Islam tidak Menguntungkan Bagi Perempuan?

Majalahnabawi.com – Kacamata publik akan selalu kabur bagi seorang perempuan. Aku, kamu, dia, dan kita adalah perempuan yang sempurna. Setiap perempuan memiliki mahkota yang berbagai macam bentuk yang menghiasi dirinya. Perempuan selalu diibaratkan dengan sebuah berlian, mau ditutupi seribu kotoran dia tetap memiliki harga. Cantik seperti rembulan yang terus menyinari dunia di kegelapan malam. Tidak ada yang mampu meredupi cahayanya.

Kita terlahir dari rahim seorang perempuan dengan banjirnya darah yang dikeluarkan. Perjuangan Ibu Kartini juga tidak pernah kita lupakan hingga saat ini. Memperjuangkan hak-hak wanita. Dan memperjuangkan sebuah kesetaraan bagi perempuan Indonesia. Kecantikan rupa dan kelembutan hati akan selalu melekat pada diri seorang perempuan.

Bisa kita lihat secara nyata di Indonesia maupun dunia bahwa perempuan sudah mulai memimpin. Keunggulan wanita sudah dinyatakan dengan tindakan keberanian yang mereka miliki. Namun siapa sangka, kritik bagi wanita juga masih terus hidup dan berkembang. Perempuan akan terus salah dalam kacamata kehidupan.

Perempuan dalam Perspektif Islam

Islam sangat memuliakan perempuan, bahkan kata “mulia” secara langsung akan menggambarkan sosok perempuan. Dalam al-Quran menjelaskan betapa istimewanya perempuan dalam agama islam. Islam sangat menjaga kehormatan dan martabat seorang perempuan, aturan yang diberikan bagi perempuan bukan untuk memenjarakan melainkan untuk menjujung kemulian seorang perempuan, apa lagi seorang perempuan sudah melahirkan, maka kedudukannya akan semakin mulia dan semakin dihormati dalam islam.

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab shahih-nya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

Diceritakan Abu Hurairah Ra., “Seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi Saw. menjawab, ‘ibumu’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Saw. menjawab, ‘Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari ). Seorang ibu tiga derajat diatas ayah.

Islam sangat memperhatikan seorang perempuan, dari cara berpakain, berjalan hingga berinteraksi dalam lingkungannya. Islam senantiasa menjaga dan membentuk perempuan. Gelar sebagai perempuan shalihah akan menjadi identitas terbaik bagi perempuan islam, apabila ia senantiasa menjaga dirinya.

Islam bagi Perempuan Adalah Penjara?

Orang awam atau seseorang yang tidak mendalami sebuah agama memang akan melihat dan berpandangan bahwa perempuan tidak diuntungkan dalam islam. Orang awam mengatakan bahwa pakaian dalam islam bagi perempuan sangat amat menyulitkan. Mereka tidak mengetahui saja bahwa dengan cara berpakaian yang begitu tertutup, hal itu untuk menjaga dari kejahatan sosial bagi seorang perempuan. Kita mengetahui bahwa berpakaian menjadi hak setiap orang. Namun perempuan berpakain yang terbuka kerap menjadi sasaran bagi oknum pelecehan seksual.

Dua permen terjatuh ketanah, satu sudah terbuka dari bungkusnya dan satunya lagi masih terbungkus, tanpa berfikir otomatis kita akan mengambil dan memakan yang masih terbungkus. Begitu juga dengan pakaian yang perempuaan pakai, apabila menggunakan pakaian yang memperlihatkan auratnya maka akan timbul pikiran kotor hingga kelanjutannya adalah tindakan yang tidak senonoh.

Merias diri bagi perempuan yang belum menikah juga menjadi pandangan yang aneh bagi orang awam. Mereka beropini bahwa merias wajah adalah hak bagi seorang perempuan, baik sudah menikah atau belum. Dalam kacamata islam, memperbolehkan perempuan untuk menghiasi dirinya. “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.” (HR.muslim).  Dalam berhias ini begitu banyak hadisnya.

Islam tentu saja memperbolehkan perempuan untuk merias, namun tidaklah berlebihan. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi Saw. bersabda: “Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan”. Berlebih-lebihan itu tidak baik, apalagi bermaksud untuk menyombangkan diri dan memerkan, hal ini akan menimbulkan dosa. Berlebih-lebihan dalam berpenampilan akan menarik lawan jenis, hal ini akan menimbulkan sebuah kemaksiatan nantinya.

“Sungguh kepala salah seorang di antara kamu ditusuk dengan jarum dari besi, lebih baik daripada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.” (HR. Thabran, Baihalqi). Berpenampilan secara berlebih-lebihan akan untuk menarik perhatian lawan jenis, yang akan menimbulkan kemaksiatan itu akan menimbulkan dosa besar, dan bisa diarahkan pada zina.

Jadi menurut penulis, islam tidaklah menjadi penjara bagi seorang perempuan. Perempuan diberi aturan yang mungkin terlihat sangat menyiksa, namun dibalik itu semua untuk menjaga martabat seorang perempuan. Melihat juga lingkungan yang kita tempatkan. Norma kesopanan dan norma kesusilaan masih hidup ditengah-tengah masyarakat. Mengikuti anjuran-anjuran dalam islam bagi perempuan akan menyalamatkan diri dari dunia dan akhirat. Seperti magic, islam sudah terlebih dahulu menyesuaikan umatnya terhadap lingkung kehidupan bagi umat pemeluk islam.

Di dunia kita tidak akan mendapatkan omongan yang buruk terhadap diri kita dan di akhirat kita tidak mendaptkan siksa neraka yang amat pedih. Apabila kita mengikuti anjuran-anjuran dalam islam. Sebenarnya omongan buruk tentang diri kita itu timbul karena keacuhan terhadap syariat agama islam. Perempuan dapat masuk surga menggunakan pintu manapun.

“Jika seorang wanita selalu menjaga sholat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan ramadan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut. “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahih al-Jami’)

Similar Posts