Majalahnabawi.com – Tujuan suatu karya dibuat, tak lain sebagai media untuk menyampaikan pesan moral dengan baik dan menarik. Namun, tak jarang dari kita yang menikmati sebuah karya tanpa mengindahkan makna yang tersirat di dalamnya.

Dalam bukunya yang berjudul “Melihat Diri Sendiri” A. Mustofa Bisri mengemas berbagai norma kehidupan dalam beragam cara. Di antaranya: kisah inspiratif dari banyak tokoh terkemuka, latar belakang sejarah, dakwah Islamiyyah, nasihat norma pergaulan hidup, isu aktual dan kontroversial, juga sedikit anekdot dengan cara yang sederhana namun meyakinkan.

“Melihat Diri Sendiri” merupakan kumpulan tulisannya yang pernah dikirim ke berbagai majalah dan koran. Pada sinopsisnya Gus Mus mengajak kita untuk menggembala ego dan berintrospeksi atas berbagai permasalahan yang terjadi. Baik dalam ranah keagamaan, kebangsaan, sosial, politik, dan hal-hal sensitif menyangkut diri pribadi yang tidak disadari kebanyakan orang. Semua itu tak lain agar kita tidak menjadi manusia yang linglung.

Tema dan Isi

Beberapa tema yang disajikannya adalah isu aktual dan fenomenal pada masanya. Contohnya di kancah nasional seperti tersangka skandal bulog Akbar Tandjung (hal. 95), kasus digondol wewe (hal. 148) sebagai istilah atas kerap hilangnya tokoh tertentu yang kontra dengan rezimnya pak Soeharto. Bahkan ke taraf dunia yang membahas tindakan sewenang-wenang Bush atas gempurannya ke Afganistan (hal. 256), dan kata “terorisme” untuk setiap musuh AS (hal. 262). Karya yang patut untuk dicermati.

Selain itu, Gus Mus juga membahas topik keagamaan yang jarang disadari oleh umat Islam. Beliau menganggap kebanyakan kita beribadah lebih mencari kesenangan diri sendiri ketimbang mencari rida Allah (hal. 69). Ketidakselarasannya ucapan dan amal perbuatan, orang yang tidak paham hakikat takbir sehingga malah mengagungkan hawa nafsunya (hal. 246). Relasi antara salat dan mikraj (hal. 74), dan masih banyak lagi.

Kelebihan Karya Gus Mus

Dakwah yang disampaikan dalam karyanya ini, kental akan ajaran Islam dan nilai tasawuf di setiap pokok pembahasan, yang menanyakan ke setiap pembaca atas apa sebenarnya esensi kehidupan dalam beragama, dan hakikat dari setiap amal ibadah yang dikerjakan. Tulisan yang sangat menarik.

Kemudian gaya penulisannya yang komunikatif memudahkan kita selaku pembaca untuk memahami bacaan dengan seksama. Dan berbagai pertanyaan yang dilontarkan sebagai refleksi untuk pembaca supaya tidak pasif. Buku ini tak lain adalah salah satu bentuk dakwah beliau yang disampaikan dalam beragam cara supaya pesan dapat tersampaikan dengan menarik dan tidak membosankan.

Berbagai pesan moral disajikan dalam bentuk cerita atau kisah yang menarik membuat tulisannya tak jenuh untuk dibaca. Suguhan pertanyaan membuat kita lebih memahami pelajaran yang tersirat, dan penegasan berupa ayat suci Al-Quran dan kutipan Hadis Nabi menambah nilai dalam karya Gus Mus ini.

Kisah antara seorang Kiai dan orang bakhil yang terkenal sekampung (hal. 268) merupakan cerita yang dijadikan judul atas karyanya ini. Beliau mengumpamakan seorang yang berdiri di depan kaca jendela dan cermin sebagai satire bahwa kebanyakan kita lebih mudah mengamati kesalahan orang lain daripada melihat diri sendiri. Selain itu, masih banyak tasybih atau ibarat yang terdapat dalam tulisannya.

Secara keseluruhan karya Gus Mus ini sangat baik dan menarik. Tulisannya memperpadukan kekuatan tokoh dan narasi cerita, fakta sejarah, berbagai isu aktual pada masanya, dan tentunya dakwah Islamiyyah. Semua dikemas sedemikian rupa dengan bahasa yang sederhana namun pesannya mampu membius pembacanya untuk ikut menelaah dan menyimak karyanya.