Makhluk Hidup

Majalahnabawi.com – Allah swt menciptakan alam semesta beserta isinya meliputi makhluk hidup dan benda mati. Menurut seorang ahli Biologi, Kimball menjelaskan–Makhluk hidup adalah sesuatu yang memiliki ciri yaitu dapat berevolusi, responsif, dapat bereproduksi, melakukan metabolisme, dan bersifat rumit. Makhluk hidup meliputi manusia, hewan dan tumbuhan yang semuanya itu bernyawa. Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian, sebagaimana dalam firman Allah swt yang berbunyi:

…كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati…” (Q.S. Ali Imran : 185)

Surga dan neraka adalah tempat kembali para manusia, jika sesorang berakhlak terpuji dan taat kepada Allah maka tempat kembalinya adalah surga. Allah menjelaskan—kita akan mendapat beribu kenikmatan, kemewahan dan kebahagiaan. Jika seseorang berakhlak tercela dan tidak taat kepada Allah maka tentu Allah akan menempatkan dirinya ke neraka yang mana di dalamnya terdapat banyak siksaan dan rintihan tangis kepedihan. Lantas bagaimana dengan hewan yang mati? Apakah mereka sama dengan manusia yang memiliki tempat kembali antara surga ataupun neraka?

Jenis Hewan

Hewan diciptakan dengan jenis yang berbeda-beda, mereka mempunyai nafsu tetapi tidak mempunyai akal. Tidak seperti manusia, hewan memiliki tempat khusus untuk hidup, di antaranya di darat, air ataupun udara. Mereka harus mengandalkan kemampuannya untuk mampu bertahan hidup dengan mencari makan dan beradaptasi dengan alam yang ditempati. Hewan dibedakan menjadi dua, yaitu hewan jinak dan hewan buas, layaknya manusia ada yang baik dan ada yang buruk. Menurut Imam al-Jurjani, manusia adalah “حيوان ناطق” yaitu hewan yang berbicara, karena sifat manusia bisa menyerupai hewan kapan pun tergantung pada diri dan nafsu yang dapat mengendalikannya.

Tempat Kembali Hewan Setelah Mati

Dalam kitab Ushuluddin karya Imam al-Baghdadi pada المسألة السّادسة في بيان

ما يعاد من الحيوانات menjelaskan tentang tempat kembalinya hewan-hewan setelah mati. Ada beberapa pendapat yang saling bertentangan di antaranya:

Pendapat kaum Mu’tazilah mengatakan, kelak semua hewan menempati surga termasuk anjing, babi, ular, kalajengking dan serangga yang mati terbunuh. Sama halnya kaum Qodariyah – hewan-hewan yang baik ketika di dunia akan tinggal di surga dan hewan-hewan yang sering mencelakai akan kembali ke neraka layaknya manusia. Sedangkan menurut pendapat Ahlussunnah wal Jama’ah mengatakan bahwa hewan-hewan akan kembali menjadi debu.

Hal ini selaras dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah di dalam kitab al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah karya Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani :

عن أبى هريرة, أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يقضى الله الجنّ والإنس والبهائم, وإنه ليقيد يومئذ الجمّاء من القرناء, حتى إذا لم يبق تبعة عند واحدة لأخرى, قال الله كونوا تراباً, فعند ذلك يقول الكافر : يا ليبني كنت ترابًا

“Dari Abu Hurairah bahwa Rasullah saw. bersabda: Allah akan mengadili di antara makhluknya para jin, manusia dan hewan. Sungguh Dia akan menegakkan hukum pada hari itu, bahkan kepada kambing yang ditanduk dan kambing yang menanduk. Hingga ketika sudah tak tersisa lagi hak yang satu kepada yang lain, Allah mengatakan : Jadilah kalian (wahai para hewan) debu dan pada saat itu orang kafir mengatakan : Andai saja aku menjadi debu”.

Hadits di atas menjelaskan bahwa hewan-hewan akan kembali menjadi debu. Namun apakah semua hewan menjadi debu dan tidak ada yang masuk surga?

Hewan-Hewan Penghuni Surga

Banyak ayat Al-Qur’an dan riwayat hadits yang mengisahkan tentang keterangan hewan-hewan yang menjadi para penghuni surga :

  • Buraq

Hewan surga yang merupakan kendaraan Nabi Muhammad saw. ketika perjalanan isra Mi’raj.

  • Anjing Ashabul Kahfi

Allah mengabadikan kisah 7 orang Ashabul Kahfi dan anjingnya yang bersembunyi di dalam gua dalam al-Qur’an surat Al-Kahf ayat 9 sampai 26.

  • Ikan besar yang menelan Nabi Yunus

Ketika Nabi Yunus berdakwah ke kaum Niwana, mereka tidak mempercayainya alhasil mereka pergi dengan menumpang kapal yang penuh muatan namun kapal terbut melebihi berat kapasitasnya sehingga para penumpang akhirnya mengundi seseorang untuk mengurangi muatan lalu keluarlah nama Nabi Yunus. Atas pertolongan Allah, paus menelannya selama kurang lebih 40 hari sebagai wasilah keselamatannya.

  • kambing yang menggantikan Nabi Ismail

Ketika sang ayah, Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih anaknya bernama Nabi Ismail. Beliau percaya bahwa itu datang dari Allah swt. Keesokan harinya beliau menyembelih anaknya dengan berat hati, namun siapa sangka Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor kambing yang besar.

By Salwa Afiatul Musyarofah

Student of Darussunnah International Institute for Hadith Sciences