titik temu wahabi-NU

Majalah Nabawi-Secara garis besar, latar belakang penulisan buku “Titik Temu Wahabi-NU” adalah untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa Wahabi dan NU tidak selamanya berseteru, ada sekian banyak persamaan yang dapat menyatukan kedua kelompok ini. Bahkan di dalam buku ini ada sebuah keterangan yang memperlihatakan adanya hubungan harmonis antara Wahabi dan NU. Buku ini akan menggiring pembacanya untuk mengenal lebih dekat Wahabi dan NU secara konkret bukan berdasarkan asumsi-asumsi tak berdasar yang sering disuarakan oleh sebagian orang tak bertanggungjawab.

Mengambil Informasi dari Sumber yang Tidak Terpercaya

Pada pembahasan awal, buku ini mencoba menguraikan terlebih dahulu penyebab kerenggangan antara Wahabi dan NU. Di antara penyebab-penyebab tersebut adalah “mengambil informasi dari sumber yang tidak terpercaya”, hal ini terbukti dengan banyaknya kaum Wahabi yang beranggapan bahwa warga NU telah menyembah kuburan-kuburan, terutama kuburan orang shalih.

Besar kemungkinan anggapan seperti ini muncul karena mereka mendapatkan informasi dari sumber yang salah, karena nyatanya warga NU tetap menyembah Allah Swt dan mengesakannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Besar Wahabi yang juga menjabat sebagai Mufti Besar Kerajaan Saudi Arabia, Syeikh Abd al-Aziz bin Baz. Begitu juga sebaliknya, banyak dari kalangan warga NU yang memperoleh informasi tentang Wahabi dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, kemudian ia menilai Wahabi tanpa merujuk pada sumber-sumber asli yang dijadikan rujukan oleh kaum Wahabi. Seperti anggapan sebagian warga NU yang menuduh Wahabi sebagai gerakan Islam yang tak bermadzhab, bahkan mengkafirkan orang yang mengikuti madzhab tertentu. Dugaan seperti ini jelas-jelas salah, Wahabi terbukti sebagai kelompok Islam yang memiliki mazhab tertentu yaitu Mazhab Imam Ahmad bin Hanbal. Tentu tidak mungkin mereka mengkafirkan seseorang yang bermazhab sedangkan mereka sendiri pun bermazhab.

Memang terkadang tuduhan-tuduhan terbukti oleh perilaku sebagian individu dalam sebuah komunitas. Namun, seandainya orang yang menuduh ini merujuk pada kitab-kitab dan sumber-sumber asli yang menjadi rujukan Wahabi dan NU niscaya mereka akan mengetahui bahwa perbuatan individu di sebuah komunitas tidak bisa menggambarkan perbuatan atau ajaran komunitas secara universal.

Peran Zionisme

Penyebab kerenggangan antara Wahabi dan NU lainnya adalah adanya “peran zionisme”. KH. Ali Mustafa Yaqub menganggap ada sebuah gerakan dari musuh-musuh Islam yang mencoba membenturkan antara Wahabi dan NU, mengingat kedua gerakan Islam ini merupakan gerakan Islam terbesar di dunia. Nahdhatul Ulama merupakan organisasi kemasyarakatan dengan pengikut terbanyak di Negara Indonesia, Indonesia sendiri merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sedangkan Wahabi sendiri merupakan gerakan yang berpusat di Negara Arab, negara lahirnya Islam. Dengan membenturkan keduanya sama saja dengan menghancurkan seluruh umat muslim dunia. Hal ini karena masing-masing dari Kerajaan Saudi Arabia dan Negara Republik Indonesia memiliki posisi yang penting dalam dunia Islam.

Sedikit Perbedaan Wahabi-NU

Tidak bisa kita pungkiri, ada beberapa perbedaan mencolok antar keduanya yang terkadang bisa memicu polemik. Sebut saja tawasul dengan orang-orang shalih, di mana warga NU cendrung memperbolehkan sedangkan Wahabi secara tegas melarangnya. Atau contoh lain, seperti qunut subuh, ziarah kubur Nabi Saw, dan maulid Nabi. Hal-hal seperti ini sering menjadi pemicu pertikaian antar keduanya. Namun, apabila dua kelompok ini sadar, sebenarnya persamaan di antara mereka lebih dominan dibandingkan dengan perbedaannya.

Wahabi Mencintai NU

Fakta berbicara, Wahabi menyambut baik dan mencintai NU. Tuduhan terhadap Wahabi sebagai kelompok yang mengkafirkan kelompok lainnya sungguh tak beralasan. Ini bisa kita lihat dari banyaknya santri NU yang menimba ilmu di Arab Saudi yang notabenya merupakan markas besar Wahabi. Bahkan kejadian ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Dan faktanya mereka menerima dengan baik kedatangan warga NU di negaranya.

Titik Temu Wahabi-NU

KH. Ali Mustafa Yaqub mencantumkan dalam buku ini begitu banyak persamaan antara Wahabi dan NU. Baik dalam bidang pokok agama (al-ushul al-diniyah) maupun dalam bidang cabang agama (al-furu’ al-diniyah). Seperti persamaan mereka terkait rukun Iman dan Islam, sumber hukum Islam, mengikuti mazhab tertentu, kecintaan terhadap semua sahabat, keharusan taat pada pemerintah, mengimani adanya syafaat, larangan membangun sesuatu di atas kuburan, dan tidak mudah mengkafirkan sesama muslim.

Selanjutnya, KH. Ali Mustafa Yaqub memberi nasihat pada seluruh umat muslim untuk berpegang teguh kepada agama Allah dengan kembali kepada ajaran Rasulullah Saw. Dan apabila menemukan perbedaan pendapat hendaknya berpegang pada titik-titik persamaan yang bisa mempersatukan mereka. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan titik-titik perbedaan, maka kaum muslim bebas untuk mengamalkannya secara pribadi. Siapa yang menghendaki, silahkan mengamalkannya tanpa berdosa. Dan siapa yang tidak menghendaki, silahkan tidak mengamalkannya tanpa berdosa. Karena kita tidak mungkin dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat sampai hari kiamat. Wallahu ‘alam.