ilmu

Majalahnabawi.com – Di antara faktor pendorong agar seseorang bersemangat mempelajari sesuatu adalah pengetahuannya bahwa sesuatu tersebut memiliki banyak keutamaan. Semakin banyak keutamaan yang akan dia dapatkan, maka semakin besar pula semangat untuk menuntut ilmu. Terkait itu, banyak sekali perumpamaan penuntut ilmu. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafidzahullah berkata:

“Jiwa itu mempunyai sifat tertarik untuk mendengar dan mengetahui keutamaan sesuatu, karena terkadang dia menyangka bahwa keutamaan dari sesuatu itu hanya satu dan tidak berbilang. Ketika keutamaannya banyak, maka akan semakin banyak pula sisi ketertarikannya terhadap sesuatu tersebut. Dia akan perhatian kepadanya, bersemangat mendapatkannya, dan menjelaskan kepada manusia tentang keutamaan yang akan mereka dapatkan kalau memegang teguh tauhid ini.”

Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan penulis sampaikan tentang beberapa keutamaan dan perumpamaan menuntut ilmu agama. Setelah mengetahui keutamaan-keutamaannya, semoga hal itu dapat mendorong kita semua untuk giat dan terus-menerus mempelajarinya serta tidak meremehkannya.

Pahala yang agung bagi seorang yang berilmu juga dapat dilihat dari pahala yang mereka dapatkan ketika mereka dapat memberikan petunjuk bagi orang lain dengan ilmu yang mereka miliki. Dan seseorang tidaklah mungkin dapat memberikan petunjuk kebenaran kepada orang lain kecuali dengan ilmu. Ada sebuah hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,  yang menggambarkan perumpamaan orang yang belajar ilmu agama, beliau bersabda :

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيْرَ وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوْا مِنْهَا وَسَقَوْا وَرَعَوْا وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَالِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِيْ دِيْنِ اللهِ وَنَفَعَهُ بِمَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَالِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ

Artinya:

Riwayat dari Abu Musa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Perumpamaan agama yang aku diutus Allah ‘azza wajalla dengannya, yaitu berupa petunjuk dan ilmu ialah bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Di antaranya ada yang jatuh ke tanah subur yang dapat menyerap air, maka tumbuhlah padang rumput yang subur. Di antaranya pula ada yang jatuh ke tanah keras sehingga air tergenang karenanya. Lalu air itu dimanfaatkan orang banyak untuk minum, menyiram kebun dan beternak. Dan ada pula yang jatuh ke tanah tandus, tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Seperti itulah perumpamaan orang yang mempelajari agama Allah dan mengambil manfaat dari padanya, belajar dan mengajarkan, dan perumpamaan orang yang tidak mau tahu dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.” (HR.Muslim: 2282).

Rasulullah ketika datang membawa ajaran agama, beliau mengumpamakannya dengan hujan yang datang kepada manusia dikala mereka membutuhkannya. Demikianlah kondisi manusia sebelum Rasulullah diutus itu seperti hujan menghidupkan tanah yang mati, demikian pula ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati.

Kemudian beliau mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan berbagai macam tanah yang terkena air hujan, di antara mereka adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajar. Orang ini seperti jenis tanah yang subur yang menyerap air sehingga dapat memberi manfaat untuk dirinya, dan kemudian tumbuhlah tumbuh-tumbuhan padanya sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain.

Perumpamaan Penuntut Ilmu

Di antara mereka ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu namun dia tidak mengerjakan yang sunnah-sunnahnya dan tidak memahami secara mendalam ilmu yang ia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan untuk orang lain, maka dia bagaikan tanah yang tergenangi air sehingga manusia dapat memanfaatkannya.

Di antara mereka juga ada yang mendengar ilmu namun tidak menghafal atau menjaganya serta tidak mengamalkannya dan tidak pula mengajarkannya kepada orang lain, maka dia seperti tanah yang kering dan tandus tidak dapat menyerap air sehingga merusak tanah yang ada di sekelilingnya.

Jadi perumpamaan di atas adalah perumpamaan orang yang belajar ilmu agama Allah, bisa mengambil manfaat dari apa yang telah diberikan oleh Allah kepada makhluknya, seperti hujan yang jatuh ke bumi yang memberikan kesuburan kepada tanah, lalu dari situ tumbuhlah tanaman dan pepohonan yang subur dan lebat, dari air itu juga bisa menjadi sumber mata air bagi manusia mulai dari adanya lautan, danau, muara dan sungai. Dari situhlah Allah memberikan petunjuk dan ilmu kepada kita agar bisa mengolah dan biasa memanfaatkan apa yang ada di muka bumi ini. Dari situ, kita bisa mentafakuri dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.