MajalahNabawi.com- Sangat sulit untuk mendefinisikan cinta. Pokoknya, kalau sudah berbicara cinta, seketika semua orang bersemangat untuk mendengarkannya. Sebagai contoh, di satu pesantren khusus putri, berlangsung pengajian yang kebetulan temanya tentang cinta. Biasanya sebagian santri ada yang mengantuk, ngobrol, atau sudah tidak fokus.

Tapi beda halnya ketika tema pengajiannya seputar cinta. Tidak ada seorang santri pun yang tidak antusias untuk memperhatikan dari awal hingga akhir. Mata mereka tiba-tiba berbinar-binar, riuh ramai terasa ketika ustazah menyebutkan perihal perasaan. Ya, begitulah cinta.

Orang yang Mencintai akan Mengikuti Orang yang Dicintai

Orang yang mencinta pasti akan selalu mengikuti yang dicinta. Dari menelisik segala hal tentang yang dicinta, hingga mengikuti dan meneladani tingkah lakunya. Maka, jangan salah dalam mencintai. Sudah selayaknya kita mencintai orang yang dapat mengantarkan kita kepada kebaikan dan cintanya Allah Swt.

Hal ini sejalan dengan hadis riwayat Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud. Dari Anas bin Malik ra., beliau berkata:

رَأَيْتُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرِحُوا بِشَيْءٍ لَمْ أَرَهُمْ فَرِحُوا بِشَيْءٍ أَشَدَّ مِنْهُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلُ يُحِبُّ الرَّجُلَ عَلَى الْعَمَلِ مِنْ الْخَيْرِ يَعْمَلُ بِهِ وَلَا يَعْمَلُ بِمِثْلِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“Aku melihat para sahabat Rasulullah Saw. bergembira karena sesuatu, yang aku belum pernah melihat mereka bergembira melebihi hal itu” Kemudian salah seorang dari sahabat Nabi berkata, “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki menyukai seseorang karena amal baik yang ia kerjakan, namun ia tidak bisa melakukan yang serupa?” Lalu Rasulullah Saw. bersabda: “Seseorang itu akan bersama orang yang disukainya.” (HR. Abu Daud)

Penjelasan Hadis

Abu al-Tayyib Muhammad Syams al-Haqq dalam kitabnya Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud menjelaskan maksud dari sabda Rasulullah di atas. Yaitu orang yang mencintai suatu golongan dengan ikhlas, maka ia akan termasuk di dalamnya, meskipun ia tidak beramal seperti apa yang mereka amalkan. Ini karena adanya ikatan batin atau kedekatan hati di antara mereka.

Seringkali rasa cinta itu mendorong seseorang untuk meneladani perilaku golongan yang dicintainya. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk mencintai orang-orang saleh dan terpilih. Dengan harapan kita dapat mengikuti mereka, menapaki jejak mereka, dan selamat dari api neraka (mendapatkan syafaat karena rasa cinta kepada mereka).

Dalam hadis lain, Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari bahwa Anas bin Malik ra. pernah berkata:

بَيْنَمَا أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَارِجَانِ مِنْ الْمَسْجِدِ فَلَقِيَنَا رَجُلٌ عِنْدَ سُدَّةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا فَكَأَنَّ الرَّجُلَ اسْتَكَانَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“Ketika aku dan Nabi  Saw. keluar dari masjid, kami menemui seseorang di gerbang masjid dan ia bertanya; ‘Ya Rasulullah, kapan hari kiamat tiba?’ Nabi menjawab, “Apa yang telah kau persiapkan?” Rupanya orang tadi berusaha menenangkan diri lantas mengatakan; ‘Ya Rasulullah, saya tidak mempersiapkannya dengan banyak puasa, banyak shalat dan banyak sedekah, hanya aku cinta Allah dan rasul-Nya,’ maka Nabi bersabda; “Engkau bersama orang yang kau cintai”

Kesimpulan Hadis

Dari kedua hadis di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan cinta bukanlah hal yang remeh. Namun, selayaknya cinta itu ditunjukkan untuk orang yang tepat. Cinta yang paling tinggi dan agung adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian mencintai para auliya dan ulama (orang yang dekat dengan Allah Swt). Meskipun kita tidak mampu beramal seperti mereka, setidaknya kita memiliki rasa cinta kepada mereka. Karena kelak yang mencinta akan bersama dengan yang dicinta di akhirat nanti.

Puisi Imam as-Syafi’i

Imam Syafi’i berkata dalam karyanya Mawa’idh Imam Syafi’i:

أُحِبُّ الصَّـالِحِينَ وَلَسْتُ مِنْـهُمْ                     لَعَلِّي أَنْ أَنَـالَ بِـهِـمْ شَـفَاعَــــهْ

وَأَكْرَهُ مَنْ بِضَـاعَتُـهُ الْمَعَـاصِي                    وَإِنْ كُـنَّـا سَـوَاءً فِي الْبِـضَـاعَـــهْ

وَأَكْرَهُ مَنْ يُضِـيعُ الْعُمْرَ لَـهْـواً                     وَلَوْ كُـنْـتُ امْرَءاً جَـمَّ الإِضَـاعَـــهْ

Aku mencintai orang-orang sholeh meskipun aku bukan termasuk di antara mereka. Semoga  bersama mereka aku bisa mendapatkan syafa’at kelak.

Aku membenci para pelaku maksiat meskipun aku tak berbeda dengan mereka.

Aku membenci orang yang membuang usianya dalam kesia-siaan walaupun aku sendiri adalah orang yang banyak menyia-nyiakan usia.

Semoga kelak kita bersama dengan orang-orang yang kita cintai dan mendapatkan syafaat dan keberkahan dari orang-orang yang saleh. Aamiin.

Wallahu a’lam.

By Shafira Assalwa

Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences