Al-Qur'an Surat Ayat Flugel

MajalahNabawi.com- Berangkat bahwa Al-Qur’an tidak hanya hudan lil muttaqin (Surat al-Baqarah ayat 2) (petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa), tapi juga hudan linnas 2:185 (petunjuk untuk manusia), bahkan hudan lil ‘alamin 3:96 (petunjuk untuk alam raya, termasuk jin). Al-Qur’an juga tidak hanya untuk diperdengarkan kepada mereka yang beriman, tapi untuk mereka yang tidak beriman. Pada awal modern, entah apa tujuannya, muncul para pengkaji Islam dari barat (Eropa-Amerika) yang kemudian disebut orientalis. Satu di antaranya adalah Gustav Leberecht Flugel (18 Februari 1802 – 5 Juli 1870), orientalis asal Jerman. Bahkan, ia mempunyai dua karya terkait kitab suci umat Islam, Al-Qur’an. Satu karya editan naskah Al-Qur’an berjudul القرآن وهو الهدى والفرقان Corani Textus Arabicus. Satu lagi indeks kata-kata Al-Qur’an berjudul نجوم الفرقان Concordantia Corani Arabicae. Berikut sekilas untuk mengenal dua karya Flugel tersebut

Naskah Al-Qur’an

Dalam naskah Al-Qur’an yang ia edit dengan judul القرآن وهو الهدى والفرقان Corani Textus Arabicus (337 halaman), Flugel menggunakan kajian filologi[1] untuk menyiapkannya dengan berpedoman pada beberapa kitab tafsir. Beberapa kitab yang ia sebut misalnya al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari (w. 538 H.), Irsyad al-‘Aql al-Salim karya Abu al-Sa’ud (w. 982 H.), dan Anwar al-Tanzil karya al-Baidawi (w. 685 H.).[2]

Jenis Tulisan Al-Qur’an

Tulisan dalam editan Flugel ini tidaklah murni berdasarkan rasm usmani, misalnya dalam menulis النافاثات yang dalam rasm usmani alif tidak tertulis sehingga tertulis النفثت (al-Falaq/113: 4). Contoh lain مالك يوم الدين yang dalam rasm usmani tertulis ملك يوم الدين (al-Fatihah/1: 4), رواسي yang dalam rasm usmani tertulis روسي (Luqman/31: 10). Namun ia juga tidak menggunakan tulisan imla’ secara keseluruhan, للزكوة misalnya, yang jika ditulis menggunakan kaidah imla’ menjadi للزكاة, في صلوتهم خاشعون yang jika ditulis menggunakan kaidah imla’ akan menjadi في صلاتهم خاشعون, sementara dalam rasm usmani tertulis في صلاتهم خشعون (al-Mu’minun/23: 10).[3]

Penghitungan Ayat

Penghitungan ayat juga berbeda dengan yang banyak terdapat pada mushaf-mushaf yang terbit sekarang. Al-Fatihah misalnya, ia mulai ayat pertama dari الحمد لله رب العلمين dan غير المغضوب sebagai awal ayat ke tujuh. Sementara pada mushaf Madinah dan Indonesia الحمد لله رب العالمين dihitung sebagai ayat yang ke dua, بسم الله الرحمن الرحيم sebagai ayat pertama dan صراط الذين أنعمت sebagai ayat ke tujuh. Dalam surah al-Baqarah juga begitu. الم ذلك الكتاب ia hitung sebagai ayat pertama, الذين يؤمنون بالغيب sebagai ayat ke dua. Sementara pada mushaf Madinah dan Indonesia الم sebagai ayat pertama, ذلك الكتاب sebagai ayat ke dua, dan الذين يؤمنون بالغيب sebagai ayat kedua.[4]

Makiyah-Madaniyah Surat

Setiap awal surat, ia tulis makiyah atau madaniyah dan jumlah ayat dalam surat tersebut. سورة النور مدنية وهي أربع وستون آية begitu ia menulisnya. Jika terdapat perbedaan pendapat terkait surat, ada yang mengatakan surat tersebut makiyah, namun ada juga yang mengatakan surat tersebut madaniyah, maka Flugel menuliskan dua pendapat tersebut seperti berikut سورة الإخلاص مكية وقيل مدنية وهي أربع آيات.[5]

Nama Surat

Penulisan nama surat, Flugel juga menyebut beberapa nama jika memang surat tersebut mempunya beberapa nama, سورة السجدة وقيل الحرز وقيل المضاجع misalnya, سورة الملائكة وقيل الفاطر. Penyusunan juz juga terdapat dalam mushaf ini, yaitu tiga puluh juz. Tertib surat juga masih sama dengan mushaf Madinah dan Indonesia yaitu dimulai dari surat al-Fatihah sebagai surat pertama dan diakhiri dengan surat al-Nas surat ke 114.[6]

Indeks Al-Qur’an

Dalam نجوم الفرقان Concordantia Corani Arabicae (219 halaman), Flugel menyusun indeks kata dalam Al-Qur’an. Ia mulai dengan fi’l (mujarrad-mazid, madi-mudari’-amr, ma’lum-majhul) kemudian ism. Ia juga membedakan partikel yang bersambung dengan kata, termasuk ikrabnya. Contoh: هدى – فهدى – لهدى – وهدى – هدينا – هداني – هدان – وهداه – هدانا – هداكم – لهاداكم – هداهم -هديتنا – هديناه – وهديناه – وهديناهما – … – يهدي – يهد – ويهدي – تهدي – لتهدي – … – اهدنا – واهدنا – فهدوهم – هدي – وهدوا – يهدى – اهتدى – هاتديت – هاتدوا – هاتديتم – يهتدي – أتهتدي – يهتدون – … – الهدي – الهدي – هديا – … – هدى – هدى – … – بهدية – بهديتكم – أهدى – بأهدى – مهتد – المهتدي – … – بالمهتدين.[7] Untuk menunjukkan keberadaan kata, Flugel menulis nomor urut surat dalam mushaf yang dicetak tebal dan lebih besar diikuti koma kemudian nomor ayat yang dicetak lebih kecil dan tidak tebal diikuti titik. Contoh: نورٌ 13, 18. 24, 35.[8]

Respon Sarjana Lain

Terhadap kajian Flugel atas Al-Qur’an, setidaknya terdapat tiga macam respon. Pertama, mengkritik seperti Sayed Hamed Abdul Rahman Alkaf.[9] Kedua, mengapresiasi, seperti Yusuf Hanafi.[10] Ketiga, sekadar melihatnya sebagai fakta sejarah bahwa Flugel pernah membuat salinan Al-Qur’an.[11] Menurut penulis sendiri, terlepas dari apa tujuan sebenarnya Flugel menulis dan menyusun karya-karyanya, karya-karya ini akan bermanfaat baik oleh mereka yang menggunakan dengan tujuan baik dan sebaliknya. Jika mungkin -dan pasti- terdapat kesalahan, sarjana lain dapat memperbaikinya secara objektif. Karya-karya Flugel telah menginspirasi dan menjadi rujukan sarjana-sarjana sesudahnya, baik sarjana barat maupun timur.[12]

[1] Yusuf Hanafi, “Qur’anic Studies dalam Lintasan Sejarah Orientalisme dan Islamologi Barat,” Hermeneutik 7, no. 2 (Desember 2013): 225.

[2] Gustavus Fluegel, ed., القران وهو الهدى والفرقان Corani Textus Arabicus (Lipsiae, 1883), VI.

[3] Fluegel, 177.

[4] القران الكريم وترجمة معنيه إلى اللغة الإندونيسية Al-Qur’an dan Terjemahnya (Madinah: Kompleks Percetakan Al-Qur’an Raja Fahad, 1971), 8.

[5] Fluegel, القران وهو الهدى والفرقان Corani Textus Arabicus, 337.

[6] Fluegel, القران وهو الهدى والفرقان Corani Textus Arabicus.

[7] Gustavus Flugel, نجوم الفرقان في أطراف القران Concordantia Corani Arabicae (Sumptibus Ernesti Bredtii: Lipsiae, 1875), 203–4.

[8] Flugel, 201.

[9] Sayed Hamed Abdul Rahman Alkaf, “A Critical Study of Gustav Flugel’s Condordance of the Koran,” diakses 23 Maret 2021, https://id.scribd.com/document/94028670/A-Critical-Study-of-Gustav-Flugel-s-Concordance-of-the-Koran.

[10] Hanafi, “Qur’anic Studies dalam Lintasan Sejarah Orientalisme dan Islamologi Barat,” 225.

[11] Gabriel Said Reynolds, “Qur’anic Studies and Its Controversies,” dalam The Qur’an in Its Historical Context (New York: Routledge, 2008), 2.

[12] Hanafi, “Qur’anic Studies dalam Lintasan Sejarah Orientalisme dan Islamologi Barat,” 225.

By Nurul Mashuda

Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences