Majalahnabawi.com – Di era modern banyak sekali hadis-hadis yang populer sebagai dalil atau pijakan atas suatu hukum agama. Namun, tahukah Anda apakah hadis yang  disampaikan tersebut adalah hadis yang shahih (benar) atau hadis bermasalah. Hadis bermasalah sudah ada sejak masa tabi`in senior berlanjut pada masa awal abad kedua hijriah dan berkembang pada masa tabi`in junior pada pertengahan abad kedua hijriah. Namun, di zaman sekarang juga banyak sekali orang atau pihak-pihak yang menyebarkan hadis yang lemah sanad-nya (silsilah periwayat hadis) atau bahkan hadis palsu yaitu sebuah hadis yang bukan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad Saw.

Dalam buku inilah jawaban dari berbagai macam pertanyaan, biasanya adalah seputar dalil-dalil mengenai problem para jamaah. Yang sekiranya menjadi corak sebagian besar pembahasan dalam buku yang bertajuk Hadis-Hadis Bermasalah karya Prof. K.H. Ali Mustafa Ya’qub (1952-2016). Buku ini memuat berbagai macam persoalan yang menggema di masyarakat muslim Indonesia mengenai dalil (hadis) yang menjadi problem jamaah. Pembahasan dalam buku ini terangkum dengan metode penelitian ilmiah, cerita (qashash) dan dialog (hiwar) dengan bahasa yang santai dan mudah terpahami. Bahkan Kiai Ali sering memberikan pernyataan-pernyataan jenaka dalam uraiannya.

Contoh metode penelitian ilmiah Kyai Ali Mustafa Yaqub

Hadist tentang Mencari ilmu di negeri Cina

Teks hadist tersebut adalah sebagai berikut :

اطلبوا العلم ولو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم

Carilah ilmu meskipun di negeri Cina, karena mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim

Kyai Ali Mustafa Yaqub tidak langsung memberikan kesimpulan tentang hadist tersebut apakah hadis tersebut shahih atau hadist bermasalah

Akan tetapi Kyai Ali Mustafa Yaqub memberikan metode ataupun tatacara mengindentifikasi hadist yang baik dan benar.

1. Pendapat para ulama hadist

Hadis carilah ilmu meskipun di Negeri Cina oleh para ulama Hadis mengategorikan sebagai Hadis masyhur yang non-terminologis, yaitu Hadis yang sudah populer di masyarakat meskipun -terkadang- hal itu belum berarti bahwa ia benar-benar Hadis yang berasal dari Nabi Saw.

2. Rawi dan sanad hadis

Apabila teks tersebut hadist maka Kyai Ali Mustafa Yaqub mencantumkan rawi dan sanadnya, dan apabila teks tersebut bukan hadist maka beliau tidak mencantumkan rawi dan sanad.

Maka Hadis Carilah ilmu meskipun di Negeri Cina di atas meriwayatkannya oleh rawi-rawi antara lain, Ibn ‘Adiy (w 356 H) dalam kitabnya al-Kamil fi Dhu’afa al-Rijal, Abu Nu’aim (w. 430 H) dalam kitabya Akhbar Ashbihan, dll. Sementara sanadnya adalah, mereka semua menerima Hadis itu dari: al-Hasan bin ‘Atiyah, dari Abu Atikah Tarif bin Sulaiman, dari Anas bin Malik, (dari Nabi Saw).”

3. Kualitas hadist

Imam Ibn Hibban mengatakan, Hadis tersebut bathil la ashla lahu (batil, palsu, tidak ada dasarnya). Pernyataan Ibn Hibban ini diulang kembali oleh al-Sakhawi dalam kitabnya al-Maqhasid al-Hasanah, sumber kepalsuan Hadis ini adalah rawi yang bernama Abu ‘Atikah Tarif bin Sulaiman.

4. Riwayat riwayat lain

Hadist tersebut memiliki tiga sanad lain

Sanad pertama, riwayat Ibn Abd al-Barr dan al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman. Pada sanad kedua, Ibnu Karram meriwayatkannya dalam kitab al-Mizan karya al-Dzahabi. Sanad ketiga, riwayat dari Ibrahim al-Nakha’i yang mendengar dari Anas bin Malik

Sementara kualitas tiga sanad ini adalah sebagai berikut Dalam sanad pertama terdapat nama Ya’qub bin Ibrahim al-As qalani. Menurut Imam al-Dzahabi, Ya’qub bin Ibrahim al-Asqalani adalah kadzdzab (pendusta). Dalam sanad kedua terdapat nama Ahmad bin Abdullah al-Juwaibari, dia adalah seorang pemalsu Hadis. Se mentara dalam sanad ketiga, Ibrahim al-Nakha’i tidak pernah men dengar apa-apa dari Anas bin Malik. Demikin kata Ibn Hajar al Asqalani.” Oleh karenanya, ia juga tidak lebih dari seorang pembohong.

5. Kesimpulan

Tiga sanad yang disebutkan al-Suyuti di atas ternyata tidak mengubah kedudukan Hadis yang kita kaji ini. Artinya Hadis tersebut tetap berstatus maudhu’ atau palsu, karena sanad yang disebutkan al Suyuti tadi semuanya lemah.Sementara itu, kalimat yang kedua yaitu “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”, merupakan Hadis shahih yang antara lain diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman, Imam al-Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Shagir, dan al-Mu’jam al-Ausath, al-Khatib al-Baghdadi dalarn kitabnya Tarikh Baghdad dan lain-lain.

Kemudian di buku tersebut juga Kyai Ali Mustafa Yaqub menulis dengan metode cerita (qashash) dan dialog (hiwar)

Contoh tersebut ada di hadist ke 27 tentang jumlah rakaat shalat tarawih di mana payai menceritakan Dalam sebuah pelatihan muballighat pada bulan Ramadhan di kawasan Kuningan Jakarta Selatan, seorang ibu muda dengan bersemangat sambil berdiri menanyakan Hadis tentang bilangan rakaat shalat tarawih.

Demikianlah metode penulisan pa yai di dalam buku hadist hadis bermasalah

Di akhir bukunya Kyai Ali Mustafa Yaqub menutup dengan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas taufiq-Nya jualah penulisan buku ini selesai. Dilihat dari waktunya, penyelesaian buku ini cukup lama. Betapa tidak, Hadis yang pertama disiapkan pada bulan Desember 1994, sedangkan Hadis terakhir disiapkan pada bulan Maret 2003. Maka penyiapan buku ini hampir menelan waktu sembilan tahun.