40 Hadis Sakti Pondasi Islam

majalahnabawi.com – Gagasan pembukuan teks-teks hadis sudah dimulai dari sebelum lahirnya sebuah kitab tipis yang di kemudian hari akrab disebut dengan kitab “al-Arba’in al-Nawawiyyah”. Meski demikian, hadis-hadis dalam kitab ini merupakan basis utama dalam agama Islam. Bahkan separuh ulama berpandangan bahwa ajaran Islam, setengahnya atau sepertiganya berpondasi pada hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab ini.

Rampungnya penulisan kitab hadis yang terkenal di kalangan umat muslim ini selesai pada hari Rabu 29 Jumadil Ula 668 H. Meski bisa disebut sebagai “kitab lawas”, para pelajar dan pengajar masih mengidolakan kitab tipis ini sebagai kitab dasar hadis yang asyik untuk dihafal dan diajarkan. Hal tersebut dibuktikan dengan menjamurnya kitab syarah (penjelasan) terhadap kitab tipis dan lawas ini. Para ulama yang ikut men-syarah-i kitab ini pun cukup banyak, di antaranya ada Imam Ibnu Daqiq, Imam Ibnu Rajab al-Hanbali, Imam Ibnu Hajar al-Haitami, Imam Ibnu al-Aththar, dan masih banyak ulama lainnya.

Judul Asli Kitab dan Jumlah Hadisnya

Kitab yang biasa dikenal dengan judul Arba’in Nawawi atau al-Arba’in al-Nawawiyah ini, ternyata bukan penamaan asli dari sang penulis, melainkan hanya penamaan dari para ulama klasik saja. Judul asli kitab ini adalah al-Arba’in fi Mabani al-Islam wa Qawaid al-Ahkam (40 Hadis Tentang Pondasi-pondasi Islam dan Kaidah-kaidah Hukum).

Judul kitab ini adalah “al-Arba’in”, secara etimologi bermakna 40. Akan tetapi, faktanya dalam kitab ini terhitung ada 42 hadis. Jadi penamaan “arba’in” hanya sebagai majaz saja yang bermakna “40-an hadis”. Sebab 40-an itu sudah cukup mewakili 42 hadis yang termaktub dalam kitab tipis ini.

Melalui gaya penulisannya yang simpel, mushannif (pengarang) kitab al-Majmu’ ini mampu mengenalkan kita semua tentang ajaran agama Islam. Salah satu motivasi beliau dalam menulis kitabnya yang berjumlah 42 hadis, sesuai dengan anjuran Nabi yang beliau tulis dalam mukadimahnya:

مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِيْ أَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًا مِنْ أَمْرِ دِيْنِهَا بَعَثَهُ اللهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيْ زُمْرَةِ الْفُقَهَاءِ وَالْعُلَمَاءِ

“Siapa saja dari umatku yang menjaga dengan 40 hadis tentang perkara agama, maka Allah akan bangkitkan dia pada hari kiamat bersama golongan ahli fikih dan ulama.”

Meskipun hadis tersebut dinilai dhaif (lemah), tetapi dalam hal untuk meningkatkan keutaman amal (selain ranah akidah dan halal-haram) maka diperbolehkan.

Kelebihan Kitab

Dalam tinjauan saya, kitab ini tergolong kitab yang fleksibel. Hal itu didukung dengan menaruh 42 hadis yang berisikan ajaran pokok atau fondasi agama Islam. Sehingga tidak hanya untuk pegiat hadis saja, tetapi orang awam pun akan mudah untuk mempelajarinya. Dengan demikian, ajaran agama Islam bisa tetap terjaga hingga beratus-ratus tahun lamanya meski pengarang kitab ini telah wafat.

Di sudut yang lain, membaca kitab ini pun terbilang renyah. Urutan hadis dalam kitab ini pun sudah tersusun dengan rapih, sehingga sangat mudah bagi orang yang masih awam untuk mempelajari dan menghafalnya.

Salah satu kejeniusan Imam dari Damaskus ini yaitu ide dan kemampuannya dalam membuat kompilasi hadis. Setelah pertimbangan yang tajam dari sang imam, dengan 42 hadis saja beliau mampu menginput ajaran ushuluddin, kaidah-kaidah syariat, prinsip, serta rangkuman ajaran Islam. Ringkasnya, kitab yang tipis ini mencakup ajaran pokok agama Islam secara komprehensif.

Kekurangan Kitab

Di samping kelebihan yang disebut sebelumnya, kitab ini patut disayangkan. Seluruh perawi dalam hadis yang termaktub dalam kitab tipis ini dipangkas. Jadi hanya mencetak hadisnya saja. Tentu saja pemangkasan perawi itu yang menjadi minus dari kitab hadis satu ini.

Tentu saja Imam Nawawi sendiri mengamini kesahihan hadis-hadis yang ditulisnya sendiri. Akan tetapi, pemangkasan perawi pada kitab hadis ini sangat rawan adanya justifikasi bahwa hadis-hadis dalam kitab ini dinilai dhaif (lemah). Asumsi ini terbukti atas penilaian dari Ibnu Rajab yang mendhaifkan beberapa hadis dari kitab ini.

Kesimpulan

Walaupun tergolong “tipis”, kitab ini cukup banyak disyarahi oleh imam-imam besar sebagaimana disebutkan di awal pembahasan. Dalam konteks sekarang, banyak para kiai, ustaz, dan santri yang masih istikamah mempelajarinya. Ada yang dengan mengkaji matan (teks) hadis ini, sanad, atau bahkan mengumpulkan beragam cetakan kitab ini. Sebab, cukup banyak penerbit di seluruh dunia yang turut menerbitkan kitab ini.

Terlepas bagaimana sistematika penulisan kitab ini, kelebihan, dan kekurangannya, sudah sepatutnya bagi kalangan umat Islam untuk mempelajari kitab hadis ini. Kitab ini sangat cocok bagi siapapun yang ingin mengkajinya, baik kalangan orang awam maupun pelajar, orang Islam maupun non-Islam.

40 Hadis Sakti

Oleh: Afda Alif Muhammad

Judul Kitab: Al-Arba’in An-Nawawiyah

Penulis: Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf al-Nawawi al-Syafi’i (631 H – 676 H)

Tebal Buku: 64 Halaman

Penerbit: Dar Ibn al-Jauzi

Tahun Terbit: 2013 M/1435 H

Kitab Hadis Tipis yang “Sakral”

Similar Posts