Majalahnabawi.com – Mungkin istilah ini terdengar asing bagi kebanyakan orang, karena sedikit sekali orang yang mempelajari ilmu tersebut. Begitupun tulisan-tulisan berbahasa Indonesia yang mengupas tuntas terkait ilmu tersebut sangat jarang sekali. Sehingga ilmu ini tidak banyak dikenali orang-orang bahkan di kalangan pembelajar. Hanya pelajar dalam disiplin ilmu-ilmu  tertentu seperti ilmu kalam dan filsafat, karena memang ilmu ini menjadi pengantar untuk memasuki kedua ilmu tersebut.

Kata maqulat secara harfiah, merupakan bentuk jamak (plural) dari kata maqul, yang bermakna “dikatakan” atau “diberlakukan”. Pada tahap selanjutnya ia sering di terjemahkan dengan istilah kategori. Alasan mengapa dalam bahasa Arab disebut dengan istilah maqulat karena ia merupakan predikat yang “diberlakukan” dan “dikatakan” (maqul) kepada sesuatu yang berwujud di alam semesta ini.

Tema-tema Ilmu Maqulat

Tema-tema pembahasan dalam ilmu ini berkaitan erat dengan ilmu mantiq (logika). Maqulat (kategori-kategori) yang dikaji dalam ilmu jumlahnya ada sepuluh. Karena itu dikenal dengan istilah maqulat ‘asyrah (ten categories/kategori yang sepuluh). Yang terdiri dari :

  1. Jauhar (substance/substansi)
  2. kamm (quantity/kuantitas)
  3. kaif (quality/kualitas)
  4. idhafah (relation/relasi)
  5. ‘ain (where/kebertempatan)
  6. mata’ (when/keberwaktuan)
  7. wadh’(being in a position/posisi)
  8. milk (having/kepemilikan)
  9. Fi’il (acting/aktivitas)
  10. infi’al (pasivity/being affected/pasivitas).

Sepuluh kategori ini yang yang sering disebut dengan genus-genus superior. Kalaulah segala sesuatu yang ada di dunia ini hendak dikategorikan, sesuai genus-genus tertingginya, maka tidak akan keluar dari yang sepuluh itu dalam pengkategoriannya.

Namun, kategori yang paling penting dan yang bersifat universal, artinya yang bisa diberlakukan kepada segala sesuatu yang ada adalah jauhar (substansi) dan ‘aradh (aksiden). Jauhar adalah kategori yang bersifat inti sedangkan ‘aradh adalah kategori yang bersifat sampingan.

Sebagai contoh pulpen, kalau kita perhatikan pulpen itu memiliki dua sisi: satu, sisi yang bersifat inti. Dua, sisi yang bersifat sampingan. Lalu apakah yang menjadi inti dari pulpen itu? Yang menjadi inti dari pulpen itu adalah fungsi dan bentuk pulpen itu sendiri. Karena ia mempunyai bentuk yang khas yang membedakan antara pulpen dengan sesuatu yang lainnya. Sehingga bentuknya itu menjadi pembeda antara ia dengan buku, meja, laptop dan lain sebagainya.. Lalu apa yang bersifat sampingan dari pulpen itu? Jawabannya sangat banyak. Semisal pulpen itu berwarna hitam. Andaikan warna hitam yang melekat itu hilang, apakah ia menjadi sesuatu yang lain selain pulpen? Tentu tidak, faktanya pulpen itu beraneka ragam warna. Karena itulah warna bukan merupakan aspek inti dari pulpen, karena hilangnya warna tidak merubah hakikat dari pulpen tersebut.

Begitu juga dengan ukuran. Apakah pulpen akan tetap disebut pulpen jika ukurannya bertambah ataupun berkuarang? Tentu saja iya. Karena yang namanya pulpen memiliki ukuran yang berbeda-beda. Maka ukuran bukan merupakan aspek inti dari pulpen tersebut. Di luar itu masih banyak hal-hal yang termasuk aspek sampingan dari pulpen. Seperti, kualitas, panjang, tempat keberadaan pulpen, harga, berat dan lain sebagainya. Yang nantinya akan masuk kedalam maqulat ‘asyrah (kategori yang sepuluh) selain jauhar (substansi) sebagaimana telah disebutkan diatas.

 Perlu diketahui bahwa sesuatu yang bersifat sampingan tidak mungkin menjadi sesuatu yang inti. Sama halnya sesuatu yang bersifat inti tidak mungkin menjadi sesuatu yang bersifat sampingan. Karena inti dan sampingan itu ada dalam segala sesuatu.