Peristiwa Al-Ghadir adalah peristiwa besar dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW. Hadis Ghadīr Khūm, sebagian kalangan menyebutnya hadis al-Ghadīr, adalah hadis tentang perkataan Nabi Muhammad SAW bahwa Ali bin Abi Thalib adalah mawlā-nya yang disampaikan di suatu tempat yang bernama Ghadīr Khūm tepatnya setelah Nabi Muhammad SAW pulang dari Haji Wada’ pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 10 H.

Adapun redaksi hadis ini, sebagaimana yang tercantum dalam kitab Sunan Ibn Majah:

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ قَالَ قَدِمَ مُعَاوِيَةُ فِى بَعْضِ حَجَّاتِهِ فَدَخَلَ عَلَيْهِ سَعْدٌ فَذَكَرُوا عَلِيًّا فَنَالَ مِنْهُ فَغَضِبَ سَعْدٌ وَقَالَ تَقُولُ هَذَا لِرَجُلٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ كُنْتُ مَوْلاَهُ فَعَلِىٌّ مَوْلاَهُ ». وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ « أَنْتَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نَبِىَّ بَعْدِى ». وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ « لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ الْيَوْمَ رَجُلاً يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ».

Dari Sa’d bin Abi Waqqash, Mu’awiyah mengemukakan sebagian hujjahnya, lalu Sa’d masuk dan mereka menyebut Ali. Lalu Sa’d marah dan berkata: anda berkata demikian untuk seseorang yang saya dengar Rasulullah SAW bersabda, Siapa yang (menjadikan) aku sebagai mawla-nya, maka Ali adalah mawla-nya. Dan saya mendengar beliau bersabda:, Engkau di sisiku sama seperti Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi setelahku. Dan Nabi bersabda, Saya akan memberi pandangan pada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Sebagian besar ulama dari kalangan Sunni mengutarakan pendapat mereka untuk meluruskan pendapat yang menyatakan bahwa kata mawla berarti pemimpin/khalifah, dan yang menyatakan bahwa posisi Ali bin Abi Thalib disisi Nabi SAW sebagimana posisi Harun disisi Musa dalam kenabian.

Dalam kitab Al-Nihayah disebutkan, kata mawla dalam hadis ini mempunyai banyak arti. Di antaranya pemimpin, pemilik, tuan, pemberi, pembebas, penolong, pecinta, anak laki-laki paman, sekutu, ipar laki-laki, dan budak. Imam Syafi’i berpendapat, kata mawla mempunyai arti pelindung Islam seperti firman Allah SWT: “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman, dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.” (QS. Muhammad [47]: 11).

Sedangkan untuk perkataan Nabi “anta minnī bimanzilati hāarūn min mūsā” menurut Al-Thibbi mengandung penyerupaan posisi yang masih samar maksudnya, lalu diperjelas dengan perkataan Nabi selanjutnya: illā annahu lā nabiyya ba’dī. Dengan penjelasannya ini dapatlah diketahui bahwa hubungan keduanya (Nabi dan Ali) bukanlah hubungan kenabian (nubuwwah).

Perkataan ini hanya menunjukkan keutamaan Ali bin Abi Thalib atas selainnya, dan tidak menunjukkan penunjukannya sebagai khalifah setelah Nabi karena Nabi mengucapkan hal ini pada Ali ketika Ali menggantikan Nabi di Madinah pada saat perang Tabuk.

Dengan demikian, hadis Ghadir Khum ini berisi peringatan Rasulullah Saw. kepada umatnya untuk saling mencintai dan menolong (ber-wala’) dan tidak boleh saling membenci dan memusuhi, walaupun hadis ini ditujukan kepada orang-orang yang saat itu tidak suka dan tidak setuju atas beberapa keputusan dan sikap Ali.

Wallahu a’lam bi al-shawab