amalan paling mulia

Majalahnabawi.com – Setiap amal itu mempunyai nilai moralnya tersendiri, ada amal baik dan juga amal buruk. Baik buruknya amal seseorang pun dipengaruhi oleh dua faktor, faktor internal dan eksternal, salah satu faktor internal yang menyebabkan baik buruknya suatu amal manusia adalah hati. Lalu apa amalan paling mulia disisi Allah Swt?

Adapun salah satu faktor eksternal yang memengaruhi baik buruknya amalan seseorang adalah lingkungan masyarakat setempat, lingkungan masyarakat adalah faktor eksternal yang paling fundamental dalam memengaruhi baik buruknya seseorang.

Jika masyarakat setempat berkelakuan buruk seperti suka mabuk mabukan, berjudi, dan hal buruk lainnya, maka orang pun akan terhipnotis oleh perbuatan mereka dan tidak mustahil untuk melakukan hal yang sama, begitu sebaliknya.

Jika lingkungan masyarakatnya Bagus, tentram, aman, dan dipenuhi acara islami maka orang pun akan berbaur dengan masyarakat itu sendiri dan melakukan hal yang sama.

Terkadang amal yang menurut kita baik justru malah salah dimata orang lain, begitupun sebaliknya, tetap semua amalan baik tidak akan salah dimata Allah, begitupun amal buruk tidak akan pernah benar dimata allah Swt.

Lalu apa amal yang paling baik dimata Allah?. Nabi Muhammad Saw. bersabda dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari jalur Abdulloh bin Masud yang berbunyi :

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ لِمِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ سَكَتَ عَنِّي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي.

Dari Ibnu Masud ia berkata; Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling mulia?” beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apakah lagi wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Apa lagi wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Kemudian berjihad di jalan Allah.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam, sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya.”

Pada Hadis diatas Nabi Muhammad Saw. menyebutkan bahwa amal yang paling mulia disisi allah Swt. ialah sholat di awal waktu, kemudian berbakti kepada orang tua, dan yang terakhir adalah jihad di jalan allah SWT.

Imam al-Hafidz Muhammad bin Abdur Rahman bin Abdur Rahim al-mubarokfury mensyarahi Hadis ini bahwa jawaban nabi Saw. berbeda-beda ketika ditanya tentang hal ini, dikarenakan nabi Saw. ketika ditanya tentang hal ini beliau melihat kondisi orang yang bertanya.

Dalam Hadis tersebut nabi Saw. menyebutkan sholat pada waktunya adalah amal yang paling mulia, dikarenakan nabi menegetahui bahwa orang yang bertanya sering melalaikan sholat.

Alasan yang kedua mengapa nabi berbeda jawaban ketika ditanya tentang hal ini adalah kondisi waktu, jadi ketika ada sahabat yang bertanya tentang itu pada waktu sholat, maka nabi akan menjawab amal yang paling mulia adalah sholat pada waktunya, jika waktu itu sedang dalam keadaan perang, maka nabi akan menjawab jihad di jalan Allah Swt. adalah amalan yang paling mulia.

Penjelasan yang di lontarkan oleh Ibnu Abdur Rahim diatas benar adanya, dengan bukti penguat bahwa nabi Muhammad Saw. berbeda jawaban ketika ditanya oleh sahabatnya. Sebagaimana dalam Hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i melalu jalur Abdullah bin Khubsyi al-Khots’amiy yang berbunyi:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حُبْشِيٍّ الْخَثْعَمِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ لَا شَكَّ فِيهِ وَجِهَادٌ لَا غُلُولَ فِيهِ وَحَجَّةٌ مَبْرُورَةٌ قِيلَ فَأَيُّ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ قَالَ طُولُ الْقُنُوتِ قِيلَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ جُهْدُ الْمُقِلِّ قِيلَ فَأَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ هَجَرَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قِيلَ فَأَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ جَاهَدَ الْمُشْرِكِينَ بِمَالِهِ وَنَفْسِهِ قِيلَ فَأَيُّ الْقَتْلِ أَشْرَفُ قَالَ مَنْ أُهَرِيقَ دَمُهُ وَعُقِرَ جَوَادُهُ

Dari Abdullah bin Hubsyi al Khats’ami bahwa Nabi Saw. ditanya; “Amal apa yang paling utama?” Beliau bersabda: “Keimanan tanpa ada keraguan padanya, jihad tanpa ada kedengkian dan haji mabrur.” Beliau ditanya; “Shalat apa yang paling utama?” Beliau menjawab: “Lama dalam berdoa ketika shalat; sebelum ruku’ dan setelahnya.” Dikatakan; “Sedekah apa yang paling utama?” Beliau menjawab: “Sedekah yang diupayakan dengan kerja keras saat rejekinya terbatas.” Dikatakan; “Hijrah apa yang paling utama?” Beliau menjawab: “Orang yang berhijrah (meninggalkan) apa yang Allah -Azza Wa Jalla- haramkan.” Dikatakan; “Jihad apa yang paling utama?” Beliau menjawab: “Orang yang berjihad melawan kaum musyrikin dengan harta dan jiwanya.” Dikatakan; “Mati apa yang paling mulia?” Beliau menjawab: “Orang yang darahnya dialirkan dan kudanya disembelih.”

Dalam Hadis itu nabi menyebutkan bahwa amal yang paling mulia disisi Allah adalah keimanan tanpa ada keraguan. karena nabi tau kondisi orang yang bertanya dan tau amal apa yang dibutuhkan oleh sahabat tersebut.

Wallahu a’lam bimuraadihi.