Majalahnabawi.com – Setelah Allah mengeluarkan Iblis dari surga, mulutnya tak pernah luput berkomat kamit melaknat manusia. Hasratnya senantiasa haus akan kemungkaran dengan menggoda makhluk bebas dosa.

Dialog Para Iblis untuk Menggoda Manusia

Suatu hari, salah satu dari kubu yang dipimpin Iblis menggoda seorang manusia, akan tetapi manusia itu tidak sekali pun tergoda oleh rayuannya. Dia pun melaporkan kegelisahannya pada sang tetuah kubu. “Wahai bapak kami! Kami takut, gelisah, bingung harus menggoda manusia alim itu dengan cara apalagi. Sedang dia tak tergoda sama sekali.” Tetuah kubu mereka menimpali “Nama kita mungkin saja bermakna keputusasaan, tapi jangan sampai kita putus asa untuk menggoda manusia-manusia biadab itu. Duhai anak-anak ku, jangan kau sekali-kali khawatir atau pun takut karena mereka tidak akan terjebak, dia hanya lah manusia yang bisa kita permainkan dari sisi mana pun.” Tapi bapak, percuma saja kita menggoda mereka, sebab ketika dia mengucapkan kalimat taubat, dosa-dosa yang ia lakukan akan terhapuskan!” “Tidak anakku, tidak ada yang percuma, itu hanya awal saja. Lama-kelamaan dia juga akan menikmati keburukan itu. Janganlah menyerah anak-anakku! Karena tindakan buruk itu lambat-laun pasti akan mereka pertuhankan.”

Begitulah sekilas dialog Iblis kepada para pasukannya. Karena kebencian yang berkobar di dalam dirinya, dia pernah berjanji dan bersumpah di hadapan Allah, bahwa dia akan menyesatkan anak cucu Adam sebagaimana tersesatnya dirinya. Perkataan makhluk laknat itu terekam dalam tiga surah (QS. al-A’raf/7: 16-17, al-Hijr/15: 39-40, dan QS Sad/38: 82-83). Salah satunya yaitu dalam surah al-A’raf: 16-17 sebagai berikut;

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ      

“Iblis menjawab: “karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

Surat Al-A’raf Ayat 16 Menurut Ulama’ Nahwu

Sebagian pakar ahli Nahwu menerangkan, bahwa perkataan Iblis dengan menggunakan lafad أَغۡوَيۡتَنِي tersebut mengandung makna qasmiyyah (sumpah). Sebab adanya huruf ب (ba), sehingga Iblis seakan-akan mengatakan: “Maka demi kesesatan yang telah engkau putuskan terhadap diriku, aku benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.”

Muhammad ‘Aly al-Sabuni di dalam kitabnya Safwah at-Tafasir menjelaskan, Iblis berkata bahwa “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka aku akan duduk menghalangi Adam As. dan keturunannya dari jalan kebenaran dan jalan keselamatan yang akan membawa ke surga. Lalu aku akan mendatangi hamba-Mu dari semua arah, dari arah yang empat untuk memalingkan mereka dari agama-Mu. Di samping itu, at-Tabrani juga berpendapat, Iblis akan mendatangi dan menghalangi dari semua jalan kebenaran dan kebatilan. Sehingga ia akan memalingkan manusia dari kebenaran dan menjadikan kebatilan-kebatilan terasa indah.

Iblis Enggan Bersujud kepada Nabi Adam As.

Sumpah tersebut bermula, sejak adanya perintah sujud kepada Adam As. yang Allah ciptakan langsung dengan tangannya sendiri. Saat itu Allah menyuruhnya sujud kepada Nabi Adam As. Namun, Iblis merasa enggan karena dirinya merasa lebih baik dari Adam As. dari segi material saat proses penciptaan mereka. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam QS al-A’raf:12;

Artinya: “(Allah) berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?’ (Iblis) menjawab, aku lebih baik dari pada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Sementara itu, dalam Surah al-Hijr: 33 juga tercantum kisah pembangkangan dan keangkuhannya, sebagai berikut;

“Ia (Iblis) berkata, Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

Kesombongan itulah yang menggiring dia untuk diasingkan dan dikeluarkan Allah dari surga. Kemudian mencabut semua gelar-gelar yang ada pada dirinya, seperti, sayyidul malaaikah (penghulu para malaikat), bendaharawan surga, pemimpin para malaikat dan pengatur cakrawala langit yang dapat kita saksikan serta bumi dan isinya. Sehingga ia mendapat julukan Iblis karena ia adalah makhluk yang tidak memiliki sisi kebaikan moral dan agama. Tidak juga akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah Swt., di samping ia terkutuk, putus pula harapannya untuk mendapat rahmat Ilahi.

Tidak Menyesal atas Hukuman Allah

Setelah kejadian itu, Iblis tidak sekali pun menyesal atas hukuman dari Allah Swt. kepadanya. Bahkan tidak tanggung-tanggung dia berjanji dan bersumpah akan menghalangi manusia dari jalan-Nya. Bukan meminta maaf, atau mengakui keangkuhannya, dia malah membuat sumpah kepada penciptanya.

Di dalam Tafsir al-Kabir karangan Fakhruddin al-Razi, terdapat riwayat bahwa ketika Iblis mengatakan ucapannya itu, hati para malaikat menjadi kasihan terhadap manusia. Lalu mereka berkata: Wahai Tuhan kami, bagaimana mungkin manusia bisa melepaskan diri dari gangguan setan?  Allah Swt. berfirman yang artinya, bahwa bagi manusia masih tersisa dua jalan yaitu atas dan bawah. Jika manusia mengangkat kedua tangannya dalam doa dengan penuh kerendahan hati atau bersujud dengan dahinya di atas tanah dengan penuh kekhusyuan, maka aku akan mengampuni dosa-dosa mereka.

Oleh sebab itu, arah empat yang dikepung Iblis tidak meniscayakan bahwa tidak ada jalan lain lagi untuk menghindari godaan setan atau pun Iblis. Sebab Allah masih memberi jalan lain menuju sirothol mustaqim dengan 2 cara tadi, atas dan bawah. Jadi sebanyak apapun penyelewengan yang kita buat, Allah Swt. tidak akan jauh dari kita. Allah Swt. tidak juga langsung mengetuk palu mencap kita buruk, selagi kita menyadari perilaku buruk itu tidak akan mengantarkan kita kepada-Nya.

Akhiran, semoga kita senantiasa dalam Rahmat dan Rahim-Nya.