Resensi Buku; Setan Berkalung Surban

Majalah Nabawi – “”, buku ini adalah salah satu dari sekian banyak karya Kiai Ali Mustafa Yaqub yang menjawab berbagai macam problematika kehidupan umat di Indonesia khususnya. Apa yang pertama teman-teman pikirkan setelah membaca judul buku ini ?? Buku Setan Berkalung Surban ini adalah kumpulan 42 artikel karya Pak Kiai dan terangkum dalam tiga bab. Yaitu mencakup akidah, ibadah, dan muamalah. 

Bagian akidah terdiri dari sembilan judul, ibadah dua belas judul, dan muamalah 21 judul. Semua tertulis dalam bahasa Indonesia kecuali pada judul-judul makalah seminar internasional, khutbah jumat di New York, dan khutbah nikah yang tertulis dalam bahasa Inggris.

Sebagian besar isi buku ini memang menyorot secara kritis fenomena kehidupan umat masa kini yang semakin kompleks dan cenderung mengkhawatirkan. Buku ini selain memuat artikel juga ada makalah- makalah beliau yang terkenal di media masa seperti, koran KOMPAS, REPUBLIKA, MAJALAH, dll. Ada juga makalah tentang khutbah jumat beliau pada seminar internasional di New York, USA, dan makalah tentang isi khutbah nikah yang beliau sampaikan pada pernikahan duta besar Paraguay yang baru saja masuk Islam di bawah bimbingan beliau yang beliau tuliskan dalam bahasa Inggris.

Persoalan Akidah

Kategori pertama adalah Akidah. Salah satu persoalan akidah yang menjadi sorotan dalam buku ini adalah toleransi umat beragama di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang mendapatkan perhatian besar oleh dunia mengenai toleransi antar umat beragama. Banyak wartawan dari mancanegara dan tokoh-tokoh besar dunia yang datang ke Indonesia. Mereka menanyakan tentang stabilitas sosial di Indonesia yang multietnis dan multiagama.

Dalam buku ini beliau menjawabnya dengan begitu gamblang. Beliau menunjukkan solusinya dengan mengajak kita untuk melihat dan memperhatikan sejarah umat Islam, masa lalu, masa Rasulullah ﷺ. Di Madinah saat itu, Nabi ﷺ membina umat Islam dengan agama-agama lain yang ada di sana, seperti Nasrani, Yahudi, Majusi, dan Paganism. Bahkan beliau bersama penganut  agama-agama lain melahirkan sebuah perjanjian damai untuk menghormati, dan menjaga satu sama lain yang disebut Piagam Madinah. Sehingga bisa kita saksikan kedekatan istri Nabi ﷺ, Aisyah ra dengan wanita-wanita Yahudi. Bahkan ada pendeta Yahudi yang rela mati demi membela Nabi ﷺ pada  perang Uhud 3 H. Fakta keharmonisan antar umat beragama yang sungguh indah dan menakjubkan.

Persoalan Ibadah

Tidak kalah menarik materi yang terdapat dalam kategori kedua yaitu ibadah. Kritikan demi kritikan yang membangun kembali kesadaran umat Islam dalam menjalankan ibadah yang baik dan benar, beliau lontarkan dengan gayanya yang khas. Banyak penyelewengan dan salah kaprah yang umat Islam lakukan dalam beberapa praktek ibadah, seperti kurban, puasa Ramadan, haji, azan, dan salat. Bahkan beliau mampu menguak hubungan kualitas ibadah dengan kemunduran umat Islam di Indonesia dalam bidang ekonomi. Beliau menekankan adanya reorientasi ibadah agar berpahala maksimalis sehingga berbuntut pada ekonomi maksimalis.

Persoalan Muamalah

Persoalan terakhir adalah dalam bidang muamalah. Problematika umat dalam bidang muamalah lebih kompleks dan menjamur daripada dua bidang sebelumnya. Bidang muamalah lebih mendominasi halaman dalam buku ini. Ada sekitar dua puluh materi pembahasan. Salah satunya adalah fenomena  dai walakedu (jual ayat kejar duit), yang semakin ramai dibicarakan masyarakat hingga media massa. Permasalahan ini tentu membuat para tokoh muslim angkat bicara dan menuntut agar segera diselesaikan. Apalagi setelah tersiarnya video seorang dai yang menunjukkan sikap tidak pantas di hadapan publik. Kiai Ali Mustafa Yaqub, Memandang perlu adanya penyegaran kembali rekrutmen dai yang benar-benar berpegang teguh pada kode etik dakwah.

Inilah sekelumit isi buku berjudul Setan Berkalung Surban. Semoga dapat menambah semangat pembaca untuk lebih mendalaminya dengan membuka halaman demi halaman cakrawala dinamika kehidupan umat Islam Indonesia dan penyelesaiannya. Semoga Allah swt selalu memberikan rahmat dan kebaikan bagi penulis sebagai guru dan juga orang tua kami.

Walaa tamutunna illaa wa antum kaatibuun”. Itulah nasehat yang selalu kami dengar dari beliau. “Menulislah sebelum ajal menjemputmu.” Nasehat yang disertai langkah nyata menambah kharisma beliau sebagai sosok inspiratif bagi umat Islam di Indonesia. Khususnya bagi kami santrinya. Sudah kurang lebih lima puluh buku beliau hasilkan selama rentang waktu 1986-2014, baik berupa terjemahan maupun karya pribadi. Angka yang fantastis di tengah kesibukan beliau sebagai seorang pengajar, dosen, dai, narasumber di berbagai stasiun televisi, narasumber pada seminar-seminar nasional maupun internasional, juga wakil komisi fatwa MUI, dan lain sebagainya. Sikap beliau dalam menghargai waktu sangat tinggi sehingga di sela-sela kesibukannya tersebut, beliau menyempatkan diri untuk menulis dengan penuh kedisiplinan. Sikap yang menjadi pelajaran kedua bagi kami dalam menjalani roda kehidupan ini.

Ada nuansa menarik ketika kita menelaah satu persatu dari 42 judul artikel yang terangkum dalam buku ini. Tujuan Pak Kiai merangkum artikel-artikel pendek karyanya dalam satu buku adalah untuk mengembalikan pemahaman dan perilaku umat Islam ke ajaran Allah dan tuntunan Rosul-Nya. Jadi bagaimana, apakah kalian berminat membacanya ??

Similar Posts