Keadaan sakit atau sedang mendapatkan suatu cobaan adalah suatu keadaan yang mana tidak diinginkan oleh setiap orang. Segala bentuk aktivitas sehari-hari akan terganggu bahkan sampai membutuhkan waktu yang lama untuk bisa kembali seperti sedia kala.

Ketika sewaktu-waktu  Allah menakdirkan rasa sakit kepada seorang muslim, biasanya orang akan merasa kecewa ataupun resah jika pekerjaannya itu terhalang oleh rasa sakit yang sedang ia rasakan.

Nabi Muhammad Saw bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari jalur Abdullah bin Musa ra.

عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ يَقُولُ إِذَا كَانَ الْعَبْدُ يَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا فَشَغَلَهُ عَنْهُ مَرَضٌ أَوْ سَفَرٌ كُتِبَ لَهُ كَصَالِحِ مَا كَانَ يَعْمَلُ وَهُوَ صَحِيحٌ مُقِيمٌ

Dari Abu Musa ia berkata; saya mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak hanya sekali atau dua kali, beliau bersabda: “Apabila seorang hamba melakukan amal shalih, kemudian ia terhalang oleh suatu penyakit atau suatu perjalanan maka tercatat baginya seperti amalan shalih yang  ia lakukan dalam keadaan sehat.

Sebab, dari rasa sakit itu tidak sebatas hanya sebagai ujian dari Allah kepada hambanya. Bisa jadi rasa sakit itu sebagai bentuk keinginan Allah untuk meninggikan derajat orang mukmin yang sabar.

Allah lebih sayang ketika seorang yang mendapat musibah, lalu ridho dan bersabar dalam menjalaninya. Dan akan diberikan ganjaran pahala sebagai orang-orang sabar di akhirat kelak. Dicatat di sisi Allah termasuk orang yang beruntung.

Dalam sejarahnya banyak para nabi dan orang-orang sholeh yang banyak menerima cobaan mengiringi mereka. Allah menjadikan sebagai kemuliaan bagi mereka agar mendapat derajat tinggi di surga. Oleh karena itu ada sebuah hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ

Sesungguhnya seorang hamba, apabila pernah memiliki kedudukan dari Allah, yang tidak ia peroleh dengan amalannya maka Allah mengujinya pada jasadnya, harta, atau pada anaknya.

Jika seorang muslim ahli ibadah, taat dan sholeh. Lalu apabila ditimpa cobaan, di uji dengan penyakit seorang muslim itu bersabar dalam menghadapinya, berhusnudzon kepada Allah dalam cobaannya itu dari sisi kemuliaan dan menaikkan derajatnya, ketika diketahui pada dirinya terdapat seuatu kebaikan, mereka akan diberi kabar gembira dengan diangkat derajatnya di sisi Allah subhanahu wataala.

Sebaliknya kalau orang muslim yang terkena musibah(cobaan) nampak tidak ikhlas dan mengeluh dalam menjalaninya. Tidak disangka kalau itu sebuah ujian dari Allah untuk menaikkan derajatnya, namun Allah sudah mengetahuinya kalau orang muslim itu tidak ikhlas dan mengeluh. Allah jadikan sebagai balasan dan hukuman.

Tanda dari suatu cobaan dari Allah untuk mengangkat derajat adalah adanya keikhlasan dan sabar menerimanya, jiwanya tenang dan selalu meminta pertolongan kepada Allah, karena Allah ingin sekali mendengar doa dari hambanya yang hanya kepadanyalah ia meminta.

Semua faedah amal yang selayaknya menjadi tolak ukur seorang hamba merenungkannya adalah bahwa semua musibah dan cobaan bagi dia akan mendapatkan kebaikan dan pahala. Dan menjadikan bahan intropeksi diri pribadi dari perbuatan salah dan dosa.

Yang terpenting dan yang lebih utama dari semua ini, hendaknya seorang hamba senantiasa menanamkan berprasangka baik (husnudzon) kepada Allah subhanahu wa taala. Dalam semua kondisi Allah lebih utama dalam kebaikan dan dia maha pengampun dan maha pendengar dari semua doa doa hambanya.

Wallahu A’lam bi-Ashowab