Ilmu Yang Bermanfaat
Majalahnabawi.com – Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menjadikan pemiliknya berada pada tingkat kesejahteraan dan ketenangan jiwa, serta bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Kita melihat banyak orang yang menempuh pendidikan tinggi, namun sebagian mereka belum bisa memanfaatkan ilmunya dengan baik. Dengan kata lain, tinggginya pendidikan seseorang, belum tentu menunjukkan bahwa ia sudah memiliki ilmu yang manfaat, contohnya, seseorang pengusaha masih memiliki persoalan hidup yang tak kunjung terselesaikan, atau mengalami depresi, serta para pejabat yang masih terjebak dalam masalah suap ataupun korupsi. Karena itulah ilmu yang manfaat bisa didapatkan pada orang yang masih minim ilmunya, minimal ia sudah mampu membawa kebaikan kepada dirinya dan orang lain.
dalam konteks sosial, ilmu memiliki peran penting dalam kalangan masyarakat, untuk saling membantu dan memecahkan permasalahan yang sedang terjadi. Maka perbanyaklah ilmu agar membawa manfaat dan berkah bagi banyak orang.
Ilmu dan Manfaatnya Bagi Orang Lain
Sebagaimana dalam surat al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَّشَآءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبَابِ
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Quran dan al-Sunah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang dianugerahkan hikmah, ia benar-benar telah diberikan karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
Dan sabda Nabi Saw yakni:
خَيْرُ النّاسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat al-Thabrani, al-Mu’jam al-Awsath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.)
Bagaimana cara agar kita sebagai manusia dapat bermanfaat bagi orang lain? Tentu salah satunya yaitu dengan kita memiliki ilmu. Dengan ilmu, kita dapat membantu sesama dengan mudah, karena kita tahu bagaimana cara membantunya dengan solusi yang tepat. Ilmu yang manfaat menjadi bekal bagi seluruh manusia hingga diakhirat kelak.
Perkara yang Tidak Terputus
Berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim No. 1631)
dalam sebuah ucapannya yang terkenal imam Muhammad bin Sirin (W. 110 H/729 M) berkata, “Sesungguhnya ilmu (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu mencapai ketakwaan), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu.”
ilmu yang manfaat akan membawa kita kepada jalan yang diridhadi-Nya. Karena ilmu yang tidak manfaat telah Allah Ta’ala sebutkan pada kedudukan tercela, yaitu ilmu sihir seperti firman-Nya,
وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“… Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat. Dan sungguh mereka sudah tahu barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh sangat buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka mengetahui.” [al-Baqarah/2:102]
Dan firman Allah Swt,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.” [Ar-Ruum/30:7]
Menjaga Ilmu
Nasihat Imam Syafi’i rahimahullah (W. 204 H) juga mengatakan :
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ # قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ
فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً # وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ
Ilmu itu seperti buruan dan tulisan adalah ikatannya # ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang # Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja
Berdasarkan perkataan Imam Syafi’i tersebut, mengingatkan kita agar senantiasa menjaga ilmu dengan baik, supaya ilmu tersebut tidak membawa mudharat bagi pemiliknya.
Imam Ibnul Jauzi (W. 597 H) dalam kitab beliau “Shifatush shafwah” (4/122) menukil ucapan Hamdun bin Ahmad Al Qashshar. ketika beliau ditanya, “Apa sebabnya ucapan para ulama salaf lebih besar manfaatnya dibandingkan ucapan kita?” Beliau menjawab, “Karena mereka berbicara (dengan niat) untuk kemuliaan Islam, keselamatan diri (dari azab Allah Ta’ala), dan mencari ridha Allah Ta’ala, adapun kita berbicara (dengan niat untuk) kemuliaan diri (mencari popularitas), kepentingan dunia (materi), dan mencari keridhaan manusia”.
Disebutkan pula dalam kitabnya, “kita harus berhati-hati dalam melakukan apapun di dunia ini, baik berupa tindakan, ucapan, dan lain sebagainya. Lakukanlah semua itu dengan didasari niat yang baik agar diridhai oleh Allah Swt. dan mendapat pahala dari amal sholeh yang kita lakukan.”
Diantara do’a Rasulullah Saw adalah meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari ilmu yang tidak bermanfaat, yaitu ucapan beliau:
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعْ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعْ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعْ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak mau tunduk (kepada-Mu), dari jiwa yan tidak pernah puas (dengan pemberian-Mu), dan dari do’a yang tidak dikabulkan.”
Demikian pengertian serta dalil-dalil nash tentang ilmu yang bermanfaat. Semoga senantiasa kita dapat mengamalkan ilmu dengan baik dan mendapat keberkahan dari ilmu yang kita miliki.