marah
gambar dari bernas.id

Majalahnabawi.com – Marah adalah emosi yang terwujud dalam diri seseorang ketika menerima tindakan dari orang lain yang tindakannya tidak ia sukai. Marah adalah nyala api yang bersumber dari neraka yang kemudian naik ke hati. Marah berawal dari hati yang merupakan sumber perasaan seseorang. Orang yang berkobar api kemarahannya maka ia telah terhasut oleh setan.

Mujahid bercerita bahwasanya Iblis berkata: “Anak Adam tidak dapat melemahkanku, mereka tidak akan dapat melemahkanku dalam tiga hal yaitu; Pertama, Apabila seseorang di antara mereka mabuk, maka kami ambil tali kekangnya, lalu kami menggiringnya melakukan hal yang kami sukai. Kedua, bila keturunan Adam marah, maka mereka mengatakan apa yang mereka tidak tahu dan berbuat tindakan yang akan mereka sesali. Ketiga, kami membuat anak Adam kikir terhadap apa yang mereka miliki dan mengembangkannya dengan apa yang mereka sanggupi.

Dalam sebuah riwayat hadis menyatakan:

الغَضَبُ يُفْسِدُ الإِيْمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصَّبْرُ العَسَلَ

Artinya: “Kemarahan itu dapat merusak iman seperti shibr (tanaman bratawali) dapat merusak madu”. (H.R. al-Thabrani).

Marah Dari Tinjauan Ilmiah

Dalam sebuah penelitian ilmiah menyatakan bahwa ketika seseorang marah, maka enzim amilase yang ada dalam ludah berubah menjadi racun. Dan bila mengambil dan menyuntikkan racun itu ke dalam tubuh serangga, maka dalam waktu lima menit serangga itu akan mati. Dapat disimpulkan bahwa seseorang yang sedang dalam kondisi marah, ia sedang menumpuk racun di dalam tubuhnya yang menjadi sumber berbagai macam penyakit yang bisa menyebabkan kematian. Maka dengan menahan marah berarti akan memperpanjang umur dan dengan mengeluarkannya berarti akan memperpendek umur.

Dalam Kitab Musnad Ahmad meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi:

” قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ، ‌وَإِنَّمَا ‌تُطْفَأُ ‌النَّارُ ‌بِالْمَاءِ، ‌فَإِذَا ‌غَضِبَ ‌أَحَدُكُمْ ‌فَلْيَتَوَضَّأْ

Artinya: Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya marah berasal dari setan, dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api, dan api hanya dapat padam dengan air, sehingga ketika kalian marah maka berwudulah” (H.R. Ahmad).

Anjuran Menahan Amarah

Saat marah, kita akan merasa jantung berdebar dan bernapas lebih cepat. Bila marah tingkat tinggi, akan terjadi ketegangan di bahu atau bahkan hingga mengepalkan tangan. Jika mengalaminya, Anda sebaiknya segera mengendalikan diri agar tidak berlanjut menjadi lebih besar. Menahan marah itu memang bukan pekerjaan mudah. Karenanya Nabi Saw menyebutkan berbagai anjuran untuk menahan marah. Di antaranya adalah beberapa hadis berikut:

مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللهُ عَنْهُ عَذَابَهُ وَمَنِ اعْتَذَرَ اِلَى رَبِّهِ قَبِلَ اللهُ عُذْرَهُ وَمَنْ خَزَنَ لِسَانَهُ سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ

Artinya: “barang siapa menahan kemarahannya, niscaya Allah menahan siksa-Nya padanya. Barang siapa yang memohon ampun kepada Allah, niscaya Allah menerimanya. Dan barang siapa yang menjaga lidahnya, niscaya Allah akan menutupi aibnya”. (H.R. al-Thabrani dan al-Baihaqi).

مَا مِنْ جُرْعَةٍ أَعْظَمُ أَجْرًا عِنْدَ اللَّهِ، ‌مِنْ ‌جُرْعَةِ ‌غَيْظٍ كَظَمَهَا عَبْدٌ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ

Artinya: “Tidaklah seorang hamba meneguk tegukan yang lebih besar pahalanya dari pada seteguk kemarahan yang ditahannya karena mengharapkan keridhaan Allah”. (H.R. Ibnu Majah).

لَيْسَ ‌الشَّدِيدُ ‌بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Artinya: “Bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang dapat membanting musuhnya. Sesungguhnya orang yang kuat itu adalah orang yang dapat menguasai hawa nafsunya ketika marah”. (H.R. Muslim).

Sejatinya, Allah telah memberikan manusia potensi untuk menahan marahnya, yakni dengan adanya akalnya. Dan karena Allah tidak akan membebani para hambanya terhadap apa yang tidak mereka mampu untuk melakukannya, maka pasti kita bisa mendahulukan akal kita dengan sehat. Namun pada akhirnya, kembali pada diri kita masing-masing apakah bisa memanfaatkan potensi tersebut dengan baik atau tidak. Semoga kita senantiasa dijaga oleh Allah dari hasutan setan yang memancing marah kita. Dan tentunya, didukung pula dengan ikhtiar dari diri kita masing-masing.

By Muhammad Fahmi

Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta & Mahasantri Darus-Sunnah International Intitute for Hadith Sciences