Majalahnabawi.com – Ketika kami sedang membaca dan mengaji Shahih al-Bukhari setelah Maghrib kepada Ustaz Muhammad Hanifuddin, kami membaca hadis nomor 321 kitab al-Haidh yang mana terdapat nama Mu’adzah di sanad hadis itu. Lalu Ustadz Hanif memerintahkan kami untuk mencari biografi Mu’adzah dikarenakan dijelaskan di kitab Fath al-Bari bahwa Mu’adzah dianggap sebagai ahli fikih kalangan Tabi’in.

Berikut sedikit biografi Mu’adzah yang kami cari dari berbagai kitab melalui aplikasi Maktabah Syamilah.

Mu’adzah Binti Abdullah al-‘Adawiyyah adalah perempuan yang ahli ibadah, alim, perawi hadis dari kalangan Tabi’in Basrah. 

Suaminya bernama Shilah bin Asyyam merupakan Sayyid besar tetapi hanya meriwayatkan satu hadis dari Abdullah bin Abbas. Shilah bin Asyyam wafat sebagai syahid sebelum wafatnya Abdullah bin Abbas.

Beliau merupakan perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Sayyidah Aisyah, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan Hisyam bin Amir.

Perempuan Perawi Hadis

Riwayat hadis dari beliau dicantumkan dalam kitab Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah.

Di antara hadis riwayatnya dalam kitab Shahih al-Bukhari adalah sebagai berikut tentang haid:

قَالَ الْإِمَامُ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِیْلَ بْنِ إِبْرَاهِیْمَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، قَالَ: حَدَّثَتْنِي مُعَاذَةُ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِعَائِشَةَ: أَتَجْزِي إِحْدَانَا صَلَاتَهَا إِذَا طَهُرَتْ ؟ فَقَالَتْ : أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ كُنَّا نَحِيْضُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا يَأْمُرُنَا بِهِ، أَوْ قَالَتْ فَلَا نَفْعَلُهُ.

Berkata Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari: Telah mentahdits kepadaku oleh Musa bin Ismail, berkata: mentahdits kepadaku oleh Hammam, berkata: mentahdits kepadaku oleh Qatadah, , berkata: mentahdits kepadaku oleh Mu’adzhah bahwa seorang perempuan bertanya kepada Sayyidah Aisyah: Jika telah suci dari haid, apakah perempuan harus mengqadha shalat? Sayyidah Aisyah bertanya balik: Kamu perempuan merdeka? Dahulu kami haid pada masa Rasulullah, Nabi tidak memerintahkan kami mengqadha shalat. Atau Sayyidah Aisyah berkata: Kami tidak melakukan qadha shalat.

Berdasarkan hadis di atas yang mencantumkan nama Mu’adzah di sanadnya, dalam kitab Fath al-Bari syarah Shahih al-Bukhari, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan dan menganggap Mu’adzah binti Abdullah al-‘Adawiyyah sebagai ahli fikih dari kalangan tabiin pertengahan.

Imam Yahya bin Ma’in dan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menilai Mu’adzah binti Abdullah al-‘Adawiyyah sebagai orang yang tsiqah (dapat dipercaya). Imam al-Dzahabi menilai Mu’adzah binti Abdullah al-‘Adawiyyah termasuk perempuan ahli ibadah dari Basrah. Hadis yang diriwayatkan oleh Mu’adzah binti Abdullah al-‘Adawiyyah dapat dijadikan dalil dan shahih kualitasnya.

Murid-murid Mu’adzah

Di antara murid-murid yang meriwayatkan hadis dari Mu’adzah binti Abdullah al-‘Adawiyyah adalah Abu Qilabah al-Jarmiy, Yazid al-Risyk, Ashim al-Ahwal, Umar bin Dzar, Ihsaq bin Suwaid, Qatadah, Ja’far bin Kaisan al-‘Adawiy, dan Ayyub al-Sikhtiyani.

Berdasarkan biografi Mu’adzah di atas, memberikan pelajaran kepada para perempuan tidak putus asa dalam belajar dan mendalami ilmu. Perempuan tidak hanya terkekang dengan lelaki/suami, tetapi perempuan boleh menempuh pendidikan yang tinggi dan mengajarkan ilmunya ke orang banyak.

Pesan Mu’adzah

Di antara perkataan dan pesan Mu’adzah ketika menghidupkan malamnya dengan memperbanyak beribadah adalah

عَجِبْتُ لِعَيْنٍ تَنَامُ وَقَدْ عَلِمَتْ طُوْلَ الرَّقَادِ فِيْ ظَلَمِ الْقُبُوْرِ

Aku heran kepada mata yang selalu tidur sedangkan dia mengetahui akan lamanya tidur dalam kegelapan kubur.

Muadzah wafat pada tahun 83 H.

Dari perkataan tersebut, mengandung pelajaran untuk menghidupkan malam dengan ibadah, jangan kebanyakan tidur.

Mungkin sekian biografi singkat yang dapat kami sajikan.

Semoga bermanfaat dan dapat menyemangatkan kita untuk meneladani tingkah laku baik orang-orang shaleh.

By Faiz Aidin

Dilahirkan tanggal 25 Juni 2000 di Jakarta Barat, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Muharifin dan Hj. Nurhayati, bertempat tinggal di jalan raya Kembangan, Kembangan Utara Rt 09/02 No. 83 Gang H. Naim, Kembangan, Jakarta Barat. Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya dan mahasiswa PAI FITK UIN Jakarta.