Titik Temu antara Wahabi dan NU
majalahnabawi.com – Informasi yang salah, akan menyebabkan kesalahpahaman dalam memahami pendapat antara Wahabi dan NU. Vonis salah terhadap perilaku seseorang, kemudian menisbatkannya perilaku tersebut kepada Wahabi dan NU, pun menjadi sebuah yang fatal.
Jika berbicara tentang perbedaan, maka pembahasan tersebut tidak akan selesai hingga akhir kiamat. Karena perbedaan itu sendiri merupakan berkah yang diturunkan oleh Allah Swt. Namun akan menjadi sebuah azab, ketika seseorang menanggapi perbedaan tersebut adalah awal mula kehancuran.
(Alm) KH. Ali Mustafa Yaqub memberikan perspektif yang baru, dalam memandang dua kelompok terbesar yaitu Wahabi dan NU (Nahdlatul Ulama). Ketika semua orang mempertebal perbedaan antara keduanya, beliau malah mencari titik temu dan mencari persamaan terkait kedua kelompok tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul “Titik Temu Wahabi-NU” dijelaskan beberapa macam persamaan antara keduanya, yang jarang sekali diketahui oleh orang-orang.
Apa itu Wahabi?
Wahabi merupakan stigma yang dilekatkan pada kelompok orang yang mengikuti jejak pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Stigma tersebut telah menjadi istilah yang tidak asing di masyarakat. Meskipun mereka sendiri tidak mengakui istilah “Wahabi” sebagai stigma dari pemikirannya dalam beragama. Mereka mengistilahkan dirinya sebagai “al-Muwahhidun” yaitu orang yang bertauhid.
Menurut D.S Margoliouth “Penamaan Wahabiyah ini dilontarkan oleh kalangan orang yang menentangnya semasa pendirinya masih hidup.” Setidaknya orang-orang Orientalis menggunakan istilah Wahabiyah dalam dua kategori.
Pertama, mereka yang menggunakan kata ini untuk mengadopsi pemikiran yang mengarah pada penghinaan dakwah Islam. Kedua, mereka yang menggunakannya karena melihat bahwa istilah tersebut lebih mengena dibanding istilah lainnya. Kelompok kedua ini menyematkan istilah tersebut bukan untuk melakukan pelecehan ataupun penghinaan.
Meski ragam perbedaan dalam pengertian Wahabi ini, kenyataannya kelompok tersebut sudah populer di dunia Islam. Ketika seseorang dijuluki sebagai Wahabi, maka orang-orang sudah langsung memahami istilah tersebut.
Apa itu NU?
Istilah Nahdlatul Ulama (NU) memliki dua pengertaian. Pertama, Jam’iyyah yaitu sebuah oganisasi yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari rahimahullah di kota Surabaya, pada tahun 1334 H/ 1926M. Kedua, paham keagamaan yang dibawa oleh KH. Hasyim Asy’ari terhadap ajaran-ajaran agama Islam, yang menggabungkan antara mazhab Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari dalam bidang Akidah, dan mazhab Imam Syafi’i dalam bidang Fikih.
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama termasuk organisasi terbesar yang memiliki pengikut lebih dari 50 juta muslim. KH. Hasyim Asy’ari juga merupakan Ulama yang memfatwakan wajibnya jihad melawan Belanda ketika Indonesia telah merdeka. Fatwa tersebut tepat pada tanggal 23 Oktober 1945. Hingga akhirnya perang itu terjadi di Surabaya, sekitar 10 ribu orang Indonesia yang gugur pada tanggal 10 November 1945.
Sebab Kerenggangan
Dalam bukunya, (alm) KH. Ali Mustafa Yaqub menjelaskan, setidaknya ada dua faktor yang terbagi di dalamnya, yaitu internal dan eksternal. Adapun faktor internal, pertama, mengambil informasi dari sumber yang tidak dipercaya. Kedua, analogi vonis yang keliru.
Kedua hal tersebut memanglah sangat rentan memicu perdebatan. Informasi yang salah, akan menyebabkan kesalahpahaman dalam memahami pendapat antara Wahabi dan NU. Vonis salah terhadap perilaku seseorang, kemudian menisbatkannya perilaku tersebut kepada Wahabi dan NU, pun menjadi sebuah yang fatal. Seolah jika terdapat kesalahan individu, maka wajar jika kita menggeneralisir kelompok tersebut.
Adapun faktor eksternal yaitu, peran Zionisme dan peran aliran-aliran sesat. Dalam Protokol Zionisme pada poin ketujuh tercantum “Di semua wilayah Eropa, dan begitu pula di benua-benua lainnya, kita wajib menciptakan fitnah (konflik) dan menyalakan api permusuhan dan perselisihan”. Dalam buku ini dijelaskan, Protokol Zionisme merupakan dokumen hasil keputusan konferensi Yahudi se-dunia yang diadakan pada tahun 1897 di kota Pasel Swiss. Maka terjadinya perpecahan, kegaduhan, dimungkinkan teradapat indikasi atas peran Zionisme di dalamnya.
Sedangkan aliran-aliran sesat yang mengaku beragama Islam, namun ajarannya melenceng dari Islam. Ini merupakan salah satu penyebab kerenggangan tersebut, seolah perilaku mereka sesuai dengan ajaran agama, padahal sangatlah jauh dari kebenaran.
Mempererat Tali Persatuan
Melalui tulisan ini, setidaknya kita mengetahui bagaimana tujuan (alm) KH. Ali Mustafa Yaqub memliki semangat yang kuat untuk mengedukasi umat, agar tetap dalam persatuan. Seperti firman Allah Swt,
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا
Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-cerai.
Keinginan tersebut terlihat bagaimana beliau menjelaskan hal-hal yang setidaknya memiliki kesamaan antara Wahabi dan NU, ada 31 perkara yang tercantum dalam buku ini. Seperti halnya meyakini rukun Iman, Islam, meyakini keabadian surga dan neraka, menolak keras terhadap perilaku mencaci para sahabat, dll. Rasanya tidak mungkin untuk dijelaskan semuanya, karena banyak hal-hal yang kita anggap berbeda, ternyata hal tersebut sama-sama diyakini.
Lebih baiknya kita membaca sendiri bagaimana (alm) KH. Ali Mustafa Yaqub memberikan informasi yang baru dalam buku “Titik Temu Wahabi-Nu”.