Majalahnabawi.com Sirah Nabawiyyah merupakan sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyebarkan agama Islam. Perjalanan hidup beliau adalah teladan, dan setiap perbuatannya adalah panutan. Dan kita yang hidup 14 abad setelah beliau wafat harus berterimakasih kepada ulama yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya untuk menuliskan perjalanan hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga kita bisa mengambil ibrah dari setiap langkah dalam perjalanan hidup beliau.

Namun, penulisan Sirah Nabawiyyah ini tidak langsung ditulis oleh para sahabat yang menyaksikan secara langsung kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, melainkan mereka hanya menceritakan secara lisan atas apa yang mereka alami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Memasuki dekade ketiga dan keempat hijriyah, para sahabat satu-persatu mulai wafat, baik sebagai syuhada di medan jihad ataupun wafat kerena usia mereka sudah tua. Dan wafatnya para sahabat ini membuat para Tabi’in khawatir akan hilangnya sejarah mulia para sahabat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga muncul inisiatif untuk menuliskan sejarah perjuangan Nabi bersama Sahabat.

Adalah Urwah bin Zubair yang menjadi pelopor penulisan Sirah Nabawiyyah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Urwah bin Zubair bin Al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai Al-Asadi Al-Quraisyi Al-Faqih Al-Madani.

Beliau lahir pada tahun 23 Hijriyah. Dan merupakan anak dari Zubair bin Al-Awwam (Salah satu sahabat yang dijamin masuk surga), serta merupakan cucu dari Abu Bakar Ash-Shidiq, karena ibunya adalah Asma binti Abu Bakar. Beliau juga merupakan keponakan sekaligus murid kesayangan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Dari Sayyidah Aisyah, Urwah belajar Hadis dan banyak mengambil riwayat Sayyidah Aisyah, beliau juga belajar fiqih darinya. Karena itulah, selain ahli hadis dan ahli sejarah, Urwah bin Zubair juga merupakan ahli fiqih, karena termasuk salah satu dari tujuh fuqoha dari ahli madinah. Selain dari Sayyidah Aisyah, Urwah juga meriwayatkan Hadis dari Ayahnya (Zubair), Kakaknya (Abdullah bin Zubair), Ibunya (Asma binti Abu Bakar), Ali bin Abi Thalib, Said bin Zaid, Zaid bin Tsabit, Ibnu Umar, Ibnu ‘Amr, Abu Hurairah, dan masih banyak yang lainnya.

Urwah menuliskan setiap sejarah peperangan Nabi dan para sahabat dalam catatannya, yang dikenal dengan AlMaghazi (Peperangan). Namun tidak hanya seputar peperangan Nabi saja, Urwah juga menuliskan beberapa peristiwa penting dalam hidup Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Tulisan-tulisan AlMaghazi ini berupa hadis-hadis Nabi tentang peperangan yang dilakukan Nabi bersama para sahabat. Catatan Al Maghazi dari Urwah ini sangat mempengaruhi penulisan-penulisan sejarah islam setelahnya, sehingga dalam ilmu Historiografi Islam, Urwah dikenal sebagai pelopor penulisan Sirah Nabawiyyah bersama Aban bin Utsman bin Affan (w. 105 H).

Lebih khususnya, Urwah bin Zubair ini merupakan pelopor Historiografi Islam Madzhab Madinah, yang banyak dipengaruhi oleh Hadis-hadis Nabi, dan dalam penulisannya pun menggunakan sanad (walaupun tidak seketat sanad dalam Ilmu Hadis). Namun, karena khawatir tulisan Al Maghazi ini akan tercampur dengan Al-Quran, Urwah kemudian membakar tulisannya ini sendiri, sehingga Al-Maghazi tulisan Urwah bin Zubair ini tidak sampai kepada kita.

Walaupun Urwah sendiri membakar tulisannya tersebut, tapi tulisannya telah dibaca oleh murid-muridnya. Tulisan Urwah ini kemudian disempurnakan oleh Ibnu Ishaq. Tulisan Ibnu Ishaq dikenal sebagai kitab pertama Sirah Nabawwiyah dalam Historiografi Islam. Namun kita tidak bisa menikmati tulisan Ibnu Ishaq ini karena hilang ditelan zaman. Ibnu Ishaq sendiri merupakan guru dari Ibnu Hisyam, Penulis Sirah An-Nabawiyyah yang masih ada hingga sekarang tulisannya. Sehingga bisa dibilang, bagian-bagian dari Sirah Nabawiyyah Ibnu Hisyam, khususnya yang bertemakan peperangan Nabi dan para sahabatnya merupakan pengembangan dari catatan sejarah Urwah bin Zubair.

Selain dalam Sirah Nabawiyyah Ibnu Hisyam, tulisan Al-Maghazi Urwah bin Zubair ini juga mempengaruhi tulisan Al-Waqidi dalam kitabnya Al-Maghazi, serta dalam kitab At Tabari yang berjudul Tarikh Ar-Rusul wa Al-Mulk. Kitab-kitab sejarah ini mengikuti gaya tulisan Urwah bin Zubair, yakni Historiografi Islam Madzhab Madinah yang ditulis menggunakan Sanad, serta ditulis berdasarkan tahun.

Dalam Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz Dzahabi menyebutkan beberapa pendapat mengenai wafatnya Urwah bin Zubair, diantaramya adalah menurut Az-Zubairi, bahwa Urwah wafat diusia ke-67 tahun. Dan menurut Al-Haitsam, Al-Waqidi, Abu Ubaidah, Yahya bin Ma’in dan Al-Fallas, Urwah bin Zubair wafat pada tahun 94 H. Sedangkan menurut Ibnu Al-Madani, Beliau wafat pada tahun 93 H.

Maka Urwah bin Zubair memiliki jasa yang sangat besar bagi kita yang hidup jauh setelah Nabi wafat. Atas tulisannya yang menjadi pelopor Sirah Nabawiyyah, kita masih bisa mengambil ibrah dari perjuangan Nabi dan Para Sahabatnya.

 

Penulis : Muhammad Iqbal Akmaluddin (Mahasantri smt. 4)