Majalahnabawi.com – Salah satu amalan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw adalah beberapa mandi yang dilakukan ketika pelaksanaan ibadah haji. Berikut ini adalah beberapa kumpulan mandi-mandi yang disunnahkan ketika proses manasik haji.

Mandi-mandi yang Disunnahkan Ketika Haji

Dalam literatur kitab fikih banyak sekali penjelasan yang membahas terkait mandi-mandi yang disunnahkan ketika proses pelaksanaan haji. Salah satunya adalah penjelasan dari Imam Al-`Umrani di dalam kitab Al-Bayan fi Madzhabil Imamis Syafi`i;

قال الشافعي في الجديد: (ويستحب الاغتسال للحج في سبعة مواطن:

‌للإحرام، ‌ولدخول ‌مكة، ‌وللوقوف ‌بعرفة، وللوقوف بالمزدلفة، ولرمي الجمار الثلاث في أيام التشريق، ولا يستحب ذلك لرمي جمرة العقبة؛ لأن الناس لا يجتمعون لها).

Artinya; Imam Syafi`i berkata dalam qoul jaded; ‘Disunnahkah mandi ketika haji di dalam tujuh kondisi yaitu untuk ihram, masuk Makkah, wukuf di arafah, wukuf di muzdalifah, untuk melempar jumrah yang tiga pada hari-hari tasyrik, dan tidak disunnahkan mandi pada jumrah aqabah karena pada waktu itu (jumrah aqabah) manusia tidak berkumpul.”

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa mandi-mandi yang disunnahkan ketika pelaksanaan haji ada tujuh. Sedangkan menurut Imam Nawawi di dalam kitabnya yang berjudul Al-Idhah fi Manasikil Hajji beliau menyebutkan bahwa kesunnahan mandi pada masa haji ada sepuluh;

ويستحب للحاج الغسل في عشر مواضع للإحرام ولدخول مكة وللوقوف بعرفة وللوقوف بمزدلة بعد الصبح يوم النحر

ولطواف الإفاضة وللحلق وثلاثة آغسال لرمي جمار آيام التشريق ولطواف الوداع.

Artinya; “Jamaah haji dianjurkan untuk mandi sunah pada 10 titik, yaitu (sebelum) ihram, saat memasuki Kota Makkah, wuquf di Arafah, wuquf di Muzdalifah setelah Subuh hari nahar, tawaf ifadhah, cukur, tiga mandi untuk melempar jumrah pada hari tasyriq, dan tawaf wada`.”

Dalam penjelasan di atas, Imam Nawawi menambahkan tiga mandi yang disunnahkan selain tujuh pada penjelasan sebelumnya yaitu mandi sunnah untuk tawaf ifadhah, bercukur, dan untuk tawaf wada`.

Kesunnahan mandi-mandi di atas berlaku untuk semua jamaah haji baik laki-laki maupun perempuan sekalipun dalam keadaan haid. Hal ini sebagaimana penjelasan lanjutan dari Imam Nawawi;

ويستوى في استحبابها الرجل والمرآة والحائض ومن لم يجد ماء فحكمه ما سبق.

Artinya; “Kesunnahan mandi ini berlaku sama bagi jamaah haji laki-laki, perempuan, dan jamaah yang sedang haidh. Jamaah haji yang tidak mendapatkan air, maka hukumnya mengikuti penjelasan yang telah lalu.”

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa mandi-mandi yang disunnahkan ketika haji ada yang mengatakan tujuh dan ada yang mengatakan sepuluh. dari kedua penadapat di atas boleh-boleh saja kita memilih di antara dua pendapat tersebut.

Demikian penjelasan mengenai mandi-mandi yang disunnahkan ketika haji. Semoga bermanfaat. Wallahu a`lam.