ilmu

Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan ini, ia tidak berat dibawa kapan pun dan di manapun kita berada serta akan terus bertambah apabila terus diamalkan dan diajarkan kepada orang lain tentunya dalam hal kebaikan. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam  bersabda :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجْوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

”Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (H.R Muslim no. 2674, Abu Dawud no. 4609, Ahmad; Dengan sedikit lafaz yang berbeda hadis ini diriwayatkan juga oleh imam Tirmidzi no. 2674, Ibnu Majah no. 206, Ahmad, Ad-Darimi & Ibnu Hibban)

Ilmu pengetahuan ibarat sebuah cahaya yang menerangi kita dari kegelapan. Ketika cahaya itu datang, tentunya segala sesuatu yang berada di sekitar kita pun dapat terlihat sehingga akhirnya kita dapat melakukan banyak hal atas cahaya karunia itu. Dan tentunya cahaya tersebut tidak akan oleh Allah berikan kepada ahli maksiat. Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata :

وَأَخْبَرَنِيْ بِأَنَّ الْعِلْمَ نُوْرٌ ۝ وَنُوْرُ اللهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِيْ

“Dan (Imam Waki’) memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya .. Dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Thalibin, 2:190)

Ilmu pengetahuan adalah salah satu alat untuk menuju hidup bahagia. Kita tahu bahwa tubuh manusia selain terdiri dari jasmani tentunya juga ada rohani. Jika jasmani membutuhkan makan dan minum maka rohani kita juga tentunya membutuhkan ilmu.

Ilmu pengetahuan merupakan cahaya dan petunjuk yang harus disebarkan serta tidak boleh disembunyikan. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahaya menyembunyikan ilmu agama yang harus disampaikan kepada umat. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

»مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ«

“Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui, kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dicambuk pada hari kiamat dengan cambuk dari neraka.” (H.R. Tirmidzi, no. 2649; Dengan sedikit lafaz yang berbeda hadis ini diriwayatkan juga oleh imam Abu Dawud no. 3658; Ibnu Majah no. 264; Ahmad & Hakim)

Dalam Al-Quran pun terdapat ayat-ayat yang mengajak kita  supaya memiliki perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan agar kita senantiasa beribadah serta menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Firman-Nya :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

”…Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar[39] : 9)

Selain itu, Allah akan meninggikan derajat orang-orang mukmin yang ikhlas dan orang-orang yang berilmu menjadi beberapa derajat. Sebagaimana Firman-Nya :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

”…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah[58] : 11)

Orang yang berilmu laksana tanah subur yang menumbuhkan berbagai tanaman yang berguna bagi manusia dan makhluk lainnya, dan bagaikan kolam penampung air yang sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan minum manusia, binatang ternak dan untuk menyirami tanaman.

Singkat kata orang yang berilmu manfaatnya sungguh sangat luar biasa, ia hidup tidak hanya untuk dirinya, tapi juga berguna bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.

Dahulu kala, tatkala Nabi Sulaiman as. ditawari oleh Allah subhanahu wa ta’ala atas tiga hal : harta, kekuasaan dan ilmu. Beliau memilih ilmu pengetahuan. Pilihan ini merupakan pilihan cerdas, tepat dan terbaik. Dengan ilmunya ia memperoleh kekuasaan dan limpahan harta yang tiada bandingannya, baik pada  zaman sebelumnya maupun sesudahnya.

Ali bin Abi Thalib ra. Juga pernah ditanya oleh seseorang : “Wahai Ali, mana yang lebih utama; ilmu atau harta?” Lantas Ali menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta. Ali kemudian memberikan beberapa alasannya :

  • Ilmu warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun dan Fir’aun.
  • Ilmu bisa merawat dirimu, sedangkan harta kamulah yang merawatnya.
  • Orang yang memiliki harta cenderung mendapat banyak musuh, sedangkan orang yang berilmu punya banyak teman.
  • Harta ketika digunakan akan berkurang, sedangkan ilmu semakin banyak digunakan semakin bertambah.
  • Orang berharta biasa diberi gelar si Bakhil, sedangkan orang berilmu selalu diberi gelar-gelar yang mulia dan terhormat.
  • Harta benda harus dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri.
  • Di hari kiamat nanti orang berharta di hisab sebab hartanya, sedangkan orang berilmu kelak di hari kiamat dapat syafa’at sebab ilmunya.
  • Seiring waktu berjalan, harta semakin lama kian habis dan rusak, sedangkan ilmu takkan bisa habis maupun rusak.
  • Harta bisa mengeraskan dan menggelapkan hati, sedangkan ilmu menerangi hati.
  • Orang berharta biasa dikatakan sombong sebab kekayaannya, sedangkan orang berilmu biasa disebut orang tawadu’, rendah hati sebab ilmunya.

Ali bin Abi Thalib memang salah seorang cerdik dan pandai. Beliau sangat memahami peranan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, kita juga harus senantiasa memahami bahwa menuntut ilmu dan menjadi orang yang berilmu itu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya serta akan memiliki banyak keutamaan.

Maka sudah sepantasnya kita menggiatkan diri dengan belajar dan menuntut ilmu. Karena kebangkitan umat akan terwujud dengan kebangkitan ilmu pengetahuannya.

Namun perlu diketahui bahwa ketinggian ilmu tanpa dibarengi dengan akhlak mulia dan adab akan menjadi sesuatu yang sia-sia.

Adanya ilmu pada diri seseorang itu hendaknya membuat ia semakin tawadu’ (rendah hati), karena ilmu itu sangatlah luas sehingga tidak layak manusia itu sombong dengan kepintaran ilmunya. Imam Syafi’i Syafi’i rahimahullah pernah berkata :

لَنْ يَبْلُغَ الْعِلْمَ جَمِيْعًا أَحَدٌ ۝ لَا، وَلَوْ حَاوَلَهُ أَلْفَ سَنَة

إِنَّمَا الْعِلْمُ عَمِيْقٌ بَحْرُهُ ۝ فَخُذُوْا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ أَحْسَنَه

“Tidaklah seseorang dapat menguasai ilmu seluruhnya .. Tidak, walaupun ia  tempuh untuk mencarinya hingga seribu tahun .. Ilmu itu bagaikan lautan yang sangat luas dan dalam .. Maka ambillah dari segala sesuatu yang paling baiknya.”(Diwan Imam Syafi’i)

Ilmu memang sangat penting, tapi fondasi berupa akhlak jelas lebih penting. Sebagaimana Syekh Yusuf bin Al Husain pernah berkata :

بِالْأَدَبِ تَفْهَمُ الْعِلْمَ وَبِالْعِلْمِ يَصِحُّ لَكَ الْعَمَلُ وَبِالْعَمَلِ تَنَالُ الْحِكْمَةَ

“Dengan (mempelajari) adab, maka engkau (jadi mudah) memahami ilmu, sementara dengan ilmu amalanmu akan benar dan dengan amal, engkau akan mendapatkan hikmah.”(Iqtidhaul ‘ilmil ‘amal, hal. 170)

Bahkan jika kita menguasai suatu ilmu pengetahuan tanpa memerhatikan akhlak dan adab sebagai penuntunnya, maka hal tersebut tentu akan membawa pada kesombongan serta kehancuran bagi pemiliknya.

 

وَ اللهُ أَعْلَمُ

By Muhammad Faiz

Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah wal 'Arabiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences