Majalah nabawi.com – Tahun 2022 sudah berlalu, banyak resolusi mulai dirancang untuk tahun yang ada di hadapan mata. Segala harapan, cita-cita, sampai rancangan-rancangan untuk jangka satu bahkan lima tahun ke depan bahkan sudah rampung. Tahun 2022 yang lalu memang sudah kita habiskan dengan segala macam aktivitas, pencapaian, dan tidak menutup kemungkinan adanya kisah sedih, harapan yang tidak tercapai yang telah kita lalui. sebagai seorang muslim sejati, di awal tahun ini tentunya kita mempunyai harapan agar segala sesuatunya lebih baik sebagai bentuk refleksi dari tahun-tahun sebelumnya.

Berkaca dari Tahun-Tahun Sebelumnya

Visi besar harus hadir dalam hidup kita, amal perbuatan hendaknya senantiasa bersandar kepada Ridho Allah. Awal tahun juga harus kita jadikan sebagai moment untuk bermuhasabah diri dari segala sesuatu yang terjadi di tahun sebelumnya. Bagaimana kita secara individu, begitu pula masyarakat menyambut tahun baru ini. Perayaan tahun baru selalu bersamaan dengan perayaan Natal bagi umat Kristen. Perayaannya sangat meriah dengan menggunakan ornamen-ornamen khas Natal dan Tahun Baru.

Selalu kita temukan di akhir tahun bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru, pusat perbelanjaan akan penuh dengan ornamen benda-benda berwarna merah dan pohon cemara yang sangat identik dengan hiasan hari raya kaum Nasrani. Di akhir tahun menuju awal tahun gencar pula ide moderasi beragama dalam bentuk toleransi tanpa batas hingga muncul opini bahwa kaum muslim tidak apa-apa ikut meramaikan perayaan ini sebagai wujud toleransi antar umat beragama. Muncullah statement bahwa “Tidak ada agama yang lebih benar dari agama lainnya”.

Ketika seorang muslim pada saat ini tetap kuat pada prinsip bahwa tidak ingin ikut serta meramaikan perayaan agama lain selain Islam maka siap-siap saja harus dilabeli intoleran dan berpotensi menjadi sosok yang radikal. Semua itu karena adanya paham pluralisme dan moderasi yang ramai dalam bentuk toleransi yang ternyata melampaui batas yang ada dalam Islam.

Refleksi Toleransi

Pada dasarnya, Islam membolehkan toleransi antar umat beragama dengan batasan-batasan tertentu. Batas-batas toleransi di dalam Islam cukup dengan mempersilahkan umat beragama selain muslim untuk menjalankan aktivitas keagamaan mereka, seperti ibadah dan hari raya agama mereka. Islam membatasi toleransi karena berkaitan dengan ranah aqidah yang bersinggungan dengan keimanan. Mengucapkan selamat terhadap perayaan agama lain, bahkan sampai turut merayakan perayaan mereka sudah melebihi batas-batas toleransi dalam Islam. Syariat Islam telah mengatur bahwa perlindungan terhadap aqidah ini merupakan tugas negara dan seluruh elemen masyarakat.
Wallahu a’lam bish shawwab.