Bekam Ditinjau dari Tradisi Kenabian; Antara Wahyu dan Budaya #2
Majalahnabawi.com – Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bekam melintasi berbagai peradaban dunia, salah satunya adalah peradaban Islam Arab. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tak luput merekomendasikan pengobatan ini. Kendati demikian, rekomendasi Nabi terhadap pengobatan ini perlu kita telusuri, apakah ia berdasarkan wahyu atau warisan budaya sosial semata, atau bisa warisan budaya yang ditetapkan oleh nas keagamaan dalam Islam. Kita akan membahas hal tersebut di depan nanti, adapun sekarang kita akan mengurai hadis-hadis yang berkaitan bekam.
Hadis-Hadis Bekam
Mengutip hitungan Syafiya al-Khaleda akan hadis-hadis bekam dalam al-Kutub al-Sittah yang ia muat dalam tesisnya yang berjudul “Terapi Hijāmah (Bekam) Menurut Pendekatan Sejarah dan Sunnah” (Tesis Pascasarjana UIN Sumatera Utara, hal. 65) hadis-hadis tersebut kurang lebih berjumlah 138 hadis termasuk dengan pengulangan matan hadis dengan sanad berbeda, berikut rinci jumlahnya:
الحِجَامَة berjumlah 30 hadis
حَجَم berjumlah 25 hadis
اِحْتَجَم berjumlah 54 hadis
الحَجَّام berjumlah 22 hadis
مِحْجم berjumlah 7 hadis
Adapun redaksi hadis-hadis bekam ialah:
1. Anjuran Rasulullah Bekam di Kepala jika Sakit
ما كان أحد يشتكي إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وجعا في رأسه إلا قال: احتجم. ولا وجعا في رجليه إلا قال: اخضبهما
Tidaklah seorang sahabat datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam, mengeluh sakit pada kepalanya kecuali beliau berkata: “Berbekam lah kamu!”, tidak pula pada kedua kakinya kecuali beliau berkata: “Warnailah dengan pacar!”
Hadis ini diriwayatkan beberapa sahabat di antaranya Salma pembantu Rasulullah. Hadis tersebut dimuat dalam Sunan Abī Daud bab Hijāmah, al-Mustadrāk karya al-Hākim dan Musnad karya Imam Ahmad bin Hanbal. Riwayat hadis di atas yang melalui jalur sahabat ‘Ubaydullah bin ‘Ali bin Rāfi’ dinilai hasan, ‘Ubaydullah dinilai sebagai orang yang shadūq yang riwayatnya dimaklumi. (Abu Daud al-Sijistani, Sunan Abi Daud, penyunting: Syu’aib al-Arnauth dan Muhammad Kamil, Dar el-Risalah al-‘Alamiyah, 1430 H, juz 6, hal. 8)
2. Wasiat Malaikat kepada Nabi Isra Mi’raj: “Perintahkan Umatmu untuk Berbekam!”
Dalam Jāmi’ al-Tirmidzi hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud, Imam al-Tirmidzi menghukumi hadis dengan hasan gharīb, artinya hadis tersebut menghimpun syarat hadis hasan, namun ada beberapa perawi yang gharīb secara sanad atau pun matan. Redaksinya dalam Jāmi’ al-Tirmidzi adalah:
عن ابن مسعود قال حدث رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن ليلة أسرى به أنه لم يمر على ملإ من الملائكة إلا أمروه أن مر أمتك بالحجامة. قال أبو عيسى وهذا حديث حسن غريب من حديث ابن مسعود
Redaksi lain terdapat dalam Sunan Ibnu Mājah diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
حدثنا جبارة بن المغلس، حدثنا كثير بن سليم سمعت أنس بن مالك يقول: قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: ما مررت ليلة أسرى بي بملإ إلا قالوا يا محمد مر أمتك بالحجامة
Mengabarkan kepada kami Jabbārah bin al-Mughlis, mengabarkan kepada kami Katsīr bin Muslim, ia mengatakan: Aku mendengar Anas bin Malik mengatakan, “Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah aku malaikat pada malam Isra kecuali mereka mengatakan: Perintahkanlah umatmu untuk berbekam!”.
Menurut al-Arnauth, sanad hadis ini dha’if karena terdapat Jabbārah dan Katsīr bin Salīm, keduanya adalah orang yang dha’if. Katsīr adalah orang Basrah, Imam al-Nasāi menilai Katsīr bin Salīm sebagai orang yang matrūk, begitu pun Abū Zur’ah menyebutnya sebagai orang yang lemah. (Syamsuddin al-Zahabi, Mīzan al-I’tidāl fī Naqd al-Rijāl, Beirut: Dar el-Ma’rifah, 1963, juz 3, hal 405).
Adapun Jabbārah, al-Bukhāri berkomentar: “Hadis-hadisnya mudhtarib“, Ibnu Numair mengatakan, “Ada hadis-hadis yang palsu yang disampaikan kepadanya, kemudian ia riwayatkan tanpa tahu kualitasnya”. (Syamsuddin al-Zahabi, Mīzan al-I’tidāl fī Naqd al-Rijāl, juz 1, hal 387).
Kendati hadis yang diriwayatkan dalam Sunan Ibnu Mājah terindikasi lemah, namun Imam Ibnu Mājah sendiri berkomentar dalam kitabnya yang berjudul Zawāid, “Meski Jabbārah dan Katsīr lemah dalam sanad hadis yang diriwayatkan oleh Anas, sungguh hadis seperti ini telah diriwayatkan Ibnu Mas’ud dan diriwayatkan oleh al-Tirmdzi dalam Jāmi’ al-Tirmidzi dan Syamāil. Al-Hākim meriwayatkan dalam al-Mustadrāk dan mengatakan hadis ini sahih sanadnya.
3. Hadis-hadis Rekomendasi Nabi untuk Melakukan Pengobatan Bekam:
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال: سمعت النبي ﷺ يقول: (إنْ كان في شيءٍ من أدويتكم خيرٌ، ففي شَرطةِ محجمٍ، أو شربةِ عسلٍ، أو لذعةٍ بنارٍ تُوافقُ الداءَ، وما أحب أنْ أكتوي)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sekiranya ada sesuatu yang lebih baik untuk kalian pergunakan sebagai obat, maka itu ada terdapat pada berbekam, minum madu dan sengatan api panas (terapi dengan menempelkan besi panas di daerah yang luka) dan saya tidak menyukai kay (terapi dengan menempelkan besi panas pada daerah yang luka).” (HR Bukhari dan Muslim).
عن ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي قال: (الشِّفاءُ في ثلاثةٍ: شربةِ عسلٍ، وشَرْطةِ محجمٍ، وكيَّةِ نارٍ، وأنهى أمتي عن الكيِّ)
Dari Ibnu Mas’ud RA, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kesembuhan terdapat dalam tiga hal: 1) Minum madu, 2) Goresan pisau dengan bekam, 3) Kay dengan api, namun aku melarang umatku dari praktik pengobatan kay“. (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal).
وفي الصحيحين من طريق حميد الطويل عن أنس رضي الله عنه: أنه سُئلَ عن أُجرةِ الحجَّام، فقال: احتجم رسول الله ﷺ، حجمه أبو طيبة، وأعطاه صاعين من طعام، وكلم مواليه فخففوا عنه، وقال: (إنَّ أَمْثَلَ ما تداويتم به الحجامة، والقسط البحري).
Hadis Bukhari dan Muslim dari jalur Hamid al-Thawīl, dari Anas RA, ia ditanya mengenai upah tukang bekam, kemudian Anas menjawab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam, beliau dibekam oleh Abu Thayyibah, lalu beliau menyuruh seseorang untuk memberikan dua sha’ bahan makanan kepadanya. Beliau memberitahu keluarganya, menyarankan supaya meringankan beban hamba sahayanya. Kemudian beliau bersabda: “Sebaik-baik pengobatan adalah bekam dan terapi kayu gaharu”. (HR Bukhari dan Muslim).
Tentunya banyak sekali hadis-hadis mengenai bekam, dan tidak cukup jika semuanya dilampirkan dalam satu artikel. Ringkasnya beberapa hadis mengenai bekam ada yang sahih dan dhaif. Hadis yang tercantum dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim tentu sahih, namun dalam literatur sunah lainnya belum tentu sahih.
Berikut beberapa hadis dha’if yang terkait dengan bekam:
Selanjutnya baca di link berikut https://majalahnabawi.com/bekam-ditinjau-dari-tradisi-kenabian-antara-wahyu-dan-budaya-3/