Baru bulan kemarin kita telah kehilangan salah satu ulama yang sangat berpengaruh di Indonsia. Beliau adalah KH. Sholahuddin Wahid, seorang tokoh yang memiliki pemikiran yang luas dan visioner. Gus Sholah biasa di kenal banyak orang merupakan kelahiran Jombang pada tanggal 11 September 1942. Gus Solah, merupakan anak ke-3 dari 6 bersaudara dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Sholicah. Beliau adik salah seorang ulama terkenal dan mantan presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid atau yang biasa dikenal dengan sebutan Gus Dur. Gus Sholah menghabiskan masa kecilnya di Jakarta mengikuti ayahnya yang waktu itu ditunjuk menjadi Menteri Agama oleh presiden. Pendidikan dasarnya ia tempuh di SD KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi). Ketika kelas IV beliau pindah ke SD Perwari.

Pendidikan menengah dan atas beliau tamatkan di SMP 1 Cikini dan SMA Budi Utomo. Gus Sholah termasuk murid yang aktif semasa di sekolah. Selain itu beliau juga mengikuti beberapa organisasi seperti OSIS, Ansor maupun kepanduan. Meskipun beliau tidak tamatan pesantren secara formal, namun sebagaimana tradisi keluarga kiyai pada umumnya, Gus Sholah tidak pernah lepas dengan kitab-kitab kuning yang lazim dipelajari oleh santri.

Ketika ayah beliau KH Wahid Hasym masih hidup, pengajian kitab dibimbing oleh ayahnya langsung. Pasca wafat, ibunyalah yang istiqomah mengajarkan kitab-kitab. Gus Sholah juga belajar langsung dengan para ulama dan ustadz jembolan Tebuireng yang ada di Jakarta seperti akidah, fikih, hadis, dan ilmu agama lainya.

Setamat SMA tahun 1962, beliau melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Di sana beliau mengambil jurusan Arsitektur sampai bergelar insinyur. Semasa kuliah bakat berorganisasinya makin terasah. Dibuktikan dengan keterlibatanya di beberapa organisasi mahasiswa seperti senat mahasiswa dan PMII. Kemampuan komunikasi yang lincah dan ketajaman serta kecerdasan cara berfikir membuatnya menjadi organisatoris yang apik. Ditengah-tengah semangat kuliah, beliau menikah dengan Farida, putri mantan menteri agama KH. Saifuddin Zuhri. Namum beliau tetap menyelesaikan sampai akhir tahun 1979.

Pemikirannya yang moderat tapi juga moderen, beliau terhitung unik karena termasuk ulama yang memiliki integrasi pengetahuan agama dan umum. Sehingga beliau memiliki pandangan yang luas dan cara berfikir yang unik dalam melihat seuatu perkara. Terbukti ketika beliau menjadi pengasuh pesantren Tebuireng, sistem pesantren mulai diperbaiki serta kurikulum makin dipercantik. Bangunan pesantren yang sudah terlihat tua diperbaiki kembali serta diperluas. Di masa kepengasuhannya beliau mendirikan Ma’had Aly.

Gus sholah juga merupakan seorang tokoh yang peduli terhadap politik bangsa Indonesia. Beliau pernah terjun langsung ke kancah perpolitikan Indonesia sebagai cawapres. Namun, sebagai pengurus dan tokoh NU, beliau tidak pernah mau memanfaatkan NU untuk menjadi kendaraan politiknya. Ketika beliau menjadi calon wakil presiden seluruh jabatan yang ia pegang termasuk jabatannya di PBNU ia tinggalkan.

Sampai akhir hayatnyapun gus solah tetap hidup dengan kesederhanaan. Pesantren Tebu Ireng adalah tempat pengabdian terkahir beliau kepada umat sekaligus tempat peristirahatan terakhirnya. Banyak sekali tokoh yang sedih dengan kepergianya. Semoga keteladanan Gus Solah banyak menginspirasi khalayak umat.

By: Qolbun Salim Al-Faruqi