Majalahnabawi.com – Dalam perkembangan sejarah Islam, selalu ada tantangan masing-masing pada setiap abadnya, ditambah umat Islam telah ditinggal sosok mulia sang penuntun, Nabi Muhammad Saw dan semakin berjalannya zaman maka semakin jauh juga kehidupan kita dengan zaman hidupnya Nabi Muhammad Saw. Tantangan-tantangan terhadap Islam ini terjadi diberbagai aspek, termasuk dalam pemeliharaan sunnah-sunnah Nabi.

Pada abad ke-3, disebutkan merupakan zaman keemasan dalam pembukuan hadis-hadis Nabi, hal inipun tidak lepas dari faktor pengaruh tantangan, masalah dan problem-problem pada abad ini. Di antaranya adalah pertentangan yang sangat hebat dari ahli kalam dengan ahli hadis, maraknya hadis-hadis palsu sehingga menimbulkan pencemaran terhadap kemurnian hadis-hadis Nabi Muhammad Saw.

Lantas apa yang dilakukan para ulama pada masa ini dalam menjaga kemurnian hadis-hadis Nabi, bahkan hingga disebut sebagai zaman keemasan dalam pembukuan hadis?

1. Safari ke Negeri-negeri demi Mencari Sumber Hadis yang Memiliki Kredibilitas

Para perawi hadis sudah menyebar ke daerah-wilayah yang jauh sejalan dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam. Dalam upaya menghimpun hadis-hadis yang belum terjangkau pada masa sebelumnya, maka dalam abad ketiga hijriah para ulama hadis melakukan perlawatan mengunjungi para perawi hadis yang jauh dari pusat kota buat mengetahui ciri perawi yang bersangkutan sekaligus hadis-hadis yang memiliki kredibilitas kemurniannya.

Beberapa ulama hadis yang terkenal yang melakukan safari pencarian hadis ini adalah Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, dan lainnya.

2. Klasifikasi Hadis kepada Marfu’, Mauquf, Maqthu’

Pada abad ini, Ulama-ulama hadis telah mengklasifikasikan hadis-hadis kepada tiga bagian, yaitu marfu’, mauquf, dan maqthu’.

a. Marfu’ adalah hadis yang disandarkan kepada Nabi saw.,

b. Mauquf adalah hadis yang disandarkan kepada sahabat,

c. Maqthu yaitu hadis yang disandarkan kepada tabiin.

Metode pengklasifikasian seperti ini digunakan demi terpeliharanya hadis-hadis yang benar-benar berasal dari Nabi dengan percampuran perkataan sahabat ataupun dengan fatwa-fatwa tabiin.

3. Klasifikasi Hadis kepada Shahih, Hasan, Dha’if

Pada abad ini juga para ulama hadis melakukan seleksi dan klasifikasi hadis kepada hadis yang shahih, hasan, atau dha’if. Ulama yang mempelopori di antaranya Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan dilanjutkan oleh Imam Abu Dawud, Imam al-Tirmidzi, Imam Nasa’i, Imam Ibnu Majah dan lain-lain.

Itulah faktor-faktor yang cukup penting yang dilakukan para ulama hadis dalam menjaga kemurnian hadis-hadis Nabi saw sehingga berdampak pada kemajuan dan zaman keemasan pembukuan hadis.