Majalahnabawi.com – Bulan Rajab merupakan bagian dari asyhurul hurum yang di dalamnya terdapat sebuah peristiwa besar dalam sejarah Islam, yaitu Isra’ dan Mi’raj. Sebagaimana lazimnya diketahui oleh semua orang, Isra’ dan Mi’raj umumnya diperingati pada tanggal 27 Rajab karena populernya Isra dan Miraj terjadi pada tanggal tersebut.

Bahkan negara secara khusus menyediakan libur Isra’ dan Mi’raj secara nasional setiap tahun pada tanggal Masehi yang bertepatan dengan tanggal 27 Rajab. Lantas, apakah bisa dipastikan jika peristiwa besar dalam sejarah Islam tersebut memang benar-benar terjadi pada tanggal tersebut?

Perbedaan Pendapat Kapan Terjadinya Isra’ Mi’raj

Para ulama berbeda pendapat terkait waktu terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini. Sofiyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitabnya Rakhiqul Makhtum menyebutkan enam pendapat yang menjelaskan waktu terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Hal ini didukung oleh al-Aini dalam kitabnya Umdah al-Qari dan al-Nawawi dalam kitabnya al-Minhaj menyebutkan beberapa tanggal terjadinya Isra’ dan Mi’raj.

Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tahun ke-2 setelah diutusnya Nabi Muhammad sebagai nabi.

Kedua, Isra dan Miraj terjadi pada tahun ke-5 setelah diutusnya nabi. Pendapat ini diamini oleh al-Nawawi dan al-Qurthuby.

Ketiga, pendapat yang dipilih oleh al-Manshur Faury, yakni pendapat yang lumrah dan populer di kalangan masyarakat, 27 Rajab tahun ke-10 setelah diutusnya Nabi.

Keempat, pendapat imam al-Baihaqi yang mengutip pendapat al-Zuhri, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada Rabi’ul Awal tahun ke-13 setelah diutusnya nabi, yakni satu tahun sebelum hijrahnya Nabi ke Madinah.

Kelima, menurut pendapat al-Sadi, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada 19 bulan sebelum peristiwa Hijrah, yakni bertepatan dengan bulan Dzul Qa’dah.

Keenam, menurut al-Harby, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rabiul Akhir satu tahun sebelum hijrahnya Nabi.

Ketujuh, pada bulan Ramadhan tahun ke-12 setelah kenabian, yakni 16 bulan sebelum hijrahnya Nabi.

Kedelapan, pada bulan Muharram 13 tahun setelah kenabian, yaitu bertepatan dengan satu tahun dua bulan sebelum hijrahnya nabi.

Hadis Tentang Isra’ Mi’raj

Hadis tentang isra’ dan mi’raj terdapat dalam kitab al-Lu’lu wa al-Marjan, jilid 1, bab iman, nomor hadis 102, halaman 35:

ُ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ : قَالَ كَانَ أَبُو ذَرٍّ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فُرِجَ عَنْ سَقْفِ بَيْتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ فَنَزَلَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَجَ صَدْرِي، ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَم،َ ثُمَّ جَاءَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيمَانًا فَأَفْرَغَهُ فِي صَدْرِي ثُمَّ أَطْبَقَهُ، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَلَمَّا جِئْتُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ جِبْرِيلُ لِخَازِنِ السَّمَاءِ، افْتَحْ، قَالَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا جِبْرِيلُ. قَالَ، هَلْ مَعَكَ أَحَدٌ؟ قَالَ: نَعَمْ، مَعِي مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ، أُرْسِلَ إِلَيْهِ، قَالَ: نَعَمْ، فَلَمَّا فَتَحَ عَلَوْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا، فَإِذَا رَجُلٌ قَاعِدٌ عَلَى يَمِينِهِ أَسْوِدَةٌ، وَعَلَى يَسَارِهِ أَسْوِدَةٌ إِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَسَارِهِ بَكَى، فَقَالَ: مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، وَالِابْنِ الصَّالِحِ قُلْتُ لِجِبْرِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَال: هَذَا آدَمُ، وَهَذِهِ الْأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ، فَأَهْلُ الْيَمِينِ مِنْهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ، وَالْأَسْوِدَةُ الَّتِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ النَّارِ، فَإِذَا نَظَرَ عَنْ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى، حَتَّى عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَقَالَ لِخَازِنِهَا: افْتَحْ، فَقَالَ لَهُ خَازِنِهَا مِثْلَ مَا قَالَ الْأَوَّلُ، فَفَتَحَ، قَالَ أَنَسٌ: فَذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ فِي السَّمَوَاتِ آدَمَ وَإِدْرِيسَ وَمُوسَى وَعِيسَى وَإِبْرَاهِيمَ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يُثْبِتْ كَيْفَ مَنَازِلُهُمْ، غَيْرَ أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ آدَمَ فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا، وَإِبْرَاهِيمَ فِي السَّمَاءِ السَّادِسَةِ، قَالَ أَنَسٌ: فَلَمَّا مَرَّ جِبْرِيلُ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِدْرِيسَ قَالَ: مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالْأَخِ الصَّالِحِ، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا إِدْرِيسُ، ثُمَّ مَرَرْتُ بِمُوسَى فَقَالَ: مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالْأَخِ الصَّالِحِ، قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا مُوسَى، ثُمَّ مَرَرْتُ بِعِيسَى فَقَالَ: مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ،قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا عِيسَى، ثُمَّ مَرَرْتُ بِإِبْرَاهِيمَ فَقَالَ: مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالِابْنِ الصَّالِحِ، قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ :هَذَا إِبْرَاهِيمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ابْنُ شِهَابٍ: فَأَخْبَرَنِي ابْنُ حَزْمٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ وَأَبَا حَبَّةَ الْأَنْصَارِيَّ كَانَا يَقُولَانِ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثُمَّ عُرِجَ بِي حَتَّى ظَهَرْتُ لِمُسْتَوَى أَسْمَعُ فِيهِ صَرِيفَ الْأَقْلَامِ، قَالَ ابْنُ حَزْمٍ وَأَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً، فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ حَتَّى مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ: مَا فَرَضَ اللَّهُ لَكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: فَرَضَ خَمْسِينَ صَلَاةً، قَالَ: فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى قُلْتُ: وَضَعَ شَطْرَهَا، فَقَالَ: رَاجِعْ رَبَّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ، فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا، فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ، فَرَاجَعْتُهُ فَقَالَ: هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ، رَاجِعْ رَبَّكَ، فَقُلْتُ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي، ثُمَّ انْطَلَقَ بِي حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ، فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ.

Artinya: Riwayat Anas bin Malik berkata, Abu Dzar menceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Saat aku di Mekah, atap rumahku terbuka, tiba-tiba datang Malaikat Jibril As. Lalu dia membelah dadaku, kemudian mencucinya dengan menggunakan air zamzam. Dibawanya pula bejana terbuat dari emas berisi hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan menutupnya kembali. Lalu dia memegang tanganku dan membawaku menuju langit dunia.

Perjalanan Ke Langit

Tatkala aku sudah sampai di langit dunia, Jibril As berkata kepada Malaikat penjaga langit, ‘Bukalah’. Malaikat penjaga langit berkata, ‘Siapa Ini? ‘ Jibril menjawab, ‘Ini Jibril’. Malaikat penjaga langit bertanya lagi, ‘Apakah kamu bersama orang lain? ‘ Jibril menjawab, “Ya, bersamaku Muhammad Saw. Penjaga itu bertanya lagi, ‘Apakah dia diutus sebagai Rasul?’ Jibril menjawab, ‘Benar.’ Ketika dibuka dan kami sampai di langit dunia, ketika itu ada seseorang yang sedang duduk, di sebelah kanan orang itu ada sekelompok manusia begitu juga di sebelah kirinya. Apabila dia melihat kepada sekelompok orang yang di sebelah kanannya ia tertawa, dan bila melihat ke kirinya ia menangis. 

Lalu orang itu berkata, ‘Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia? ‘ Jibril menjawab, “Dialah Adam As, dan orang-orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah ruh-ruh anak keturunannya. Mereka yang ada di sebelah kanannya adalah para ahli surga sedangkan yang di sebelah kirinya adalah ahli neraka. Jika dia memandang ke sebelah kanannya dia tertawa dan bila memandang ke sebelah kirinya dia menangis.’

Kemudian aku dibawa menuju ke langit kedua, Jibril lalu berkata kepada penjaganya seperti terhadap penjaga langit pertama. Maka langit pun dibuka’.” Anas berkata, “Kemudian Nabi Saw menyebutkan bahwa pada tingkatan langit-langit itu beliau bertemu dengan Adam, Idris, Musa, Isa dan Ibrahim. Beliau tidak menceritakan kepadaku keberadaan mereka di langit tersebut, kecuali bahwa beliau bertemu Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.” 

Anas melanjutkan, “Ketika Jibril berjalan bersama Nabi Saw, ia melewati Idris. Maka Idris pun berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia? ‘ Jibril menjawab, ‘Dialah Idris.’ Lalu aku berjalan melewati Musa, ia pun berkata, ‘Selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shalih.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia? ‘ Jibril menjawab, ‘Dialah Musa.’ 

Kemudian aku berjalan melewati Isa, dan ia pun berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia? ‘ Jibril menjawab, ‘Dialah Isa.’ Kemudian aku melewati Ibrahim dan ia pun berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan anak yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia? ‘ Jibril menjawab, ‘Dialah Ibrahim As.’ Ibnu Syihab berkata, Ibnu Hazm mengabarkan kepadaku bahwa Ibnu Abbas dan Abu Habbah al-Anshari keduanya berkata, “Nabi Saw bersabda: “Kemudian aku dimi’rajkan hingga sampai ke suatu tempat yang aku dapat mendengar suara pena yang menulis.” Ibnu Hazm berkata, “Anas bin Malik menyebutkan, “Nabi Saw bersabda: “Kemudian Allah ‘Azza Wajalla mewajibkan kepada umatku shalat sebanyak 50 kali.

Menawar Jumlah Shalat Fardlu

Maka aku pergi membawa perintah itu hingga aku berjumpa dengan Musa, lalu ia bertanya, ‘Apa yang Allah perintahkan buat umatmu? ‘ Aku jawab: ‘Shalat 50 kali.’ Lalu dia berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tidak akan sanggup! ‘ Maka aku kembali dan Allah mengurangi setengahnya. Aku kemudian kembali menemui Musa dan aku katakan bahwa Allah telah mengurangi setengahnya. Tapi ia berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu karena umatmu tidak akan sanggup.’ Aku lalu kembali menemui Allah dan Allah kemudian mengurangi setengahnya lagi.’ 

Kemudian aku kembali menemui Musa, ia lalu berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tetap tidak akan sanggup.’ Maka aku kembali menemui Allah Ta’ala, Allah lalu berfirman: ‘Lima ini adalah sebagai pengganti dari lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku! ‘ Maka aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata, ‘Kembalilah kepada Rabb-Mu! ‘ Aku katakan, ‘Aku malu kepada Rabb-ku.’ Jibril lantas membawaku hingga sampai di Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kasturi.”

Dalil Isra’ dan Pejalanannya

Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Isra’ ayat 1 yang artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Isra’: 1)

Allah Swt. telah mengisra’kan (memperjalankan di waktu malam hari) Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram (di Mekah) ke Masjidil Aqsha artinya masjid yang jauh (di Palestina). Dahulunya orang biasa berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, ataupun menaiki kuda, keledai, unta dan sebagainya.

Perjalanan dari Mekah ke Palestina mengambil masa lebih kurang 40 hari. Ini adalah suatu perjalanan yang jauh, tetapi dengan kuasa Allah telah dilakukan dalam masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam saja. Bagi orang  dahulu, perjalanan yang demikian jauh jika dapat dilakukan dalam masa beberapa jam saja adalah suatu hal yang luar biasa dan  tidak dapat diterima oleh akal mereka. Oleh karena itu, mereka yang tidak beriman seperti Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya menggunakan peristiwa ini untuk menjatuhkan nama baik Nabi Muhammad Saw dengan menuduh beliau seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji lainnya.

Mereka yang beriman dapat menerimanya karena ia merupakan salah satu tanda dari kekuasaan Allah Swt yang telah pernah diberikan kepada para Rasul-Nya.

Dalam peristiwa ini, di samping Nabi melihat tentang kebesaran-kebesaran Allah, juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan peristiwa-peristiwa yang lain yang menakjubkan. Semua amatlah penting untuk dijadikan sebagai referensi renungan di tengah gelombang kehidupan yang semakin runyam dan begitu dahsyat. Hal yang paling utama ialah diwajibkannya sholat  lima waktu yang senantiasa kita jalankan sampai sekarang ini.