Tangisan Sehelai Rumput Rindu
Majalahnabawi.com – Bersama tatal pohon kering.
Sesontak tanah tandus berdialog dengan kekeringan.
Air mata sering kali menetes disangkak jejak kaki.
Di seberang sana, kerinduan mulai becek meninggalkan peraduannya.
Aku hanyalah rumput rindu yang bersemayam di atas tanah lapang.
Semerbak pohon rindu berkecamuk, memecahkan kilauan intan dalam setiap nafasku.
Di sudut-sudut pulau dangkal, sampan rasa terus mengalir mencari cinta dan kasih sayang.
Jeritan rindu tak pernah berhenti menyapa selaksa derita.
Kini…
Kerinduanku bermukim, menyelubungi gubuk rindu dalam kesendirian.
Bapak Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.
Doaku tak pernah berhenti menyapa namamu di alam sana.
Aku ingin air mata menjadi tinta, untuk melukis kertas di atas pantai Kantara cerita bahagia.
Di akhir cerita…
Aku ingin Bapak tersenyum di alam sana, dan rindu tetaplah engkau bersamaku.