teror di tanah suci

Refleksi Buku Teror di Tanah Suci; Catatan Singkat Tadarus Pemikiran Kiai Ali Mustafa Yaqub

Majalahnabawi.com – Buku yang berjudul “Teror di Tanah Suci” ini adalah kumpulan dari artikel-artikel yang termuat di berbagai media massa seperti KOMPAS, REPUBLIKA, Majalah Nabawi dan lain lain. Yang tertulis dalam buku ini adalah memang benar-benar hasil pemikiran, pengamatan, dan analisis yang mendalam terkait isu-isu sosial. Termasuk analisis fenomena sosial keagamaan umat Islam, bahkan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di belahan dunia lainnya. Seperti judul buku, tentunya dalam buku ini Pak Kiai lebih terfokus pada isu-isu yang terjadi di tanah suci, meskipun di dalam buku ini juga membahas tentang penyimpangan atau pemahaman yang bengkok, khususnya di Indonesia.

Latar Belakang Konflik antar Umat Beragama

Latar belakang konflik antar umat beragama yang memicu terganggunya stabilitas sosial masyarakat adalah sebagian pemeluk agama yang melibatkan dan menjerumuskan agama ke dalamnya. Seperti adanya perpecahan, konflik, teror, radikalisme, liberalisme, dan ekstremisme. Dan tentunya, tindakan-tindakan yang mereka lakukan memiliki alasan. Penyebab utama aksi-aksi anarkis tersebut adalah kurangnya pengetahuan dan penghayatan mereka tentang agama yang mereka anut. Karena tidak ada satupun agama di dunia ini yang mengajarkan sikap anarkis. Justru agama adalah sumber inspirasi pertama dan utama kebahagiaan dan kedamaian hidup.

Bahkan sejak awal lahirnya Islam sendiri telah mendeklarasikan sebagai agama yang moderat. Seperti yang termaktub dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا ٱلْقِبْلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelok. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 143)

Kiamat Tidak Akan Datang sampai Baitullah Tidak Dikunjungi Orang untuk Berhaji

“Teror di Tanah Suci” , adalah salah satu fenomena penyesatan dan penyimpangan umat Islam yang kompleks dan memilukan. Karena hal ini telah menyimpang dari pilar agama Islam yakni aqidah, ibadah, dan muamalah. Pun juga peristiwa tersebut telah membuat ratusan jiwa melayang dan terluka.

Imam Abu Ya’la al-Maushuli (w. 307 H) dalam kitabnya al-Musnad dan Imam al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak ‘ala al-Shahihaini meriwayatkan hadis, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَقُوْمُ السَاعَةُ حَتَّى لَا يُحَجَّ البَيْتُ

“Tidak akan datang hari kiamat sampai Baitullah tidak dikunjungi orang untuk berhaji”

Poin penting pembahasan Pak Kiai dalam buku ini mengenai sabda Nabi di atas dengan realita yang terjadi adalah apakah prediksi Nabi ini kini sudah terjadi atau belum? Lantas apa yang menjadi sebab manusia tidak mau pergi ke Baitullah untuk beribadah haji?

Al-Imam al-Hafizh Ahmad bin Muhammad al-Fasi (w. 832 H) dalam kitabnya yang berjudul Syifa al-Gharam menyebutkan tahun per tahun peristiwa yang terjadi di tanah suci sejak abad pertama sampai abad ke sembilan. Dalam kitab tersebut beliau tidak menyebutkan bahwa Baitullah pernah tidak dikunjungi orang sama sekali, akan tetapi yang tertulis di situ adalah tidak ada seorangpun yang melakukan wukuf di Arafah baik siang maupun malam.

Mengapa Manusia Tidak Mau Lagi Mengunjungi Baitullah?

Kejadian sepanjang masa itu yang banyak memakan korban jiwa sebagian di antaranya adalah bentrokan antara jemaah haji Mesir dengan jemaah haji dari Irak, perang antara jemaah haji Mesir dengan jemaah haji dari Syam, desak-desakan di sekitar ka’bah yang menewaskan 34 orang, kejadian pada tahun 317 H oleh kelompok Qaramithah melakukan pendongklengan makam Nabi Ibrahim AS kemudian mengambil Hajar Aswad, pembantaian yang dilakukan kaum Qaramithah kepada 1700 jemaah haji di Masjidil Haram, dan Qaramithah membunuh 3000 jamaah haji yang berasal dari Khurasan dan negara-negara Afrika Barat.

Dapat kita simpulkan sementara bahwa prediksi Nabi di mana orang-orang tidak lagi mengunjungi Baitullah untuk berhaji, tampaknya belum terjadi sampai sekarang. Jika demikian, lantas mengapa manusia tidak mau lagi mengunjungi Baitullah untuk berhaji?

Kemungkinan yang menjadi sebab manusia tidak mau lagi mengunjungi baitullah untuk berhaji di antaranya adalah. Pertama, semua manusia sudah melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi tampaknya kemungkinan ini kecil terjadi. Karena pada realitanya orang yang sudah beribadah haji, ia ingin menjalankan ibadah haji untuk yang kedua kalinya. Kedua, tidak ada lagi orang yang beriman. Karena dalam hal ini, ibadah haji adalah implementasi keimanan seseorang. Ketiga. Adanya terorisme yang akan mengancam keselamatan jiwanya. Hal ini sudah tampak tanda-tandanya sejak  25 tahun terakhir. Terkhusus yang terjadi pada 10 Dzulhijjah 1436 H/24 September 2015 M yang lalu, yang mana di Mina terjadi tragedi yang menewaskan 1095 orang. Menurut pendapat lain bahwa korban lebih dari 2000 orang.

Masih banyak lagi fenomena-fenomena yang menjadi sorotan Pak Kiai dalam buku ini. Terdapat 35 artikel yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yakni; aqidah, ibadah, dan muamalah.

Wallahu ‘alam.

Similar Posts