Kompilasi Tafsir Kata Al-Wajh dalam Ayat
majalahnabawi.com Tidak sedikit ayat-ayat al-Quran yang mengandung pemahaman mutasyabih (samar), sehingga makna aslinya terdapat pada bentuk eksplisit ayat itu, dan haruslah dipahami melalui pentakwilan dan penafsiran yang benar, baik dengan al-Aqibah wa al-Marja’ yaitu makna dikembalikan kepada Allah Swt, atau dengan tafsir dan penjelasan (al-Tafsir wa al-Bayan).
Tak banyak dari golongan sesat di umat ini memahami makna mutasyabih dengan tekstual ayat, sehingga memicu kesalahan tafsir yang berimbas pada kesalahan krusial pada agama, baik dari akidah maupun syariat, karena tidaklah keduanya terselubung ke dalam doktrin agama melainkan melalui dalil, nas atau ayat.
Contohnya ialah ayat 27 dari surat al-Rahman
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Wajah Tuhanmu yang memilki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal
Salah Tafsir Bisa Sesat
Tak sedikit dari beberapa Aliran atau golongan dari umat ini memaknai dan menakwilkan tekstual ayat sehingga secara tidak langsung berimbas pada penyerupaan Allah Swt dengan makhluk-Nya.
Salah satu contohnya ialah golongan Bayaniyah salah satu sekte dari Rafidlah yaitu para pengikut Bayan bin Sam’an al-Mahdi yang berpaham Hululiyyah (menyatunya Zat Tuhan di jasad hamba), menyatakan nahwa ruh Allah merintis kepada Abu Hasyim Abdullah bin Muhammad bin Hanafiah, lalu setelah itu ruhnya beralih kepadanya.
Ia menyatakan bahwa Tuhan azali adalah seorang lelaki dari cahaya, dan seluruh bagian diri-Nya fana kecuali wajah-Nya, pernyataan ini didadasarkan pada penakwilan terhadap firman Allah surat al-Rahman ayat 27: َوَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ dan surat al-Qasas ayat 88: كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ. لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Oleh karenanya perlu untuk dipaparkan beberapa kutipan tafsir yang benar dari kitab-kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer terhadap penakwilan kata وَجْه yang mutasyabih:
Tafsir Klasik
- Dalam kitab Fathul Qadir, al-Jami’ Bayna Fannay al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘Ilmi al-Tafsir, karya al-Imam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad al-Syaukaani (1255 H):
الوجه: Bentuk pengibaratan dari/terhadap Zat dan wujud-Nya Yang Maha Suci, dan makna dari ayat itu ialah: تَبْقَى حُجَّتُهُ الَّتِيْ يَتَقَرَّبُ بِهَا إِلَيْهِ (hanya otoritas-Nya lah, yang kekal yang dengannyalah hamba-Nya mendekatkan diri kepada-Nya)
2. Zubdah al-Tafsir min Fath al-Qadir, Syekh Dr. Muhammad Sulaiman al-Asyqar
Dan hanya Zat Allah Swt dan wajah-Nya yang abadi. Dialah Zat yang hidup abadi dan tidak pernah mati. Dialah Zat yang memiliki keagungan dan kebesaran. Zat yang memiliki keutamaan dan nikmat yang dilimpahkan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman.
3. Tafsir al-Jalalain, karya Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi (911 H):
(Dan tetap kekal wajah Tuhanmu) yakni Zat-Nya yang mempunyai keagungan dan kemuliaan yang Maha Dermawan kepada orang-orang mukmin dengan melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka.
4. Tafsir Ibnu Katsir, karya Ismail bin Umar al-Qurasyi bin Katsir (1373):
Allah menceritakan bahwa semua penduduk bumi ini kelak akan pergi meninggalkannya dan semuanya akan mati, begitu pula semua penduduk langit, terkecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah. Tiada yang kekal selain Zat Allah Yang Maha Mulia, karena sesungguhnya Tuhan Yang Maha Tinggi lagi Suci tidak akan mati.
Qatadah mengatakan bahwa dalam hal ini Allah Swt, menceritakan tentang apa yang telah diciptakan-Nya, kemudian Dia memberitahukan bahwa semuanya itu akan binasa dan mati.
al-Sya’bi mengatakan apabila anda membaca firman-Nya: “Semua yang ada di bumi akan binasa.(al-Rahman: 26). Maka janganlah anda diam sebelum membaca firman-Nya: “Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.(al-Rahman: 27). Ayat ini semakna dengan apa yang yang difirmankan oleh Allah dalam surat al-Qasas ayat 88: “Setiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah”.
Melalui ayat ini Allah Swt menerangkan sifat Zat-Nya Yang Maha Mulia, bahwa Dia adalah Tuhan yang mempunyai keagungan dan kemuliaan. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Dia adalah Tuhan yang harus diagungkan dan tidak boleh durhaka terhadap-Nya, dan Tuhan yang harus ditaati tidak boleh ditentang.
Tafsir Modern
5. Tafsir al-Muyassar, Kementrian Agama Saudi Arabia:
Dan wajah Rabbmu –wahai Rasul- yang mempunyai kebesaran, kebaikan dan kemuliaan terhadap hamba-hamb-Nya tetap kekal, tidak tersentuh oleh kefanaan selamanya.
6. Tafsir al-Wajiz, karya Syekh Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili (2015):
Allah mengabarkan setiap apa yang ada di bumi dari makhluk yang hidup adalah sementara (fana’) dan akan berakhir, dan tidaklah tersisa kecuali hanya Allah, tidak ada yang lain.
7. al-Quran al-Karim wa Tafsirihi, Departemen Agama RI tahun 2008:
Ayat-ayat ini menerangkan bahwa semua yang ada di bumi dan di langit akan rusak dan binasa dan yang kekal hanyalah Zat Allah Yang Maha Besar dan Maha Mulia. Dialah yang tetap hidup selamanya dan tidak akan mati. Oleh karena itu, manusia jangan terpesona dengan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia, sebab semuanya akan punah dan lenyap, manusia akan dimintakan pertanggungjawaban atas segala nikmat yang telah diperolehnya.
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلهًا آخَرَ. لآ إِلهَ إِلَّا هُوَ، كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ، لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Dan janganlah (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenangnya, dan hanya kepedanya kamu dikembalikan. (al-Qasas/28:88)
Tafsir Ayat
8. Tafsir al-Mukhtashar, Markas Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syekh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (1369 H):
Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan, yang dimaksud dengan الوجه adalah Zat dan wujud Allah Ta’ala.
9. Tafsir al-Misbah, karya Muhammad Quraish Shihab
Semua yang ada di muka bumi kan binasa, kecuali Allah yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
10. Tafsir al-Kasysyaf karya Imam al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari: الوجه ialah Zat dan الوجه di sini diibaratkan kalimat dan diri (wujud), sebagai contoh; orang-orang Mekah berkata “Dimanakah wajah Arab (wujud/orang Arab) yg menyelamatkan saya dari penghinaan, sedangkan “ذو الجلال و الإكرام” ialah karakteristik dari wujud tersebut.
11. Mafatih al-Ghaib, al-Tafsir al-Kabir, karya Imam Fakhruddin al-Razi: الوجه mutlak bermakna Zat. Orang-orang Mujassim (meyakini Allah berjisim) membawa atau mengistilahkan الوجه di sini sebagai bagian dari organ tubuh dan ini bertentangan dengan rasionalitas/akal dan dalil naqli, yaitu al-Quran karena Allah Swt berfirman: “Segalanya musnah kecuali wajah-Nya.” (al-Qasas: 88) menunjukkan bahwa yang tersisa hanyalah wajah Tuhan Yang Maha Esa, maka berdasarkan makna hakikinya yag tidak ada masalah pada makna ini ialah ” لَا يَبْقَى غَيْرَ حَقِيْقَةِ اللهِ أَوْ غَيْرَ ذَاتِ اللهِ شَيْءٌ ” Tidak ada sesuatupun yang kekal selain hakikat Allah atau Zat Allah.