Di antara nikmat terbesar yang Allah anugerahkan sebagaimana yang ditulis oleh Dr. Shalah Abu Al-Hajj dalam makalahnya yang berjudul Shifatu al-Zaujah fii Dhaw’i al-Sunnah al-Nabawiyah adalah dianugerahkannya kecocokan dalam memilih istri atau pasangan yang akan ia habiskan waktu bersamanya, mendidik keturunannya, menjaga harga diri serta martabatnya, menemani dalam mengarungi letihnya kehidupan dunia dan untuk hidup bahagia bersama. Karena seorang istri lah yang akan menjadi pendorong bagi suami untuk memperoleh rida Allah swt dengan kepribadian dan budi pekerti yang ia memiliki. Rasulullah saw bersabda;

ما استفاد المؤمن بعد تقوى الله خيرا له من زوجة صالحة، إن أمرها أطاعته، وإن نظر إليها سرته، وإن أقسم عليها أبرَته، وإن غاب عنها نصحته في نفسها وماله (رواه ابن ماجة)

Tidak ada perkara yang lebih baik bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada Allah daripada istri yang salihah, bila ia menyuruhnya maka ia menaatinya, bila ia memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia melakukannya, dan apabila ia pergi maka dengan tulus ia menjaga diri dan hartanya. (H.R Ibn Majah)

Hadis Nabi saw merupakan sumber utama setelah Alquran yang harus dijadikan pedoman oleh manusia khususnya umat beragama Islam. Hadis Nabi saw menjelaskan beberapa kriteria yang selayakanya dimiliki oleh seorang perempuan dan harus diperhatikan oleh seorang laki-laki ketika hendak mempersuntingnya. Antara lain; pertama, memiliki agama yang baik.

Hal ini lah yang harus diperhatikan dan menjadi hal penting bagi seorang suami karena sebuah rumah tangga tidak menginginkan kecuali ketenangan, kenyamanan serta kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangganya dan semua itu bisa terpenuhi ketika seorang istri memiliki pemahaman agama yang baik dan mengerti apa yang menjadi kewajibannya. Rasulullah saw bersabda;

فاظفر بذات الدين تربت يداك (رواه البخاري)

Kedua, memiliki nasab yang baik sebagaimana sabda Nabi saw;

تخيروا لنطفكم فانكحوا الأكفاء وأنكحوا إليهم (رواه أحمد)

Ketiga, perawan. Karena hal tersebut akan menambah kecintaan dan rasa kasih sayang. Rasullah saw bersabda;

عليكم بالأبكار فإنهن أعذب أفواها وأنتق أرحاما وأرضى باليسير (رواه ابن ماجة)

Keempat, subur dan penyayang. Berdasarkan hadis Nabi saw yang berbunyi;

جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: إني أصبت امرأة ذات حسب ومنصب إلا أنها لا تلد أفأتزوجها؟ فنهاه، ثم أتاه  الثانية فنهاه، ثم أتاه الثالثة فنهاه، فقال: تزوجوا الولود الودود، فإني مكاثر بكم الأمم (رواه النسائي)

Kelima, mampu mengatur urusan rumah tangga. Karena seorang istri harus bertanggung jawab dalam urusan rumah tangga, suami dan anaknya.

المراة راعية على بيت زوجها وولده (رواه البخاري)

Keenam, patuh terhadap suami. Senantiasa patuh dan menaati perintah suami sehingga tidak mendatangkan murka Allah.

وقد روي عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قيل يا رسول الله أي النساء خير؟ قال التي تسره إذا نظر وتطيعه إذا أمر ولا تخالفه في نفسها وماله بما يكره (رواه البيهقي)

Ketujuh, ifah (mampu menjaga diri). Sebagaimana riwayat ‘Ali bin Abi Thalib dan Anas bin Malikdalam Musnad Firdaus, beliau berkata;

خير نسائكم العفيفة

Delapan, mempunyai paras yang indah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw;

خير فائدة استفادها المسلم بعد الإسلام امرأة جميلة تسره إذا نظر إليها، وتطيعه إذا أمرها وتحفظه إذا غاب عنها في ماله ونفسها (رواه ابن أبي شيبة)

Sembilan, tidak mempunyai sifat cemburu yang berlebihan. Karena sifat tersebut akan membuat dirinya akan selalu berburuk sangka terhadap suaminya. Rasulullah saw bersabda;

عن أنس رضي الله عنه قال: قالوا يا رسول الله ألا نتزوج من نساء أنصار؟ قال: إن فيهم لغيرة شديدة (رواه النسائي)

Sepuluh,  sederhana. Sehingga tidak butuh biaya yang cukup mahal untuk menikahinya karena kebanyakan yang terjadi dari perempuan yang meminta mahar yang mahal tidak lain hanya untuk pamer dan bermegah-megahan. Nabi saw bersabda;

أعظم النساء بركة أيسرهن مؤنة (رواه البيهقي)

Sebelas, mempunyai perangai yang baik. Karena perangai baik merupakan perhiasan yang kekal sedangkan kecantikan akan fana. Rasulullah saw bersabda;

إن أحبكم إلى الله وأقربكم مني أحسنكم أخلاقا وإن أبغضكم إلى الله وأبعدكم مني الثرثارون والمتفيهقون المتشدقون (رواه ابن حبان).

Wallahu ta’ala a’lamu bishowab.