Upaya Para Ulama Menjaga Waktu Mereka
majalahnabawi.com – Salah satu akar kenikmatan paling berharga yang Allah Swt karuniakan kepada hamba-Nya adalah nikmat waktu. Banyak ayat-ayat al-Quran yang menunjukkan kepada kita betapa berharganya waktu. Ulama sangat memanfaatkan waktu dengan hal positif. Seperti firman Allah Swt dalam surat Ibrahim ayat 32-34:
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (33) وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ (34)
Artinya: “Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang bagimu.”(33) “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”(34)
Salah satu nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah Dia memberikan waktu pagi dan malam untuk manusia. Apabila kita melihat kisah-kisah ulama abad dua, tiga dan seterusnya, kita akan mendapati betapa banyak ulama yang sangat menghargai waktu, bahkan sangat takut waktunya terbuang untuk hal yang tidak berguna. Di antara mereka adalah Imam Muhammad bin Hasan al-Syaibani (w. 189 H), Imam Muhammad bin Salam al-Baikandi (w. 227 H), Imam Ibnu Aqil (w. 769 H), Imam Ibnu Taimiyah (w. 653 H), dan Imam Syamsuddin al-Ashbihani (w. 749 H).
Tidak Tidur Demi Membaca Buku
Di antara kisah-kisah mereka yang terkadang membuat kita takjub di antaranya: kisah Imam Muhammad bin Hasan al-Syaibani (w. 189 H). Ulama kelahiran Wasit, Irak ini merupakan salah satu murid Imam Abu Hanifah. Juga menjadi murid Imam al-Syafi’i. Semasa hidupnya beliau telah menghasilkan 900 buku. Beliau adalah ulama yang jarang tidur di malam hari, beliau meletakkan buku-buku bacaan di sampingnya. Apabila rasa kantuknya datang, beliau mencoba menghilangkan kantuknya dengan air karena menurutnya: “Mengantuk itu datangnya dari panas, maka harus didinginkan dengan air”.
Rela Keluar Uang Banyak Demi Alat Belajar
Seperti ulama-ulama lainnya yang tidak ingin kehilangan waktunya barang sebentar, Imam Muhammad bin Salam al-Baikandi (w. 227 H) pernah membeli sebuah pulpen dengan harga satu dinar. Saat itu, Imam Muhammad bin Salam tengah berada di majelis imla; di mana sang guru membacakan hadis kemudian mendikte murid-muridnya. Tiba-tiba pulpen Imam Muhammad bin Salam rusak. Spontan beliau berteriak: “قَلَمٌ بِدِيْنَارٍ” beliau ingin membeli pulpen milik siapapun yang ada di majelis tersebut dengan harga satu dinar. Mendengar hal itu, pulpen-pulpen mulai beterbangan berharap untuk dibeli. Tidaklah apa yang dilakukan Imam Muhammad bin Salam kecuali karena waktu menulis saat itu yang sangat berharga, sehingga beliau rela membeli satu pulpen dengan harga satu dinar.
Makan Kue Lunak Demi Hemat Waktu Belajar
Selanjutnya adalah kisah Imam Ibnu Aqil al-Hanbali (w. 769 H). Beliau memiliki kitab yang masuk nominasi kitab paling tebal dengan jumlah 400 jilid lebih. Di dalamnya berisi berbagai macam disiplin ilmu seperti Fikih, Ushul Fikih, Syair, Tafsir, Sejarah dan Kalam-kalam hikmah.
Beliau terkenal sebagai orang yang menyibukkan diri dengan ilmu. Beliau adalah salah satu ulama yang merasa rugi jika waktunya terbuang karena makanan. Salah satu upaya beliau untuk menyingkat waktu adalah dengan lebih memilih memakan kue lunak agar lebih cepat ditelan. Makanan-makanan lunak akan menghemat waktu, karena tidak perlu mengunyah lama. Hal ini bertujuan agar beliau kembali bisa muthola’ah.
Di mana-mana Selalu Belajar
Ulama ketiga yang menjaga berharganya waktu, dengan melakukan hal-hal yang jarang terlintas di benak manusia adalah Imam Ibnu Taimiyah Majduddin Abu al-Barakat Abd al-Salam (kakek Ibnu Taimiyah Abu al-Abas Taqiyyuddin) adalah seorang ulama yang menguasai Fikih, Hadis, Tafsir, Ilmu Ushul, dan seorang penghafal al-Quran yang meninggal pada tahun 653 H.
Sudah menjadi kebiasaan umat terdahulu adalah dengan menamai anaknya dengan nama kakeknya seperti yang terjadi kepada Imam Ibnu Taimiyah. Kisah menarik tentang kakek Imam Ibnu Taimiyah adalah seperti yang diceritakan dari Abd al-Rahman bin Abd al-Halim bin Taimiyah dari ayahnya bahwa: Imam Majduddin Abu al-Barakat Ibnu Taimiyah ketika masuk ke dalam kamar mandi beliau akan bilang ke anaknya (Abd al-Halim): “Bacakanlah untukku kitab ini. Keraskanlah suaramu agar aku bisa mendengarnya”. Hal itu menunjukkan betapa sungguh-sungguhnya beliau dalam menjaga ilmu, cara mendapatkan ilmu tersebut dan betapa beliau menjaga waktu yang mereka miliki.
Setelah membaca kisah-kisah di atas, sebagai generasi muda semoga kita bisa mengikuti mereka dalam hal menghargai waktu dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang baik dan positif.