajalela, sedangkan tidak ada orang yang mencoba melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, maka siksa Allah Swt (musibah) akan menimpa mereka secara keseluruhan, baik orang-orang yang dzalim maupun orang-orang shaleh. Sebagaimana firman Allah Swt:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya (al-Anfal:25)

Perlu diketahui bahwa siksa (adzab) Allah terbagi menjadi dua, yaitu adzab isti’shal (pembinasaan hingga ke akar-akarnya) dan adzab musibah. Adzab isti’shal hanya diturunkan kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad Saw, sedangkan umat Nabi Muhammad Saw hanya diadzab dengan musibah saja.

Setiap orang telah Allah siapkan ujian baginya, ujian itu berbeda-beda, bisa melalui bencana alam, kecelakaan, kehilangan orang yang disayang, kehilangan harta benda dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tidak pantas bagi manusia yang memiliki keterbatasan untuk menghakimi bahwa ujian yang sedang menimpa saudaranya adalah adzab. Barangkali itu justru merupakan bukti cinta Allah kepadanya.

Wallahu a’lam bisshowab

Referensi : Buku “Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal” karya Prof. Dr. KH. ALi Mustafa Yaqub, MA

Similar Posts