Bingkai Seorang Gus Dur di Mata Sekitar

Majalahnabawi.com – Tulisan ini merupakan rangkuman dari percakapan sosok Gus Dur di mata orang-orang yang pernah bersinggungan langsung dengan beliau semasa hidupnya. Dalam acara Haul Gus Dur ke-12 dan Panggung Budaya bertema : “Meneguhkan Keberagamaan, Menggerakan Perdamaian, dan Keadilan.” Dalam acara ini Gusdurian Ciputat turut serta mengundang para tokoh pembicara dari berbagai agama, diantaranya : Ala’i Nadjib, MA, Js. Epih, S. Ds, M.Ag, Rudy, S.Kom, MMSI dan Badiul Hadi.

Hari ini, kita mudah menemukan orang-orang berpura-pura berlakon baik hanya demi pandangan baik di mata orang lain–hal ini benar. Pastinya, setiap manusia ingin menjadi baik diantara yang baik.

Baik aku, ataupun kamu pasti ingin dinilai baik di mata orang lain, namun terkadang karena hal itulah banyak cara yang bisa dilakukan agar bisa menjatuhkan orang lain guna mendapat popularitas sehingga hanya kitalah yang di pandang sempurna atau lebih worth it dibanding mereka.

Mengaminkan kehormatan adalah keharusan, namun menjalankannya tidak harus berlebihan. Kehormatan tidak lahir dari kesombongan, tumbuh subur melalui kerendahan hati seseorang. Dalam khidmat, sosok Gus Dur yang tidak pernah mencitrakan dirinya, sangat langka di hari ini kita cari. 

Kata Mereka tentang Gus Dur.

Selain itu Gus Dur adalah sosok pemersatu umat dalam satu rumah, NKRI. Bukan hanya umat muslim melainkan umat se-alam raya. Diceritakan oleh Js. Epih, S. Ds, seorang tokoh fenomenal umat buddha bercerita Gus Dur ibarat ayah yang berlimpah ruah kasih sayang tanpa membeda-bedakan antara anak A ataupun B begitu pula Gus Dur yang tak memperdulikan siapapun, baik bagi orang bergama muslim ataupun agama lainnya.

Dari kerendahan hatinya, tiada kata dalam kamus hidup seorang Gus Dur, menginginkan kekayaan–keberkahan lah tujuannya. Meski dekat dengan harta, tahta, dan wanita, tidak pernah sekalipun tawaran menguntungkan tersebut menjadi pilihan selain kembali pada pelukan keluarga yang hangat menjadi jawaban. 

Dari pernikahan antara Gus Dur dan istri tercinta, Bu Sinta Nuriyah, mereka dianugrahi tiga putri yaitu, Qotrunnada Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid, dan Alissa Wahid.

Di mata orang-orang terkasih

Di mata istri beliau Gus Dur tidak pernah hidup dalam patriarki sehingga membenarkan segala tradisi yang mengagungkan kaum laki-laki. Kehidupan Gus Dur yang memiliki 3 putri menyebabkan banyak angin datang menyuruh beliau untuk menikah lagi dan berharap mendapat keturunan seorang putra yang kelak bisa menjadi pewaris kepemimpinan – namun jawaban beliau tetap sama kembali kepada keluarga. Hingga akhirnya mereka mencoba lagi dan tetap Allah menganugerahi kelahiran seorang putri wanita nan jelita, Inayah Wulandari Wahid. Sehingga lengkaplah empat srikandi kebanggaan yang melengkapi cerita hebat keluarga mereka.

Empat Srikandi itu kini eksis di panggungnya masing-masing, sebagai aktivis, politikus, pengusaha hingga pelaku seni.  Sejatinya merubah Kodrat adalah kemustahilan, namun tidak menutup kemungkinan melatih keahlian sejak dini. Gus Dur menanamkan pesan kepada keluarganya sehingga semua Srikandi tumbuh besar dalam bingkai keahlian dan menyebarkan manfaat kepada semua orang.

Di mata yang lain sosok Guru spiritual adalah sosok yang menjadi panutan dan sumber hikmah dalam kehidupan seseorang. Namun berbeda dengan kebanyakan. Kehidupan adalah sebenar-benarnya sekolah serta ujian dari kehidupan sebenarnya-benarnya dari arti pendidikan.

“Guru Spritual saya adalah Realitas”.

Warisan untuk Kita

Beliau mewariskan berbagai hal yang berdampak sampai saat ini. Selain benih keadilan untuk menjunjung kesamaan hak antara semua umat serta menyebarluaskan rahmat. Gus Dur, sosok yang tidak jumawa

Beliau mewariskan berbagai hal yang berdampak sampai saat ini. Selain benih keadilan untuk menjunjung kesamaan hak antara semua umat serta menyebarluaskan rahmat. Gus Dur, sosok yang tidak jumawa–kini waktunya KITA yang meneladani sikapnya.

Sabtu, 29 Januari 2022.

Pondok Saung Jawara, bersama Gusdurian Ciputat.

Similar Posts