Hikayat Rembulan

Tidak ada yang lebih indah dari bulan Maret dan April
Bulan di mana hikayat rembulan banyak dikisahkan
Setidaknya itu menjadi penghibur bagi orang buta di sudut perantauan
Orang buta yang sangat merindukan rembulan

Kata angin, bulan itu sederhana
Ia tak pernah membuat silau orang yang menatapnya
Ia juga tak pernah angkuh sekalipun banyak bintang yang mengelilinginya
Kata pohon, bulan itu tulus
Ia tak kenal pamrih membimbing setiap jiwa yang haus akan cahayanya
Kata hujan, bulan itu istiqamah
Ia selalu menepati janji untuk datang di saat malam tiba

Orang buta itu selalu terisak
Pada setiap hikayat yang dibacakan
Sampai-sampai isakannya berubah menjadi tangisan
Kerinduannya sangat besar untuk bertemu sang rembulan
Untuk berguru langsung dan berterima kasih

Orang buta itu menjadi sering mengutuk matanya yang buta
Sehingga ia tak pernah melihat teduhnya bulan purnama
Orang buta itu terus mengutuki kebutaannya
Sampai-sampai perutukkannya membutakan hatinya

Orang buta itu tidak menyadari
Bahwa sejatinya bulan selalu ada menemani
Sang bulan selalu mengawasi tingkah orang buta tadi
Namun apa daya ia telah buta mata dan hati

Ah, aku mulai berandai-andai
Andai orang itu tidak buta
Akankah kerinduannya akan sebesar ini?
Aku mulai bertanya-tanya
Apakah kerinduan sang pungguk akan tendengar oleh sang bulan?
Apakah sang pungguk pantas bertemu sang bulan?
Ah, aku tak tahu
Biarlah semesta yang mengatur semua itu
Semoga kerinduan sang pungguk bisa tersampaikan
Sebagaimana rindunya Uwais sampai kepada Nabi akhir zaman.

Similar Posts