Islam Ramah dan Nasib Janda

Oleh : Fithomunada Abdulloh

Majalahnabawi.com – Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah SWT. Hal itu telah difirmankan oleh-Nya dalam kandungan Alquran yang artinya: “pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmatku, dan telah kuridhoi islam itu jadi agamamu”[Q.S. al-maidah [5]:3]. Sangat jelas ayat ini mengatakan bahwa agama Islam adalah agama yang diridhoi oleh-Nya. Dalam ayat yang lain Allah berfirman yang artinya “wahai orang orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul Allah dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.”[Q.S. Muhammad[47]:33] Dari ayat ini bisa kita pahami bahwa kita sebagai orang beriman wajib menaati segala perintah Allah SWT. dan Rasul Nya.

Ajaran-ajaran Islam dibawa dan disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada umatnya setelah mendapat wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril as. Ajaran Islam yang dibawa Nabi tak melulu tentang kewajiban menyembah kepada Tuhan. Salah satu ajaran yang dibawa Nabi adalah ajaran yang menampilkan Islam sebagai rahmat untuk sekalian alam, terlepas mukmin atau bukan. Atau dalam kata lain Nabi memerintahkan umatnya agar selalu bersikap ramah terhadap seluruh insan. Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda, “Orang yang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat terhadap manusia.”[H.R. Thabrani dan Daruquthni dari Jabir Ra]Dapat kita pahami dari hadis ini, bahwa Rasul menginginkan umatnya untuk selalu bersikap ramah terhadap umat muslim yang lain. Termasuk dari makna sikap ramah adalah memenuhi atau memperhatikan hak-hak sesama muslim, umumnya sesama umat manusia. Lebih-lebih di akhir penggalan hadis, kita bisa lihat bahwa Islam sangat mengapresiasi orang yang bermanfaat bagi sesamanya. Dan seseorang yang diramahi pastinya akan merasa senang dan bahagia. Dan kiranya itu bisa dikatakan bermanfaat baginya.

Pengamalan Islam Ramah

Bersikap ramah atau kata lainnya adalah toleransi di sini, penulis anggap sebagai ibu yang memiliki banyak anak. Yang akan penulis sebut di sini hanya dua orang anak saja. Karena anak yang lain kebanyakan wajah masalahnya sama dengan kedua anak ini. Dan dua anak ini adalah toleransi yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat dan juga tempat pekerjaan.

Yang pertama, dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya kita akan selalu berdampingan dengan banyak macam jenis manusia. Dan manusia yang bermacam macam jenisnya itu, pastinya memiliki sikap maupun watak yang berbeda, serta juga memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda. Sehingga di dalam masyarakat sangat dibutuhkan sikap toleransi atau sikap ramah terhadap warga yang lain. Supaya terhindar akan terjadinya konflik atau permasalahan yang timbul di masyarakat, yang pada akhirnya akan membuat manusia kehilangan moralnya.

Yang kedua, dalam lingkungan kerja, mengenai konten lingkungan kerja, kurang lebih sama dengan lingkungan masyarakat. Hanya saja dalam lingkungan kerja lebih banyak interaksi antara satu pekerja dengan pekerja yang lain. Entah dalam pekerjaan itu sendiri atau dalam musyawarah dan juga dalam hal lainnya. Sehingga pada yang kedua ini lebih dibutuhkan adanya toleransi .

Janda dalam Pandangan Masyarakat

Ada banyak hal yang seharusnya sikap ramah dan toleransi ada di dalamnya, tetapi nyatanya tak ada. Coba apa yang Anda pikirkan setelah Anda mendengar kata janda? Pasti yang jelek-jelek, bukan? Tak perlu kalian jawab, jawabannya pasti iya, ‘kan? Ada yang membayangkan  wanita yang sexy, wanita yang sering digoda oleh tetetangganya, atau wanita yang tak berdaya. Apapun itu bayangan kalian, dapat dipastikan mengarah kepada hal yang negatif.

Janda sengaja penulis jadikan contoh lantaran sudah terlalu sering dan parahnya janda tidak menerima sifat keramahan dan juga toleran, baik di lingkungan masyarakat, lingkungan kerja, ataupun sosial media. Anda bisa buktikan dengan mengetik kata janda di Google atau di medsos yang lain, Anda akan menemukan pelbagai rekomendasi kata selanjutnya yang kebanyakan mengarah ke seksualitas. Janda menggoda lah, janda malam lah, dan kata lainnya yang mengarah ke seksualitas. Itu semua muncul karena stigma negatif terhadap janda di sosial media sudah sangat parah. Dan di kehidupan nyata pun demikian.

Kata janda sendiri menurut KBBI, berarti perempuan yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya. Pada asalnya tidak ada masalah dengan kata ini, namun seiring berjalannya masa muncullah stigma negatif masyarakat yang dilekatkan pada perempuan yang tak bersuami itu.

Kata janda seringkali masyarakat pakai untuk candaan atau olokan yang bersifat seksis. Kita pun yang sering kali mendengar atau melihat candaan dan olokan itu reaksinya biasa-biasa aja. Kita tidak merasa kasihan atau iba terhadap seorang janda, bahkan terkadang kita ikut-ikutan juga. Ya semua itu terjadi karena mencandakan janda sudah dianggap biasa. Dan juga karena kita tak biasa menerapkan konsep timbal-balik dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Maksudnya seseorang harus mempunyai komitmen untuk tidak mencela orang lain jika tidak ingin dicela, tidak memukul orang lain jika tak ingin dipukul, atau bersikap ramah terhadap orang lain jika ingin diramahi. Prinsip seperti ini seharusnya dimiliki setiap insan.

Janda dalam Pandangan Islam

Seorang janda seyogyanya mendapatkan dukungan yang lebih, apalagi mengenai penghidupan diri dan juga anak-anaknya. Kita tahu stamina seorang perempuan lebih lemah daripada laki-laki, atau bisa dikatakan perempuan adalah makhluk yang lemah. Dan perempuan yang ditinggal oleh suaminya, tentunya dalam menghidupi diri dan juga anak-nya, harus berjuang ekstra secara mandiri. Bisa kita bayangkan bagaimana sulit dan beratnya bekerja, mengurusi rumah, serta mendidik anak seorang diri. Jadi hilangkan anggapan bahwa janda adalah wanita kesepian yang butuh belaian. Ingatlah bahwa janda adalah wanita yang butuh uluran tangan, butuh santunan, dan tentunya butuh dukungan untuk menjalankan kehidupannya.

Islam sangat memperhatikan relasi antara insan dengan insan yang lain. Hal itu telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw. Terbukti Nabi Muhammad Saw. sangat ramah dan santun terhadap para sahabat-sahabatnya, serta terhadap umatnya yang lain. Sayyidina Umar  ra. pernah berkata mengenai perempuan, : Dulu kami, pada masa Jahiliyah, tidak memperhitungkan perempuan sama sekali. Kemudian ketika Islam turun dan Allah mengakui mereka, kami memandang bahwa merekapun memiliki hak atas kami. [H.R. Bukhori 5904].

Perkataan Sayyidina Umar tersebut secara tegas menunjukkan bahwa para sahabat sangat menghormati dan juga memerhatikan hak-hak perempuan. Nabi Muhammad dan para sahabat sebagai uswatun hasanah sudah lebih dari cukup untuk dijadikan contoh dan ditiru cara mereka dalam pergaulan. Kita semua telah lalai, terlalu tenang menjalani kehidupan dunia, mengalir entah ke mana kita terbawa. Acuan hidup bukan lagi kemaslahatan, melainkan kebahagian diri, kalau menyenangkan dilakukan, kalau nggak ya ditinggalkan, tanpa memikirkan efek apa yang akan ditimbulkan. Kita lupa bahwa dalam hidup ini, kita butuh yang namanya pedoman untuk memahami bagaimana kita bersikap kepada sesama, terlebih kepada perempuan. Mungkin kita tinggal mengingat dan mengamalkan hadis di atas. Bahwa ciri-ciri orang beriman adalah memiliki sifat keramahan kepada sesama insan. Dan termasuk dari keramahan adalah berbuat baik dan senantiasa membantu jika orang lain membutuhkan pertolongan.

Satu contoh janda di atas sudah cukup sebagai penyadar bahwa masih banyak hal-hal yang kita anggap biasa dan tak bermasalah, justru terdapat kekacauan-kekacauan di baliknya. Guru penulis pernah berkata,” bongkar itu hal-hal yang sudah kau anggap nyaman, supaya kau tahu bahwa manusia tak pernah luput akan kesalahan.”

 Sekian.

Similar Posts