Majalahnabawi.com – Hakikatnya, manusia tentu tidak setuju dengan yang namanya kezaliman, kerusuhan, dan tindakan-tindakan lainnya yang dapat merugikan orang lain. Namun, untuk menghentikan tindakan tersebut, banyak orang yang keliru dalam menyikapainya karena terlalu egois dan ceroboh. Sehingga endingnya malah membuat dirinya celaka juga. Contohnya, di suatu desa ada beberapa preman yang sering mengganggu warga di sana. Bagaimana cara untuk menghentikan tindakan ini dengan secepat mungkin tanpa ada pihak yang merasa rugi?

Langkah baiknya urusan semacam ini bisa langsung kita serahkan kepada pihak yang berwenang untuk menghentikan kebiasaan buruk mereka. Jadi jangan biarkan setiap keburukan dan bentuk kezaliman lainnya terus berkembang di tengah-tengah kehidupan. Karena kalau sampai itu berlarut-larut kita biarkan, maka akan terjadi kerusakan di kehidupan ini.

Nabi Mengajarkan Kedamaian

Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kedamaian dengan tetap konsisten. Beliau memberikan suatu prinsip yaitu, لَاضَرَرَ وَلَاضِرَارَ Artinya: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain”. [HR. Ibn Majah]. Nah, kalau kita berpegang teguh atas prinsip yang Nabi Saw. sabdakan itu, maka tindakan-tindakan seperti di atas, İnsya Allah tidak akan terjadAmar Ma’ruf

Amar Ma’ruf menurut Al-Quran

Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran surah an-Nahl ayat 125:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْن

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl:125).

Dari hadis Nabi Saw. di atas, secara tidak langsung beliau menyuruh kepada umatnya untuk mengajak orang lain melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan buruk (amar ma’ruf nahi munkar). Dan makna tersirat dari hadis di atas adalah tidak lain harus dengan cara perhitungan yang sudah matang lalu kita lakukan dengan cara-cara yang terbaik, efektif dan efisien. Karena Islam tidak mengajarkan akan kecerobohan, kekerasan, melainkan Islam mengajarkan budi pekerti yang luhur.

Kaidah Kemudharatan

Ada sebuah kaidah yang sangat sesuai dengan hadis Nabi di atas, bunyi kaidahnya: “kemudharatan tidak bisa dihilangkan dengan cara menimbulkan kemudharatan yang setara”. Kaidah ini mengajarkan suatu tindakan kecerdasan dalam mengambil suatu keputusan. Kenapa? Karena kalau orang merenungi kaidah barusan, maka dia akan mendahulukan akal sehatnya ketimbang hawa nafsu. Dan bahkan kaidah di atas mengajarkan kita agar tetap konsisten dalam menghadapi situasi atau masalah apapun, dalam artian agar senantiasa tidak terjerumus kepada kerusakan. Maka orang yang tidak menerapkan kaidah di atas adalah orang yang selalu terburu-buru dan egois. Sementara perilaku yang terburu-buru itu merupakan perilakunya setan. Setan, tidak pernah berhenti untuk menjerumuskan manusia kepada jalan kerusakan, maka orang yang perilakunya sama seperti setan, pasti selalu menimbulkan kerusakan.

Islam adalah Rahmatan lil ‘Alamain

Dengan semua itu kita bisa paham dan memang terbukti bahwa agama Islam memang agama yang rahmatan lil alamin. Karena semua ajarannya memiliki nilai-nilai kedamaian, kerukunan, dan segala macam kebaikan. Dan juga agama Islam adalah agama yang tidak kaku dan stag, dalam aspek apapun. Makanya mengapa para ulama itu pendapatnya berbeda-beda, maka itu tidak lain adalah rahmat bagi umat, agar tidak terpaku hanya kepada satu teks. Kalau mau bukti, terlalu banyak untuk disebutkan, katakan saja misalnya dari Ubudiyah, Muamalah, Munakahat, dan sampai Jinayat, “belum lagi membahas dari cabang-cabangnya”. Wallahu A’lam.

By Thoha Abil Qasim

Mahasantri Ma'had Aly Situbondo