Menilik Peran Agama dalam Mewujudkan Kedamain
Majalahnabawi.com – Barang kali sesuatu yang sudah biasa atau mungkin sudah disampaikan bahwa agama selalu menyerukan perdamaian, menciptakan ketenangan bagi para pemeluknya. Dengan menjalankan segala yang diperintahkan sesuai ajarannya. Sekaligus menghormati perbedaan agama pada masyarakat yang ada.
Namun jika dilihat kembali, ternyata masih banyak pula kekerasan yang dilakukan oleh penganut agama. Dengan membuat keributan, kerusuhan dan bahkan kerusakan. Tak jarang hal tersebut malah disandarkan kepada ajaran agama tertentu. Seolah memang agamanya mengajarkan kekerasan bagi pemeluk-pemeluknya. Maka tidak heran, jika terkadang kekerasan dan kurusuhan tersebut dianggap benar oleh pelakunya.
Apakah Agama Mengajarkan Kekerasan?
Maka orang-orang mulai mempertanyakan kembali terkait peran agama. apakah agama hadir kepada manusia untuk menciptakan kerusakan, kekerasan dan kurusuhan bagi umat manusia? Jika benar, lalu apa gunanya seorang beragama jika harus menghancurkan kodrat manusia yang seharusnya saling mencintai.
Dalam beberapa hal, pembunuhan juga dijadikan ajang kontestasi dan prestasi. Menjadi bahan pasaran di kalangan kelompok tertentu. Bahkan sampai mendapatkan apresiasi atas pembunuhan tersebut. dengan melandasi argumennya dengan dalih ajaran agama. Menjadikan agama sebagai alasan untuk menghalalkan perilaku yang tidak memiliki kemanusiaan.
Menjadikan agama sebagai tameng memang sangat ampuh di negara besar, termasuk Indonesia. setiap orang yang tidak sepakat akan dilabeli dengan anti agama. agama yang awalnya merupakan sebuah keyakinan, berubah menjadi sebuah komoditas kekerasan, agama yang lahir untuk menebar kedamaian, malah menjadi aksi kekerasan.
Belum lagi kelompok yang mengatasnamakan bela agama. Yang sebenarnya didorong dengan rasa superior dari yang lainnya, merasa menjadi sebuah mayoritas yang tidak boleh dihalangkan segala tujuan dan kegiatannya. Bapak pluralisme yaitu Gusdur juga seorang presiden yang sangat berpengaruh bagi kedamaian agama, pernah berkata “jargon memperjuangkan agama Islam sebenarnya memperjuangkan suatu agenda politik tertentu, dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata, langkah ini sangat ampuh karena siapapun yang melawan akan dituduh anti agama”, begitulah dogma yang ada saat ini. Agama menjadi landasan serta rujukan untuk menciptakan kekerasan.
Agama Islam memiliki nilai yang amat baik bagi manusia. Salah satu yang menjadi makna Islam sendiri yaitu kedamaian. maka dengan nilai tersebut, seharusnya tidak ada kekerasan dengan dalih agama. Karena tidak sesuai dan sejalan dengan ajaran agama. Terkhusus agama Islam itu sendiri.
Kekerasan Yang Mengatasnamakan Agama
Dampak dari kekerasan yang mengatasnamakan agama, akan merusak dan menodai agama itu sendiri. Bagaimana bisa sebuah kekerasan yang tidak manusiawi, harus disandarkan kepada agama yang mengajarkan perdamaian. Seolah agama memang mengajarkan kekerasan bagi pemeluknya. Apakah itu bukan merupakan hinaan terhadap agama itu sendiri? Agama yang seharusnya diyakini untuk membawa manusia ke arah yang lebih baik, malah menjadi sebuah senjata untuk manusia itu sendiri.
Mungkin akan menjadi pertanyaan, mengapa banyak yang bersemangat dalam beragama, tapi tak jarang perjuangannya keluar dari ajaran agama tersebut. untuk pembahasan ini sedikitnya ada beberapa aspek yang seharusnya bisa perhatikan dan diamalkan bagi para pemeluk agama.
Iman dan Ilmu
Seseorang yang beriman kepada ajaran dan Tuhannya. Ia meyakini seperangkat ajarannya sekaligus nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Beriman berarti percaya bahwa ajaran tersebut dapat membawa manusia ke arah yang lebih baik. Bukan malah sebaliknya, menjadi poros kebencian dan kekerasan. Ini berlaku pada seluruh agama, bahwa keselamatan dan kedamaian merupakan nilai yang dibawa oleh agama.
Iman terhadap sebuah ajaran, bukan hanya menjadi kebutuhan pribadi yang tidak dapat dirasakan oleh sekitarnya. Iman merupakan hal yang abstrak, tentu bukan sebuah materialis ataupun benda yang dapat dilihat secara empiris. Tapi nilai dan ajaran pada sebuah agama, bisa diterapkan melalui tindakan. Sehingga masyarakat sekitar bisa merasakan nilai dari kehadiran sebuah agama. Jika iman hanya melahirkan kepecayaan semata, tanpa ada konsisten untuk menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan, maka hal tersebut hanya akan menjadi sia-sia. Dengan kata lain, harus ada koherensi antara sesuatu yang diyakini, nilai-nilai yang diperoleh, dan perilaku keseharian.
Untuk menerapkan sesuatu yang diyakini, seseorang harus memiliki ilmu pengetahuan tentang agamanya. Tidak hanya semangat beragama, pengetahuan tentang agama perlu juga untuk dipelajari. Karena semangat saja tidak cukup untuk menerapkan nilai agama. Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas apa yang dilakukan. Kekerasan atas nama agama, sering terjadi dikarenakan pelaku tidak mendalami esensi agama itu sendiri.
Agama tidak mengajarkan kekerasan, tapi tanpa ilmu. Bisa saja pemeluk agama melakukan kekerasan, kemudian melegitimasi perilakunya dengan membawa dalih agama. Maka adanya ketidak selarasan antara iman dengan amal. Karena seharusnya agama bisa membawa manusia kepada kedamaian.
Agama Sebagai Jalan Kedamaian
Pada abad ke-21 ini, agama tidak bisa hanya diyakini saja, tanpa ada tindakan nyata. Agama harus bisa menjawab segala permasalahan yang timbul seiring perkembangan zaman. Bukan lagi sebagai dogma buta, yang hanya bisa memberikan kontribusi dengan kalimat “Pokoknya” tanpa ada kejelasan yang rasional. Dengan iman yang baik juga ilmu yang mumpuni, maka pemeluk agama bisa merealisasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan nyata. interpretasi ajaran agama tentang diskriminasi terhadap perempuan, juga harus dilakukan perubahan. Karena Tuhan tidak pernah mendiskriminasi hambanya melalui gender, namun mereka yang bertakwa dan beramal baik lah yang mendapatkan tempat di sisi-Nya.
Kita perlu mengajarkan dan mendidik anak, kerabat, pemeluk dan masyarakat tentang agama kedamaian. karena pendidikan merupakan sebuah penyadaran dari segala buntuk kebodohan. Pendidikan yang berpijak kepada paradigma “agama kedamaian” adalah upaya membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan dalam memahami agama. Agama diturunkan untuk manusia, dan kekerasan merupakan hal yang bertentangan dengan kemanusiaan.