Abdullah bin Salam: Punggawa Yahudi yang Masuk Islam
Dulu terkisahkan pada masa sebelum masuknya Islam ke Madinah, terdapat seorang yang alim dari bani Qawaqilah. Dimana ia adalah orang yang paham betul tentang makna dari kitab pegangan kaum Yahudi, kitab yang diturunkan kepada nabiyullah Musa A.S. yaitu kitab Taurat. Karena kealimanya tersebut, ia ditunjuk oleh kaumnya sebagai juru bicara. Orang tersebut adalah Hushain. Tidaklah meng- herankan jika seorang Hushain dapat paham sepenuhnya apa yang menjadi isi dari kitab Taurat, hal tersebut dikarenakan ia adalah cucu dari nabiyullah Yusuf bin Ya’qub A.S. yang menjelaskan makna yang terkandung dalam Taurat setelah kepergian ayah, Nabi Yusuf A.S. adalah Nabi yang menggantikan dakwah Tauhid. Maka tidak bisa dipungkiri darah yang dulu mengalir di tubuh kakeknya kini tersemai kembali di tubuh Hushain.
Diceritakan pada saat Rasul sampai ke Madinah, setelah mengalami perjalanan yang sulit bersama sahabat Abu Bakar, Rasul disambut meriah oleh penduduk Madinah. Para penduduk secara berbondong-bondong menghampiri Rasulullah. Dan dalam rombongan tersebut, terseliplah seorang yang bernama Hushain. Ketika ia melihat Rasul, Hushain merasakan bahwa dalam sosok Rasullah Muhammad SAW itu tidak terdapat setitikpun kebohongan dalam raut wajahnya. Setelah itu, ia mendengar Nabi bersabda, “ Wahai Manusia, semarakkanlah salam, berilah (orang yang tidak mampu) makanan, dan sambunglah tali persaudaraan, Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah hubungan kekerabatan dan shalatlah saat orang-orang sedang tidur maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” Dan sabda ini merupakan sabda Nabi yang pertama kali didengar oleh Hushain.
Setelah ia terperangah oleh sosok Nabi yang tak ada setitik kebohongan dalam raut wajahnya, Hushain menemui Nabi. Kemudian ia bertanya kepada Nabi, ia bertanya, “Wahai Rasulullah, aku bertanya kepadamu tentang tiga perkara tidak akan ada yang dapat menjawab kecuali seorang Nabi.” Beliau bersabda: “Bertanyalah!” Ia berkata; “Apakah yang terjadi pertama kali dari tanda-tanda hari kiamat, apa yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga, dan dari mana seseorang dapat menyerupai bapaknya atau ibunya?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jibril ‘Alaihis Salam baru saja memberiku kabar, ” beliau bersabda: “Dia adalah musuh yahudi dari kalangan malaikat, ” beliau bersabda: “Tanda hari kiamat yang akan terjadi pertama kali adalah api yang keluar dari Timur yang akan menggiring manusia ke Barat, adapun sesuatu yang pertama kali dimakan penduduk surga adalah tambahan hati ikan hiu, adapun darimana seseorang dapat menyerupai bapak atau ibunya adalah apabila air mani laki-laki dapat mengungguli sel telur wanita maka akan keluar laki-laki, dan apabila sel telur wanita dapat mengungguli air mani laki-laki maka akan keluar wanita.”
Setelah mendengar jawaban Nabi atas tiga pernyataan di atas, Hushain langsung bersaksi di hadapan Nabi untuk masuk Islam. Setelah keislamannya, Rasullah SAW mengganti nama Hushain menjadi Abdullah. Abdullah yang sudah masuk Islam dipercaya sahabat Anshar sebagai diplomat dari mereka dan ia juga tergabung dalam golongan sahabat khusus Nabi SAW.
Abdullah bin Salam selain terkenal karena kealimannya, ia juga terkenal karena sikapnya yang berani. Hal tersebut dibuktikan ketika ia mengucapkan kalimat syahadat di depan Rasul, ia berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang yahudi itu adalah kaum yang pendusta, kalau mereka mengetahui keislamanku mereka pasti akan menghinaku dihadapanmu. Maka utuslah seseorang agar memanggil mereka dan tanyakan kepada mereka tentang aku.” Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil mereka, lalu beliau bertanya kepada mereka: “Siapakah Abdullah bin Salam di menurut kalian?” Mereka menjawab; “Dia adalah orang terbaik kami dan anak dari orang terbaik dari kami, dia adalah ulama kami dan anak dari ulama kami, dia adalah orang yang paling fakih di antara kami dan anak orang yang paling fakih
di antara kami.” Beliau bertanya lagi: “Bagaimana menurut kalian, kalau seandainya dia masuk Islam, apakah kalian akan masuk Islam juga?” Mereka menjawab; “Mudah-mudahan Allah melindunginya dari hal itu (masuk Islam).” Anas berkata; “Maka Abdullah bin Salam keluar seraya mengatakan; “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Maka mereka berkata; “Dia adalah orang yang paling jelek di antara kami dan anak dari orang yang paling jelek di antara kami, dia adalah orang yang paling bodoh di antara kami dan anak dari orang yang paling bodoh di antara kami.” Lalu Abdullah bin Salam berkata; “Inilah yang paling aku khawatirkan.”
Karena keberaniannya Allah menyanjungnya sebagaimana yang termaktub dalam Firman-Nya :
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.
Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Quran itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (al-Ahqaf:10)
Selain ayat di atas Allah juga mengisyaratkan Abdullah bin Salam dalam Q.S. Ar-Ra’d: 43
وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَسْتَ مُرْسَلًا قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ
Berkatalah orang-orang kafir: “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul”. Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab”
Demikianlah sekelumit kisah Abdullah bin Salam seorang pembesar Yahudi yang masuk Islam karena pengetahuannya akan kitab Taurat. Sedang pelajaran yang dapat diambil dari kisah di atas adalah:
Pertama, sebagaimana kita tahu bahwa Abdullah bin Salam adalah seorang sosok yang alim di kalangan Yahudi, karena kealimannya tersebut, ia dapat mengetahui jalan yang benar yaitu Islam. Dari kisah di atas, sesuatu yang dapat kita petik adalah selayaknya umat Islam itu belajar dan belajar sehingga ia tahu apa yang harus ia lakukan dan tidak hanya ikut pada keadaan dan situasi yang ada di lingkungannya dimana keadaan dan kondisi tersebut belum tentu baik. Apalagi di era sekarang yang serba rumit, dimana kalau orang yang tak berpengetahuan maka ia akan terombang-ambing dalam gelombang masyarakat yang tidak jelas, sehingga dikhawatirkan ia akan terjurumus dalam lubang yang salah.
Kedua, kejujuran ilmiah yang ditunjukkan oleh Abdullah bin Salam. Dimana kejujuran ini ia buktikan dengan menjelaskan bahwa Yahudi adalah pendusta, kemudian ia menyuruh orang yang terpercaya agar membuktikannya. Dan apa yang menjadi ungkapan Abdullah bin Salam itu benar. Hal ini perlu karena kejujuran ilmiah itu sangat sulit ditemukan pada saat ini, hal ini terjadi lantaran banyak akademisi atau selainnya yang dengan mudah mengatasnamakan sebuah karya orang lain. Setelah diteliti dengan seksama bahwa karya tersebut merupakan hasil jerih payah orang lain.
Yang ketiga adalah sebelum kita percaya kepada orang lain selayaknya kita mengetahui orang tersebut. Dalam kisah di atas disebutkan bahwa pada saat Abdullah bin Salam melihat Rasul ia sudah percaya akan tetapi untuk menguatkan keyakinannya tersebut, ia kemudian bertemu langsung dengan Rasul kemudian menanyainya. Hal tersebut perlu dikarenakan ada sikap kehati-hatian untuk memberikan kepercayaan kepada orang lain. Dimana kalau kita salah menaruh kepercayaan tersebut, selain kita yang dirugikan, dalam benak kita juga akan muncul ketidak percayaan kepada seluruh manusia yang hanya disebabkan oleh beberapa orang yang menghianati kita.