Pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan mengenai Aisyah ra. Sebagai ummahatul mukminin yang paling banyak meriwayatkan hadis. pada tulisan ini akan dibahas sekelumit tentang Ummu Salamah ra. Istri Rasulullah yang menempati urutan kedua terbanyak yang meriwayatkan hadis.

Nama Asli beliau adalah Hindun, lahir dari pasangan Hudzaifah bin Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi (salah satu orang Quraisy yang terpandang dan sangat dermawan) dan Atikah bin Amir bin Rabi’ah dari kalangan yang memiliki nasab bagus.

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Ummu Salamah telah menikah dengan Abdullah bin Abdil Asad bin Hilal sahabat yang ikut hijrah bersama Rasulullah ke Habasyah dan Madinah. Secara kekerabatan, dia merupakan anak bibi Rasullah Barrah bin Abdil Mutthalib dan saudara sepersusuan dengan ibu susu Suaibah al-Islamiyah.

Disamping keturunan yang baik dan kekerabatan bersama Rasulullah, Ummu Salamah beserta suaminya merupakan diantara orang yang awal masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Mereka ikut hijrah ke Habasyah beserta 10 orang rombonga pertama dan anaknya yang pertama Salamah lahir di negeri Habasyah.

Ketika hijrah ke Madinah Ummu Salamah kembali mengikuti Rasulullah meninggalkan kota Mekkah meskipun dalam perjalanan tersebut dia mengalami hambatan dan kejadian tragis. Kejadian tersebut diceritakan langsung oleh Ummu Salamah sebagai saksi kesungguhannya memelihara keyakinannya kepada Allah dan Rasulnya, sebagaimana ditulis oleh Muhibuddin at-Thabari dalam bukunya As-Simthu as-Samin fi Manaqib Ummahat al-Mukminin Ummu Salamah menuturkan:

“Ketika Abu Salamah bertekad untuk hijrah ke Madinah dia menyiapkan kendaraan untukku dan anakku, ketika memulai perjalanan kami dicegat oleh Bani Mughirah (suku Ummu Salamah), mereka berkata: “Sekarang kalian dibawah kekuasaan kami, apakah kami akan membiarkan anak perempuan kami (Ummu Salamah) menemanimu menilkan kota ini?”, tukas mereka kepada Abu Salamah, lalu mereka merebut tali kendali hewan tunggangan Ummu salah dari suaminya”.

Melihat kejadian tersebut Bani Abd al-Aswad (suku Abu Salamah) tidak terima sehingga mereka marah dan berkata: “Demi Allah, kami tidak akan membiarkan cucu kami (Salamah) ikut bersama kalian dan ibunya. Perdebatan itu berlanjut sampai akhirnya Salamah ikut bersama Bani Abd al-Aswad, Ummu salamah dibawa oleh Bani Mughirah sedangkan Abu Salamah melanjutkan perjalanan ke Madinah tanpa anak dan istrinya.

Lantaran terpisah dari buah hati dan suami, Ummu Salamah menghabiskan hari-harinya dengan deraian air mata sampai pada suatu hari salah seorang pamannya dari Bani Mughirah merasa iba melihat kondisinya dan berkata: “Apakah kamu ingin meninggalkan tempat ini setelah mereka memisahkanmu dari anak dan suamimu?”, dia melanjutkan, “Susullah suamimu jika itu bisa membuatmu lebih baik”.

Akhirnya Bani Abd al-Aswad pun mau mengembalikan anaknya lalu dia berangkat ke Madinah tanpa didampingi siapapun, yang ada dalam bayangannya hanya ingin segera sampai di Madinah berkumpul dengan suaminya dan Rasulullah. Ketika sampai di Tan’im dia bertemu Usman bin Abi Thalhah seorang karib sukunya, setelah menceritakan kejadian yang menimpanya akhirnya Usman bin Abi Thalhah dengan baik hati mengantarkan Ummu Salamah dan anaknya ke Madinah menemui Abu Salamah.

Setelah kejadian tersebut mereka hidup di Madinah dengan tenang, mendidik anak mereka Salamah, Umar dan Zainab dengan baik. Abu Salamah ikut bersama Rasulullah dalam perang Badar dan Uhud. Ketika perang Uhud dia terkena panah, luka panah tersebut bertambah parah dan akhirnya dia wafat pada tahun 4 Hijriah. “Ya Allah, berikanlah pengganti yang lebih baik untuk keluargaku”, doa yang selalu terucap dari Abu Salamah ketika sakit sebelum dia wafat. Benar saja, setelah wafat dan berakhir masa iddahnya Ummu Salamah sebenarnya sempat dipinang oleh Abu Bakar dan Umar namun dia menolak sampai akhirnya Rasulullah datang melamarnya, dan beliau adalah pengganti terbaik sesuai doa Abu Salamah.

Ummu Salamah merupakan istri Rasulullah yang memiliki umur Panjang, dia wafat setelah peristiwa pembunuhan Husein bin Ali pada tahun 62 Hijriyah dalam usia 90 tahun.

Selama hidup bersama Rasulullah, Ummu Salamah disamping memiliki paras yang cantik ia juga dikenal dengan kecerdasannya dan ketaatannya menjalankan agama sehingga tidak jarang Rasulullah meminta dan menerima pendapatnya terhadap permasalahan yang tengah dihadapi. Bahkan Ibn Hazam memasukkannya salah satu diantara ahli fiqih yang ikut memberikan fatwa sepeninggal Rasulullah.

Khusus terkait perannya dalam periwayatan hadis, Ummu Salamah merupakan Ummul mukninin kedua yang banyak meriwayatkan hadis setelah Aisyah, beliau meriwatkan setidaknya 378 hadis. Melalui Ummu Salamah tercatat beberpa sahabat yang meriwayatkan hadis darinya seperti Aisyah, Abu Said al-Khudri, Umar bin Abu Salamah, Anas bin Malik, Ibn Abbas dan lain-lain. Dari kalangan Tabiin seperti Said bin Musayyab, Sulaiman bin Yasar Abdillah bin Abi Mulaikah, Amir as-Sya’abi, Atha’ bin Abi Rabah dan lainnya.

Layaknya peran Aisyah dalam periwayatan hadis, Ummu Salam juga ikut ambil peran penting dalam penyebaran sabda-sabda Rasulullah. Umur Panjang yang dimiliki Ummu Salamah dan Aisyah dan kecerdasan merupakan faktor utama mereka menjadi tujuan sahabat untuk bertanya dan meminta fatwa terkait permasalahan yang ada. Setelah Aisyah meninggal tahun 58 Hijriah, maka peran tersebut menjadi tanggung jawab Ummu Salamah sehingga hal inilah yang pada akhirnya memberikan ruang untuk Ummu salamah meriwayatkan hadis-hadis yang ia ketahui selama hidup bersama Rasulullah.

Jika dicermati, secara umum hadis-hadis yang diriwayatkan Ummu salamah meliputi tema-tema ibadah seperti bab thaharah (bersuci), Ibadah shalat, puasa, zakat dan haji, beliau juga meriwayatkan hadis terkait jenazah, adab dan tatakrama, tafsir al-Quran, peperangan, fitnah, dan manaqib beberapa sahabat Rasulullah Saw.