Majalahnabawi.com –Hadis ini membahas beberapa cabang iman;

عن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعاري رضي الله عنه, قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإيْمانِ, والحَمْدُ للهِ تَمْلَأُ الْمِيْزَانَ, وسُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ لِلّهِ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأرْضِ, وَالصَّلَاةُ نُوْرٌ, وَالصَّدَقةُ بُرْهَانٌ, وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ, وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أوْ عَلَيْكَ, كُلُّ النَّاسِ يَغْضُو, فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا. (رواه مسلم)

Dari Abu Malik al-Harits bin ‘Ashim al-Asy’ari ra., berkata, Rasulullah Saw .pernah bersabda: Bersuci itu separuh iman, Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah walhamdulillah itu memenuhi apapun di antara langit-langit dan bumi, salat itu cahaya, sedekah itu penerang, sabar itu sinar, dan Al-Quran itu hujjah yang menolongmu atau membebanimu. Setiap manusia berangkat pagi, maka mereka telah menjual diri sendiri, kemudian menjadi pembebas dirinya sendiri atau menjadi perusak dirinya sendiri. (HR. Muslim).

Bersuci Merupakan Separuh Iman

Secara etimologi, Thuhur berarti bersih-bersih atau bersuci dari hadas, najis, dan kotoran. Secara syara’, Thuhur adalah kegiatan bersuci yang boleh kita lakukan. Bisa berupa tayamum, mencuci baju, basuhan kedua dari wuduk atau mandi junub, dan semacam itu. Yang kita bahas saat ini adalah pengertian etimologi.

Iman di sini maksudnya iman level sempurna. Sekalipun unsur-unsur iman meliputi beberapa bagian dan beberapa hukum yang terbilang banyak, akan tetapi semua itu terkumpul di dua bagian. Pertama, yakni membersihkan dan menyucikan diri dari hal-hal yang harus kita hindari. Hal tersebut adalah semua bentuk larangan. Kedua, yakni terlibat (berpartisipasi) dalam hal-hal yang perlu terlibat di dalamnya. Hal tersebut adalah semua bentuk perintah.

Pengertian Thuhur secara etimologi—yakni membersihkan dan mensucikan—itu mencakup keseluruhan esensi bagian pertama. Dengan demikian maka benar jika ada pernyataan bahwa bersuci adalah separuh iman.

Selain itu, kegiatan thaharah dari aspek lain juga terbagi dua, thaharah wajib dan thaharah sunah. Thaharah sunah seperti mandi untuk salat jumat, mandi di hari raya, memperbaharui wuduk, basuhan kedua dan ketiga saat wuduk, dan semacamnya. Thaharah wajib terpecah dua lagi, yakni zahir dan batin. Thaharah zahir adalah kegiatan badan seperti mandi dan wudu’. Thaharah batin adalah kegiatan hati memersihkan jiwa dari sifat tercela seperti sombong, dengki, riya, bangga dengan diri sendiri, dan lain sebagainya.

Kalimat Singkat, Makna Berat

Jenis huruf ال di awal lafadz الحمد لله adalah jinsiyah, ada banyak jenis ال dengan nama dan fungsi berbeda-beda dalam Ilmu Nahwu. Fungsi ال yang jinsiyah itu melingkupi seluruh makna yang terdapat dalam lafaz حمد sekaligus perubahan bentuk lafaz dalam Ilmu Sharaf. Maka makna lafaz menjadi “semua jenis pujian” bukan “pujian” saja.

Dengan begitu, seharusnya pahala yang akan pembacanya peroleh dapat memenuhi wadah timbangan amal baiknya kelak di akhirat. Ya, itu pasti terealisasi manakala dalam pelafalannya kita sertai rasa tunduk dan penghayatan makna mendalam. Sebab menisbatkan seluruh bentuk pujian kepada Allah Swt. tentunya, kumpulan pahala dari semua pujian itu akan memenuhi timbangan.

Berdasarkan redaksi hadits ini pula para ulama menjadikan dalil, bahwa di akhirat akan ada penimbangan amal.

Kalimat Simpel Bermakna Luas

              Kombinasi dua kalimatسبحان الله  dan الحمد لله terdapat tiga pandangan berbeda dari para ulama. Menurut yang pertama, masing-masing makna dari dua lafaz tersebut sama-sama memenuhi langit-langit dan bumi. Lafaz hamdalah memenuhinya karena keluasan maknanya, demikian pula lafaz tasbih. Masing-masing memiliki level sama. Kedua, luas makna yang memenuhi ruang langit-langit dan bumi adalah kesatuan makna dari dua makna lafaz. Maka lafaz hamdalah luasnya separuh alam semesta dan luas lafaz tasbih juga separuh semesta sehingga kedua lafaz ini memiliki makna seluas alam semesta.ketiga, asbih itu separuh wadah timbangan, hamdalah itu memenuhi timbangan, artinya tasbih itu separuh pahala hamdalah. Demikian menurut satu pendapat. Demikian menurut pendapat lain.

              Dari tiga pendapat tersebut, sebenarnya memiliki titik tekan yang sama. Bahwa intisari makna hadis bukanlah benar-benar hendak mengukur. Karena maksud yang sebenarnya adalah motivasi. Di mana indikator lafaz tertuju kepada pahala yang banyak di dalam bacaan dzikir tersebut. Yang andai saja pahala berwujud materi, niscaya menghabiskan semua ruang di bumi hingga langit raya.

Salat Merupakan Cahaya

              Salat secara keseluruhan mencakup syarat, rukun, sunah-sunah, adab, berjamaah, keutamaan waktu, dan penyempurna  lainnya. Dapat menjadi cahaya yang menerangi hati dan wajah pegiatnya ketika di dalam kubur hingga di akhirat kelak.

Shalat yang sempurna dzahir batin adalah sumber ketenangan, sumber solusi dari permasalahan akhirat. Nabi Saw. bersabda: Barang siapa menjaga salat, maka salat akan menjadi cahaya, penerang, dan keberuntungan di hari kiamat. (HR. Muslim: 2691)

Sedekah Merupakan Penerang

Sedekah secara universal adalah harta yang kita keluarkan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt., baik sedekah wajib maupun sedekah derma. Burhan secara etimologi adalah hujjah (dalil/bukti) atau sesuatu yang menerangkan, menjelaskan, membuktikan, memperkuat, dan semacam itu.

Disebutkan bahwa sedekah itu burhan. Artinya, sedekah akan menjadi bukti yang menunjukkan kesempurnaan iman pelakunya. Dikatakan, bahwa para tukang sedekah di hari kiamat akan dicap. Cap tersebut menjadi burhan bagi mereka sehingga tidak perlu di interogasi tentang alokasi harta semasa hidup.

Ada riwayatkan yang menyatakan, bahwa ketika salah seorang dari umat Nabi Muhammad bersedekah, maka Jahanam meminta izin kepada Allah untuk bersujud syukur. Hal itu sebagai ekspresi bahagia sebab terbebas darinya satu orang umat Nabi Muhammad Saw. (Jawahirul-Lu’luiyah: 249)

Benteng Bersinar; Sabar

Definisi sabar terdapat banyak versi. Menurut terminologi syariat, sabar itu memantapkan diri dalam berpegangan pada Al-Quran dan sunah. Menurut definisi yang lain, sabar itu menguatkan diri dari musibah dengan tetap beradab baik. Kata lainnya, itu adalah tidak lari dari ketetapan. Kata yang lain lagi, itu menahan malas melakukan ibadah, menguatkan mental dengan adanya musibah, dan menahan nafsu agar tidak melakukan maksiat.

Penafsiran الضياء—sinar—juga berbeda-beda menurut para ulama. Boleh jadi bermakna, bahwa penyabar akan tertuju pada amal sabar itu sendiri seperti berfungsinya sinar. Sehingga, ia akan tertuntun dalam melangkah. Kata pendapat yang lain, bahwa sabar menjadi cahaya di akhirat nanti. Menurut lainnya, sabar adalah cahaya hati. Sebab, sabar mengimplikasi kegiatan bermanfaat dan menghindari sesuatu sebaliknya. Akhirnya, hati pun menjadi bersih dan bersinar.

Al-Quran dengan Dua Sisinya

Seperti sebelumna makna hujjah tadi, Al-Quran juga menjadi hujjah bagi setiap orang. Hujjah selalu memiliki dua arah, ke atas dan ke bawah. Maksudnya, hujjah ke atas adalah justice (dukungan) sementara hujjah ke bawah adalah menjatuhkan. Hujjah biasanya juga diartikan argumen. Argumen bisa digunakan menyerang sekaligus mempertahankan. Demikian hujjah, namun dengan konteks yang lebih luas.

Jika hujjah menggunakan huruf ل—لك—maka bermakna mendukung. Karena huruf ل memiliki konotasi kepemilikan, hak, dan semacam itu. Jika mengunakan huruf على—عليك—maka bermakna menjatuhkan. Karena على—di atas—memiliki konotasi beban, tanggungan, dan semacam itu.

 Al-Quran dapat memberi syafaat sebagaimana ia bisa memposisikan diri menjadi musuh. Ia akan bersaksi di hadapan Allah apapun yang dilakukan per-individu. Apakah aktifitas sesuai dengan tuntunan Al-Quran atau tidak. Apakah Al-Quran benar-benar diamalkan atau sebatas dibaca saja. Disanalah Al-Quran mempunyai dua sisi sesuai subjektifitas manusia.

Manusia Sibuk

Setiap orang memiliki kepentingan. Punya tujuan masing-masing. Mereka berpagi-pagi mengejar impian itu, menyelesaikan urusannya. Di saat itulah mereka sedang menjual dirinya, ketika tenggelam bersama kesibukan.

Ini adalah pertaruhan. Semua tergantung pada kedirian masing-masing. Mungkin saja si A memilih jalan yang bersih, aman dari semua larangan. Mungkin juga si A ternyata memilih larut terlena sehingga melupakan tuntunan. Semua itu gambaran transaksi jual-beli. Menjual diri dengan kompensasi rahmat atau dengan kompensasi azab. Semoga kita semua diingatkan selalu.