hati

majalahnabawi.com – Cinta kepada Allah di dalam hati seseorang akan mengugguli yang lain dan akan lebih banyak menghirup kebahagiaan dari penglihatan ini, dibanding orang yang di dalam hatinya cinta itu tidak sedemikian unggul; seperti hanya dua manusia yang memiliki pandangan yang tajam, ketika ia menatap wajah yang elok, maka orang tersebut yang telah mencintai pemilik wajah akan lebih berbahagia dalam menatap orang yang tidak mencinta.

Agar dapat menikmati kebahagiaan yang sempurna, pengetahuan tanpa didasari cinta belumlah cukup. Cinta kepada Allah tidak dapat memenuhi hati manusia, sebelum ia disucikan dari cinta akan dunia. Karena hanya akan ada dua jenis cinta di dunia ini, cinta kepada Allah dan cinta karena-Nya. Cinta selain keduanya, hanyalah fana.

Definisi Cinta

Seluruh muslim sepakat bahwa mencintai Allah adalah kewajiban. Dalam kitab Kimiya al-Sa’adat (kimia kebahagiaan) yang merupakan ringkasan dari karya monumental Imam al-Gazali, Ihya Ulumiddin membahas mengenai sifat esensial cinta. Cinta bisa didefinisikan sebagai suatu kecendrungan kepada sesuatu yang menyenangkan. Hal ini nampak nyata dalam indra kita. Masing-masing indra mencintai segala sesuatu yang memberinya kesenangan. Tetapi orang yang mata hatinya terbuka untuk melihat keindahan dan kesempurnaan Allah akan meremehkan semua penglihatan-penglihatan luar, betapa pun indahnya tampak semua itu.

Jika prinsip-prinsip yang dapat kita terapkan, maka kita akan menyadari bahwa Allah saja lah yang patut dicintai. Hasan Basri sering berkata: “Orang yang mengenal Allah akan mencintai-Nya dan orang yang mengenal dunia akan membenci-Nya.”

Jika seseorang tidak mencintai Allah, maka hal itu disebabkan tidak mengenali-Nya. Seperti halnya kita mencintai kebaikan pada diri seseorang karena semua itu cerminan dari kebaikan-Nya. Karena alasan ini, kita mencintai Nabi Muhammad Saw, beliau adalah orang yang berilmu, bertakwa dan benar-benar penuh kecintaan kepada Allah.

Imam al-Gazali juga membahas dalam karya beliau Kimiya al-Sa’adat sebab-sebab yang dapat membangkitkan kepada kecintaan:

Mencintai Diri

Sebab pertama, kecintaan seseorang kepada dirinya dan kesempurnaan sifatnya sendiri. Mencintai diri sendiri membawanya langsung pada kecintaan kepada Allah, karena keadaan asasi dan sifat-sifat manusia tidak lain adalah anugerah-Nya. Karena kebaikan-Nya lah, manusia tampil dari balik tirai kefanaan dunia kasat mata ini. Pemeliharaan dan pencapaian kesempurnaan manusia juga sama sekali bergantung pada kemurahan Allah. Sungguh aneh, jika seseorang mencari pohon untuk berlindung dari sinar matahari akan tetapi tidak bersyukur pada pohon yang tanpanya tidak akan pernah ada bayangan sama sekali agar berlindung dari panasnya matahari. Manusia tidak akan pernah maujud (ada) dan mempunyai sifat-sifat kalau bukan karena Allah.

Cinta Kepada Orang Yang Berjasa

Sebab kedua, kecintaan ini adalah kecintaan manusia kepada sesuatu yang berjasa kepadanya. Sebenarnya lah satu-satunya yang berjasa kepadanya hanyalah Allah. Kebaikan apapun yang diterima seseorang semua itu disebabkan oleh dorongan langsung dari pemilik kebaikan. Segala bentuk motif yang menggerakkan seseorang memberikan kebaikan kepada orang lain, apakah itu nama baik atau pahala, semua itu Allah yang memperkejakan motif tersebut.

Sebab ketiga, adalah kecintaan yang akan terbangkitkan karena perenungan terhadap kebijakan dan kekuasaan-Nya, yang jika dibandingkan dengan semuanya itu kekuasaan dan kebijakan manusia tidak lebih daripada cerminan-cerminan yang paling remeh. Kecintaan ini mirip dengan cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang pada masa lampau, seperti Imam Malik dan Imam al-Syafi’i, meskipun kita tidak pernah mengharap untuk menerima keuntungan pribadi dari mereka. Oleh karenanya, cinta merupakan jenis cinta yang lebih, tak lagi berpamrih.

Selain itu, kecintaan kita kepada orang-orang yang berilmu juga bertakwa adalah kecintaan benar-benar kepada Allah. Zikrullah mestilah secara otomatis terus tetap tegar dalam hati manusia.

Berikut adalah do’a yang Rasulullah ajarkan kepada sahabatnya agar dapat senantiasa mencintai Allah:

اللهمّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ

Wahai Allah, aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu. (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243)

Semoga kita semua senantiasa mencintai Allah, cinta terhadap orang-orang yang mencintai Allah dan melakukan amalan yang mendekatkan diri kita kepada Allah.