Majalahnabawi.com – Jika anda mencari kitab kaya hikmah dengan penjelasan mudah dan simpel, jangan lewatkan karya Syeikh Zain bin Ibrahim bin Smith Al-Husaini dalam pencarian. Nama kitabnya Al-Fawaidu al-Mukhtaroh. Tebal kitab 650 halaman.

Nilai keislaman di sini berupa faidah atau prinsip-prinsip dasar (universal). Di antaranya adalah tauhid, akhlaq, adab, halal-haram, karomah, taubat, rahmat, keutamaan khoufraja’. Ada juga seputar ibadah dan maksiat, ikhlas, penyakit hati, dan banyak lagi. Bukan hanya nilai-nilai universal, di sini juga mencakup nilai parsial seperti hikmah dibalik shalat, puasa, sedekah, keutamaan waktu-waktu tertentu seperti bulan Rajab dan Sya’ban. Begitu juga biografi beberapa ulama, khitan, hak-hak (seperti sahabat, orang tua, guru, para muslim seluruhnya), ziarah, ahlul-bait, dan banyak lagi.

Secara keseluruhan terdapat 45 bab berbeda (tidak satu bahasan terkait). Setiap bab memuat beberapa sub-bab di dalamnya. Sub-bab adalah pembahasan yang berkaitan dengan bab utamanya. Setiap sub-bab berisi potongan-potongan redaksi dengan kisaran 30 kata atau lebih. Potongan redaksi diambil dari berbagai sumber seperti Al-Qur’an, tafsir, hadits, dan kitab-kitab salaf. Gaya kemas pembahasan yang seperti itu menjadikan kitab ini lebih sistematis daripada model narasi. Karena langsung menyampaikan inti, tidak bertele-tele.

 Seperti kitab-kitab hikmah lain, kitab ini dimulai dengan bab ilmu. Di dalam bab ilmu terdapat beberapa sub bab berkaitan. Sub-bab yang berkaitan seperti keutamaan mencari ilmu, dalil nash tentang ilmu, prakata para ulama tentang ilmu. Begitu juga dengan tata cara, tips mencari ilmu, dan lainnya. Seperti itulah sistematika bab-bab lain.

Potongan ayat, hadits, hingga prakata para ulama atau komentar pendek terkumpul berdasarkan klasifikasi bab. Hal itu menambah kesan unik pada kitab ini. Karena menjadikannya seolah-olah kitab kumpulan quotes. Contohnya seperti perkataan Bisyri al-Hafi, Lapar itu menjernihkan pikiran/hati dan menghasilkan ilmu yang teliti. (Hal: 327).

Kekurangan dan Kelebihan

Menjadi alasan lain bahwa kitab ini favorit karena mencantumkan kisah-kisah motivasi sesuai dengan bab pembahasan. Contohnya seperti kisah seseorang yang mendatangi Umar bin Khattab sembari mengendong perempuan tua. Dengan beberapa dialog, ternyata si perempuan tua adalah ibunya. Selain itu, banyak sekali kisah-kisah yang diikutsertakan pada suatu bab untuk memperkaya bab tersebut.

 Tidak seperti kitab mata kuliah semisal Mantiq, Balaghah, Fiqih, Ushul-Fiqih, dan semacamnya yang biasa membuat kami pembaca lumayan puyeng. Kitab Al-Fawaidu al-Mukhtaroh cocok sekali menjadi teman istirahat kala libur kuliah karena kemas bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, pembaca tidak akan merasa bosan dengan penuturannya yang berbeda-beda. Sebab, setiap paragraf adalah potongan dari sumber-sumber kitab lain yang memiliki ciri khas berbeda. Dengan demikian, membaca kitab ini sebenarnya sedang melakukan eksplorasi ke berbagai kitab.

Kekurangannya, kalau memang mau dikatakan kekurangan referensi sangat mendominasi kitab Al-Fawaidu al-Mukhtaroh ini. Artinya, kitab ini sebagian besar disusun oleh kitab-kitab lain bukan murni karya pengarang, Syaik Zain bin Ibrahim bin Smith Al-Husaini. Jadi, kurang cocok untuk jadi rujukan ilmiah. Dengan kata lain, lebih baik merujuk kepada kitab aslinya. Terlepas dari kekurangan tersebut, ada beberapa kata yang cocok untuk kitab Al-Fawaidu al-Mukhtaroh. Kaya, sistematis, penting namun tetap ringan.