Majalahnabawi.com – Hadis ialah segala perkataan, perbuatan serta persetujuan Rasulullah S.A.W dan merupakan sumber hukum islam kedua setelah al-Quran. Pada abad ke-3 hijriah perkembangan hadis terlihat sangat signifikan. Pada abad ini merupakan masa kodifikasi hadits serta filterisasi hadis, yang mana para ulama di periode ini berhasil memisahkan antara hadis Nabi dari perkataan sahabat dan fatwanya, bukan itu saja, para ulama juga berhasil memisahkan antara hadis shahih dan hadis yang tidak shahih. Maka tidak heranlah jika masa ini disebut dengan “Masa Keemasan Sunnah” karena pada masa inilah lahir kitab-kitab hadis yang enam (al-kutub al-sittah).

Salah satu karya terbesar yang lahir pada periode ini ialah kitab Shahih al-Bukhari yang ditulis oleh Imam al-Bukhari yang berisikan hadis-hadis shahih. Imam al-Bukhari inilah yang pertama kali berhasil membukukan hadis-hadis shahih, yang kemudian disusul oleh Imam Muslim.

Kelahiran Imam al-Bukhari

Imam al-Bukhari lahir pada hari Jumat, 13 Syawal tahun 194 hijriah di kota Bukhara, Uzbekistan. Nama lengkapnya ialah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ja’fari bin Bardzibah. Ayahnya yang bernama Ismail terkenal sebagai seorang ulama yang saleh. Ayah Imam al-Bukhari sempat belajar dari Imam Malik dan pernah berjumpa dengan Hammad bin Zaid dan Ibn al-Mubarak. Namun beliau wafat ketika Imam al-Bukhari masih kanak-kanak, dan sejak saat itulah imam diasuh dibesarkan oleh ibunya seorang diri.

Allah Swt menganugerahkannya kecerdasan, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat. Bahkan beliau sudah mulai menghafalkan al-Quran sejak kecil. ketika berumur 16 tahun beliau sudah menghafal kitab karangan Imam Waki’ dan Ibnul Mubarak. Tidak sampai disitu saja, ketika usianya menginjak 17 tahun, Imam al-Bukhari telah dipercaya oleh salah seorang gurunya Muhammad bin Salam al-Bikindi untuk mengoreksi karangan-karangannya.

Perjalanan Menuntut Ilmu

Pada awalnya, Imam al-Bukhari menuntut ilmu dan menyimak hadis hanya sebatas dari para penduduk negerinya saja. Namun beliau merasa tidak puas dan memiliki keinginan untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu. Perjalanan yang pertama kali beliau tempuh ialah perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji bersama ibu dan saudaranya. Ketika ibu dan saudaranya pulang, Imam al-Bukhari tetap bertahan di Mekah untuk meneruskan mendalami hadits bersama para ulama yang ada di sana. Imam al-Bukhari mempelajari hadits dari para ulama di berbagai negeri, di antaranya Khurasan, Irak, Mesir, Mekah, Asqalan dan Syam.

Beliau memulai perjalanannya dari kota kelahirannya yaitu di Bukhara ke Balakh untuk menemui dan berguru kepada para ulama dengan menempuh perjalanan sekitar 600 km, kemudian dari Balakh beliau meneruskan perjalanan ke Maru dengan menempuh perjalanan sekitar 800 km. dari Maru ke Naisabur sekitar 140 km, dari Naisabur ke Ray sekitar 760 km, dari Ray ke Wasith sekitar 985 km, dari Wasith ke Basrah sekitar 365 km, dari Basrah ke Kufah sekitar 390 km, dari Kufah ke Baghdad sekitar 164 km, dari Baghdad ke Madinah sekitar 1.530 km, dari Madinah ke Mekah sekitar 130 km, dari Mekah ke Jeddah sekitar 70 km, dari Jeddah ke Bahrain sekitar 130 km, dari Bahrain ke Fustat sekitar 1080 km, dari Fustat ke `Asqaland sekitar 500 km, dari Asqalan ke Qaisarah sekitar 118 km, dari Qaisarah ke Damaskus sekitar 400 km, dari Damaskus ke Baghdad sekitar 915 dan kemudian beliau kembali lagi ke tempat kelahirannya yaitu Bukhara.

Seluruh perjalanan yang beliau tempuh dalam mencari hadis dari Bukhara sampai kembali ke Bukhara ini diperkirakan mencapai 14.000 km. Dari hasil perjalanan inilah beliau berhasil mengumpulkan sekitar 600.000 hadis dari sekitar 1.000 orang guru yang berada di berbagai negeri. Karena daya ingat beliau yang sangat tajam dan juga kuat yang membuat beliau mampu untuk mengumpulkan 600.000 hadis tersebut.

Kemampuan Imam al-Bukhari

Kemampuan daya ingat Imam al-Bukhari pernah diuji secara langsung oleh para ulama di Bagdad dengan mempersiapkan seratus hadis yang kemudian ditukar dan diacak sanad dan matannya. Setelah selesai, Imam al-Bukhari pun kemudian meluruskan semua sanad serta matan hadis tersebut dengan benar. Bukan satu kali itu saja, beliau pun pernah diuji kemampuan daya ingatnya di Samarkand oleh empat ratus ulama hadis. Di sana beliau diuji dengan hadis-hadis yang sanad-sanad serta nama perawinya dicampuradukkan. Namun dengan sigap, beliau menyatukan semua hadis itu dengan sanadnya yang benar.

Ulama-ulama besar yang menjadi guru beliau di antaranya: Imam Ishaq bin Rahawaih, Imam Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Imam Abu Nu`aim Fadhl bin Dukain, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ali bin al-Madini, Imam Yahya bin Ma`in, Imam Makki bin Ibrahim al-Balkhi dan Imam Abu Ashim al-Nabil. Imam al-Bukhari juga merupakan salah satu ulama hadis yang banyak menghasilkan kitab. Di antara kitab-kitab karangan beliau ialah: al-Adab al-Mufrad, al-Tarikh al-Shaghir, al-Tarikh al-Awsath, al-Tarikh al-Kabir, Kitab al-I`lal, Raf`ul Yadain fi al-Shalah, Birru al-Walidaini, al-Habbah, al-Fawaid, al-Wihdan, Qadhaya al-Shahabah wa al-Tabi`in, dan masih banyak yang lainnya.

Namun kitab beliau yang sangat fenomenal dan paling membawa pengaruh besar dalam hadis ialah kitab Shahih al-Bukhari yang berisikan hadis-hadis shahih Rasulullah Saw.

Imam al-Bukhari wafat ketika beliau sedang mengunjungi beberapa sanak familinya di Samarkand pada usia 62 tahun, yaitu pada tanggal 1 Syawal 256 Hijriah bertepatan dengan malam hari raya Idulfitri. Beliau pun dimakamkan selepas shalat Zuhur pada hari raya Idulfitri. Semoga Allah Swt senantiasa merahmati Imam al-Bukhari dan merahmati orang-orang yang menuntut ilmu.