Tiga Urgensi Menuntut Ilmu dalam al-Qur’an
MajalahNabawi.com – Ilmu merupakan bagian penting bagi kaum muslimin yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Ilmu harus mendarah daging dan senantiasa bermuara di hati kita semua. Ilmu wajib tumbuh dan berkembang menjadi karakter pada diri pribadi manusia, sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Pada intinya manusia berbeda dari makhluk lainnya seperti: hewan, jin, setan dan lain sebagainya.
Ilmu dan Iman
Dalam peribahasa, ilmu tanpa iman maka lalim. Orang berilmu tapi tidak memiliki iman di hatinya, maka dia akan melakukan hal-hal sebagai berikut. Dia akan lupa diri, tidak memikirkan apakah ini menguntungkan atau merugikan bagi orang lain. Hanya mengedepankan kemampuan otaknya atau akalnya saja, terlalu bangga dengan keilmuannya, tidak memikirkan halal haram. Yang terpenting adalah pemuasan harapan, cita-cita, atau impian pribadinya. Sampai kepada yang terparah adalah berlaku ateis karena menuhankan akalnya.
Di samping itu juga, Iman tanpa ilmu maka zalim. Manusia dengan karakter seperti ini, biasanya sibuk beribadah tapi tidak tahu, tidak sadar atau pun bisa saja bodoh bahwa dia sedang melakukan perbuatan bid’ah. Tidak sadar sedang melakukan kebodohan-kebodohan dalam beragama. Tidak tahu apakah Nabi Muhammad SAW mencontohkan atau tidak.
Ilmu dan Amal
Ilmu tanpa amal maka gombal. Orang yang berilmu namun dia tidak melaksanakan ilmunya, bagaikan tong kosong berbunyi nyaring. Keilmuan kita harus kita wujudkan dalam bentuk perbuatan sehingga orang-orang dapat mengakuinya, tidak menganggap bahwa apa yang kita sampaikan adalah omongan bin ocehan saja alias gombal bin kebohongan. Kita harus mewujudkan ilmu kita dalam bentuk perbuatan atau karya nyata yang dapat menyakinkan orang lain.
Selanjutnya, amal tanpa ilmu maka gembel. Gembel adalah kata lain dari gelandangan. Orang yang terus-menerus menjadi gelandangan berarti tidak suka berpikir. Tidak keras dalam mencari solusi, Hidupnya monoton dan tak terarah, mau hidup atau mati tidaklah penting baginya. Amal perbuatannya sesat atau tidak sesat tidak terlintas di otaknya, yang penting berbuat saja, dan tidak perlu pusing. Shalatnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW atau tidak, tidak menjadi pemikirannya, yang penting shalat saja.
Berilmu harus dilandasi dengan iman dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Dan berilmu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. baik dalam urusan dunia ataupun urusan akherat. Ungkapan imam al-Syafii:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barangsiapa yang menghendaki dunia, makahendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki akherat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki dunia akhirat, maka hendaknya dia berilmu”. Jadi ilmu adalah sangat penting bagi kita kaum muslimin dan muslimat.
Cara Mendapatkan Ilmu
Lalu bagaimanakah cara kita untuk mendapatkan ilmu. Pertama adalah dengan cara membaca tulisan. Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW mendapatkan wahyu yang pertama:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S Al-Alaq: 1-5).
Kedua adalah dengan mendengarkan, kita mengaji kepada orang yang lebih paham tentang ilmu agama. Ketika sholat jum’at kita mendengarkan apa yang disampaikan oleh Khotib. Lalu Mendownload ceramah-ceramah keagamaan dan menanyakan apabila kita menjumpai perbedaan-perbedaan atau permasalahan khilafiyah. Dan apabila sudah yakin bahwa ilmu ini benar menurut Rasulullah dan diridhai oleh Allah SWT, maka langkah selanjutnya yakni, mempraktekkannya sedikit demi sedikit atau secara bertahap. Tujuannya adalah agar ilmu tersebut semakin dikuasai dan menjadi karakter bagi kita.
Manfaat Ilmu bagi Muslim dan Muslimah
Apakah manfaat ilmu bagi kita? Yang pertama, kita akan dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT seperti dalam firman-Nya QS Al Mujaadilah ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Pengusaha yang beriman dan berilmu, pasti akan mendapatkan kemuliaan, baik di dunia ataupun di akherat. Dia akan ditinggikan derajatnya karena dia paham hak dan kewajiban-kewajibannya. Dia mengerti hak Allah atas harta yang dimilikinya. Tidak lupa berzakat, tidak lupa bersedekah. Masalah, kendala ataupun berbagai halangan dalam usahanya, dianggapnya sebagai bagian dari cinta Allah kepadanya, untuk terus meningkatkan ilmunya dalam mengembangkan usahanya. Dia mengerti hikmah di semua permasalahan yang dihadapinya. Di mata masyarakat, mendapat kedudukan mulia. Para fakir miskin tak berhenti mendoakannya. Begitu juga para malaikat, mendoakan dia, senantiasa melaporkan kebaikan-kebaikannya kepada Allah SWT.
Manfaat Kedua
Kedua, orang berilmu akan semakin takut kepada Allah SWT. Dia akan semakin tunduk pada kekuasaanNya. Semakin kagum padaNya. QS Al Fathiir: 28
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Maksud kata ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
Ketiga, mengetahui kebesaran dan kebenaran al-Qur’an
Ada seorang ilmuan dari bangsa eropa masuk islam setelah ia memberikan seminar dengan kesimpulan bahwa gunung adalah paku-paku bumi. Kemudian seorang alim memperdengarkan QS An Naba: 7
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
“Dan gunung-gunung sebagai pasak?”
Dari pemaparan d iatas, tersimpulkan terdapat 3 urgensi seorang yang berilmu yakni: pertama, Allah angkat derajatnya. Kedua, semakin takut kepada Allah SWT. Ketiga, mengetahui kebesaran dan kebenaran al-Qur’an. Demikianlah pemaparan yang penulis sampaikan mengenai urgensi seorang yang berilmu. Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat dan yang terpenting tidak mudah dalam menyalahkan orang lain dan membodohi orang lain.