Kiprah Salim Bin Abdullah Bin Umar dalam Tadwin al-Sunnah
Majalah Nabawi– Abu Musayyab berkata: “Khalifah Umar bin Khathhab memiliki banyak anak, akan tetapi yang paling mirip dengannya adalah Abdullah. Dan Abdullah bin Umar juga memiliki banyak anak, melebihi jumlah anak Umar, namun yang paling mirip dengan Abdullah adalah Salim.
Namanya adalah Salim bin Abdullah bin Umar bin Khaththab. Sebagaimana ayah dan kakeknya, Salim memiliki darah Quraisy dalam dirinya, tepatnya dari Bani Ady. Ayahnya adalah Abdullah bin Umar, sahabat yang dianugerahi kecerdasan yang luar biasa, sehingga dalam usia yang sangat muda bisa menjadi salah satu periwayat hadis dari Rasulullah saw. Kakek dari ayahnya adalah Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra, Khalifah yang memiliki ketegasan serta wibawa yang membawa Islam tersebar dari Mesir hingga Persia.
Sedangkan Ibunya adalah Putri dari Kisra Persia terakhir, Yazdegerd III. Ibunya menjadi tawanan saat pasukan Islam menaklukan Mada’in, Ibukota Kisra Persia. Dan saat itu, pasukan Islam mampu menawan 3 putri Yazdegerd III, sementara Yazdegerd III sendiri melarikan diri ke wilayah Transoxiana.
Dari silsilah ibu dan ayahnya ini dapat diketahui bahwa dalam diri Salim mengalir 2 darah raja, yakni Umar bin Khaththab yang merupakan Khalifah Muslimin (dari jalur ayah), dan Yazdegerd III Kisra Persia terakhir (dari jalur Ibu.)
Lahir dan Wafatnya
Salim lahir di Madinah al-Munawwarah, dan tumbuh dewasa di sana. Tidak ada riwayat yang sahih yang menyebutkan secara pasti, kapan Salim lahir. Tetapi ada satu pendapat bahwa Salim lahir setelah Rasulullah saw wafat, tepatnya pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Beliau memiliki fisik dan karakter yang sangat mirip dengan Khalifah Umar bin Khaththab. Dia sangat zuhud, sederhana, adil, dan tegas terhadap segala kemungkaran. Dialah Pewaris Umar bin Khaththab dan ayahnya Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘Anhum.
Imam al-Bukhari serta Abu Nu’aim berpendapat bahwa Salim bin Abdullah wafat pada tahun 106 H, diantara bulan Dzulqo’dah atau Dzulhijjah. Dan Syekh Abdul Mun’im al-Hasyimi menceritakan dalam عصر التابعين, yang kemudian diterjemahkan dalam buku “Kisah Para Tabi’in” bahwa duka cita pun menyelimuti kota Nabi atas wafatnya seorang ahli ilmu yang mulia. Semua orang hadir untuk mengantar jenazah dan menyaksikan pemakaman orang yang mempunyai kemuliaan.
Rihlah ‘Ilmiyah Salim bin Abdullah
Salim lahir dan tumbuh di Kota Madinah, yang pada saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam. Di Madinah masih banyak para sahabat yang hidup, yang mengajari Salim berbagai Ilmu Agama, khususnya dalam periwayatan Hadis. Karena disanalah banyak para perawi Hadis tinggal. Setelah menuntut ilmu di Madinah, Salim belajar ke Makkah untuk mencari sahabat-sahabat yang tinggal di sana, dan berguru kepada mereka.
Bahkan dalam tugasnya dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk mengumpulkan hadis, Salim melakukan perjalanan ke berbagai daerah untuk menyeleksi ribuan hadis yang tersebar di seluruh wilayah Islam. Bahkan perjalanannya untuk mencari dan menyeleksi Hadis sampai ke Kota Yerussalem.
Guru-guru Salim bin Abdullah
Sebagai Tabi’in yang memiliki Ilmu yang luas, serta memiliki karakter yang mulia, tentulah Salim memiliki guru-guru yang memiliki ilmu yang luas dan akhlak yang mulia juga. Dia berguru kepada para sahabat yang masih hidup, serta kepada tabi’in yang lainnya. Diantara gurunya adalah Abu Ayyub al-Anshary, Abu Hurairah, Abu Rafi, Abu Lubadah, Zaid bin Khaththab, Sayyidah Aisyah dan tentu saja sang ayah Abdullah bin Umar, serta masih banyak yang lainnya.
Murid-murid Salim bin Abdullah
Sebagai ahli ilmu yang wara’, serta memiliki akhlak dan nasab yang mulia, Salim bin Abdullah menjadi salah satu dari pembesar tabi’in, dan banyak orang yang mengambil ilmu darinya. Salim bin Abdullah biasa mengajar di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Disanalah dia mengajar dan memberikan ilmu kepada banyak orang. Diantara yang mengambil ilmu darinya adalah anaknya Abu Bakar bin Salim, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, ‘Amr bin Dinnar al-Makky, ‘Amr bin Dinar al-Bashri, Imam Nafi, Ibnu Syihab az-Zuhry, Musa bin ‘Uqbah, Humaidth thawil, Shalih bin Kaisan, Handzalah bin Abi Sufyan, ‘Ubaidullah bin Umar bin Hafsh, ‘Ashim bin ‘Ubaidullah, Abdullah bin Abu Bakar bin Hazm, Abu Qilabah al-Jarm, Umar bin Hamzah bin Abdullah bin Umar, Muhammad bin Wasi’, dan masih banyak lagi.
Kiprah Salim bin Abdullah dalam Tadwin as-Sunnah
Salim adalah putra dari Abdullah bin Umar, salah satu sahabat yang meriwayatkan hadis terbanyak. Maka tidak heran bila Salim mewarisi hadis-hadis dari Abdullah bin Umar, yang kemudian dia wariskan kepada murid-muridnya. Dan salah satu peran penting Salim dalam periwayatan Hadis adalah saat beliau menjadi salah seorang yang ditugaskan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk menyeleksi hadis yang tersebar di masyarakat. Bersama Ibnu Syihab az-Zuhri, Amrah binti Abdurrahman, Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, dan tabi’in pilihan lainnya, Salim menyeleksi hadis yang tersebar di berbagai daerah.
Bahkan penelusuran Salim dalam mencari hadis-hadis sampai ke Yerussalem, dimana banyak orang Yahudi yang tidak suka terhadap kedatangan Salim untuk menyeleksi hadis. Mereka khawatir bila Salim berhasil mengumpulkan Hadis yang asli, mereka tidak dapat membuat hadis palsu lagi. Oleh karena itu, mereka berniat untuk membunuh Salim sepulang dari Yerussalem. Tetapi Allah SWT masih melindunginya dari rencana keji Yahudi. Dan akhirnya beliau bisa selamat, dan dapat menyelesaikan tugasnya dalam pentadwinan hadis pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Komentar Ulama Lain terhadap Salim bin Abdullah
Dengan memiliki ilmu yang luas, dan memiliki nasab dan akhlak mulia, serta karakter yang adil dan tegas seperti Kakeknya, Umar bin Khattab ra, membuat Salim memiliki derajat yang tinggi di depan Ulama lainnya. Diantara ulama yang memujinya antaralain Imam Syafi’i Rahimahullah. Imam Syafi’i memuji Salim bin Abdullah dalam kitab Hilyatul ‘Auliya, bahwa Salim bin Abdullah adalah orang yang faqih, khusyu’, dan ahli ibadah. Dia adalah orang yang paling takut kepada Allah SWT, ada ketawadhuan dalam dirinya, dan hanya beribadah kepada Allah Swt semata.
Imam Ahmad bin Hambal dan Ishaq bin Ruhawaih berkata“ Hadis yang paling Sahih sanadnya bersumber dari az-Zuhry dari Salim dari ayahanya (Abdullah)”. Muhammad Sa’id berkata “Salim adalah seorang ulama yang banyak meriwayatkan hadis, seorang yang tinggi ilmunya, dan seorang yang wara’”. Imam Malik berkata : “Tidak ada seorang pun di zaman Salim bin Abdullah yang menyerupai orang Salih terdahulu di dalam kezuhudan, dan kemuliaan hidup melebihi dirinya”.
Dan masih banyak lagi komentar ulama lain kepadanya. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin