Majalahnabawi.com – Tersenyum tidak hanya membangun energi positif bagi para pelakunya. Lebih dari itu, sebuah senyuman tulus yang terukir di wajah seseorang dapat menyenangkan dan menenangkan hati orang lain yang melihatnya. Bahkan,  ajaran Islam menganjurkan para penganutnya untuk sering tersenyum, karena senyum itu sunnah dan sunnah itu ibadah.

Kita kerap kali mendengar ungkapan, “senyum adalah sedekah paling sederhana dan berpahala besar”. Pernyataan ini tidak sepenuhnya keliru sebab berkaitan erat dengan sabda Nabi Muhammad Saw, senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu [HR. Tirmidzi]. Keutamaan seorang Muslim untuk tersenyum jelas disampaikan secara lisan oleh Rasulullah Saw. Dan, kita telah ketahui bersama, bahwa sedekah berbuah pahala.

Antara agama dan budaya, hadis Nabi Muhammad Saw berjenis perkataan (qaul) ini masuk ke dalam ranah sunnah. Sementara sunnah merupakan ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan. Maka dari itu, senyum adalah ibadah paling murah dan sederhana untuk dilakukan semua kalangan.

Menyebarkan Ajaran Islam dengan Ramah

Tidak hanya mengajarkan kepada pengikutnya untuk tersenyum, Rasulullah SAW sendiri merupakan seorang pemimpin (baik di dunia, maupun di akhirat) yang murah senyum. Sebagaimana yang disampaikan sahabat Abdullah bin al-Harits, bahwa ia tidak pernah menemukan seseorang yang tersenyum sebanyak Nabi Muhammad Saw.

Sejalan dengan pengakuan sahabat Abdullah bin al-Harits, sahabat Jarir ibn Abdillah berkata,  “Rasulullah Saw tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam dan beliau tidak pernah memandangku, kecuali dalam keadaan tersenyum.”

Hadis di atas membuktikan, bahwa dalam menyebarkan dakwah Islam, Rasulullah tidak membedakan antara perkataan dan perbuatan. Hal ini kemudian disajikan oleh KH. Ali Mustafa Yaqub, sebagai salah satu dari tujuh kode etik dakwah Islam. Fenomena sejumlah pendakwah zaman sekarang yang perilakunya bertentangan dengan apa yang disampaikannya menjadi latar belakang dirumuskannya kode etik tersebut. Terlepas dari hal itu, senyum adalah ibadah yang menjadi ciri khas muslim sejati. 

Membangun Relasi Baik dengan Senyuman Ikhlas

Tak dapat dipungkiri, sedekah tanpa rupiah ini menjadi obat ampuh untuk menanggulangi krisis moral di kalangan masyarakat masa kini. Di saat kaum muslim Tanah Air lebih memerhatikan kehidupan dunia maya, senyum adalah solusi efektif untuk membangun relasi yang baik dengan orang-orang nyata di sekitarnya. Bukan senyum yang dipaksakan, tetapi senyum ikhlas yang timbul berkat rasa syukur atas segala pemberian Yang Maha Kuasa.

 Meski demikian, bukan hanya senyum yang dianjurkan Nabi Saw. Melalui sabdanya, beliau menyampaikan secara tersirat kepada umat Islam untuk bersikap ramah. Terbukti dari perkataan sahabat Jarir ibn Abdillah, “Rasulullah SAW tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam”. Betapa pun sibuknya beliau memperbaiki tradisi menyimpang dampak dari masa jahiliyah, Rasulullah Saw selalu membuka rumahnya (open house) atau mempersilahkan siapa saja yang hendak berkonsultasi atau sekadar bertemu dengannya.

Dari sinilah, Islam sebagai agama moral atau agama sumber nilai-nilai moral manusia kental terasa. Pandangan ini tentu saja berangkat dari hadis shahih, Nabi Saw bersabda, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia [HR Bukhari].

Dengan demikian, murah senyum dan bersikap ramah terhadap orang lain merupakan ibadah sekaligus solusi efektif untuk menanggulangi krisis moral di kalangan masyarakat muslim. Tersenyumlah, karena senyuman tidak hanya menguntungkanmu, tetapi juga orang-orang di sekitarmu.