hadis

MajalahNabawi.com– Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi. Komunikasi yang baik dengan orang lain akan menciptakan sikap saling memahami satu sama lain. Sikap saling memahami ini tidak akan terwujud tanpa mengetahui latar belakang seseorang dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Terlebih dalam memahami Hadis Rasulullah Saw, mengetahui asbabul wurud atau latar belakang munculnya suatu sabda Nabi menjadi suatu keharusan.

Pahami Dulu Latar Belakangnya

Alkisah, ada sepasang suami istri yang menghabiskan lima tahun mahligai rumah tangganya dengan rasa kesal dan frustasi. Baik sang istri maupun suami tidak pernah menemukan titik temu dalam masalah keuangan keluarga.

Sang suami tidak mengerti mengapa sang istri selalu ingin menabung setengah dari penghasilan yang mereka peroleh. Segala sesuatu harus serba irit, bahkan istrinya melarang sang suami untuk membeli sesuatu selain yang bersifat kebutuhan saja. Sebaliknya, sang istri juga tidak mengerti mengapa sang suami suka dengan mudah membelanjakan uangnya. Sang istri menilai suaminya sangat boros, sekalipun yang dibeli suaminya adalah barang untuk sang istri juga. Akhirnya, tak ada pihak yang merasa dimengerti.

Masalah yang sebenarnya sederhana ini dapat dengan mudah dilerai jika saja keduanya rela untuk sejenak membuang egonya masing-masing. Kemudian memulai untuk mencari tahu dan mendengarkan satu sama lain.

Sang suami akhirnya belajar bahwa alasan sang istri sangat suka menabung karena adanya trauma masa lalu yang menimpa keluarganya. Ia pernah berada di masa-masa sulit karena ayahnya bangkrut. Sang istri ingin berinvetasi untuk mengantisipasi hal-hal buruk terjadi juga pada keluarga kecilnya.

Sementara itu, sang istri juga belajar bahwa alasan sang suami senang membelajakan uangnya karena sang suami merasa malu tidak mampu “menyenangkan sang istri” seperti yang ayahnya lakukan terhadap ibunya. Ketika keduanya saling mengetahui, rasa kesal yang sudah tertanam lama seketika berubah menjadi rasa simpati. Pasangan tersebut akhirnya memiliki pendapatan dan pengeluaran yang seimbang.

Ilustrasi di atas hanyalah satu dari banyak kasus kesalahpahaman yang terjadi akibat ketidaktahuan sebab-musabab orang lain melakukan sesuatu. Namun, bukan kisah kesalahpahaman suami istri di atas yang menjadi tema utama dalam tulisan ini. Melainkan kasus yang lebih penting yang mana jika kita tidak mengetahui asbab-nya, maka kita akan salah paham terhadap maksud dari perkataan maupun perbuatan Nabi kita tercinta, yakni Rasulullah Saw.

Asbab Wurudil Hadis

Salah satu media untuk memahami Hadis Nabi Saw. adalah dengan mengetahui asbab wurudil hadis atau latar belakang kemunculan suatu Hadis. KH. Ali Mustafa Yaqub dalam bukunya “Cara Benar Memahami Hadis” memasukan pembahasan tentang asbabul wurud dalam bab Pemahaman Tekstual dan Kontekstual Hadis. Beliau mengatakan bahwa terkadang maksud dari sebuah Hadis adalah kandungan Hadis secara tekstual, sehingga pemahaman dan pengamalannya cukup secara tekstual. Terkadang maksud dari sebuah Hadis adalah kandungan kontekstualnya, sehingga pemahaman dan pengamalannya harus secara kontekstual pula. Di samping itu, meskipun sudah cukup dengan pemahaman secara tekstual, namun dengan mengetahui latar belakang atau motif kemunculannya, kita akan lebih mengerti apa sebenarnya maksud Rasulullah Saw.

Adapun definisi asbabul wurud menurut Yahya Ismail Ahmad, adalah:

ما ورد الحديث أيام وقوعه

“Suatu kejadian yang mengiringi sebuah Hadis pada masa terjadinya kejadian tersebut,”

Salah satu fungsi dari asbabul wurud dalam suatu Hadis adalah memberikan pemahaman secara utuh dan mengungkap alasan di balik suatu hukum. Dengan mengetahui asbabul wurud pula, seseorang dapat mengenal sosok Rasulullah lebih dalam melalui sabda-sabdanya. Hal tersebut membuat pembaca sabda Rasulullah tidak hanya fokus terhadap produk hukum atau pokok ajaran dari suatu Hadis, namun juga mampu melihat dalam konteks yang bagaimana atau apa sebenarnya motif Rasulullah saat mengucapkan Hadis tersebut.

Jawaban Salam kepada Non-Muslim

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa bila ada seorang non-Muslim mengucapkan salam kepada seorang Muslim, maka seorang Muslim tidak boleh menjawabnya dengan utuh sebagaimana yang dilakukannya kepada sesama muslim, namun hanya boleh menjawab dengan ucapan “wa ‘alaikum”. Sekilas, riwayat ini mungkin sudah cukup dipahami hanya dengan melihat tekstual sebagian hadisnya saja. Dan jawaban “wa’alaikum” tersebut bisa jadi terkesan hanya basa-basi, padahal tidak.

Maka dari itu, untuk mengungkap alasan mengapa Rasulullah Saw. bersabda demikian kita perlu mengetahui asbabul wurud Hadis tersebut dalam versi teks lengkapnya. Imam Muslim meriwayatkan dalam kitabnya Shahih Muslim. Berikut adalah riwayatnya:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ اسْتَأْذَنَ رَهْطٌ مِنْ الْيَهُودِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكُمْ فَقَالَتْ عَائِشَةُ بَلْ عَلَيْكُمْ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ قَالَتْ أَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا قَالَ قَدْ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ

“Dari Aisyah ia berkata, “Serombongan orang-orang Yahudi meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah Saw. lalu mereka mengucapkan, ‘Assaamu ‘alaikum (kematian semoga menimpamu).’ Aisyah menjawab, ‘Bal ‘alaikumus saam wal la’nah (Sebaliknya, semoga kematian dan laknat menimpa kalian!)’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, ‘Wahai, Aisyah! Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua perkara.’  Aisyah membantah, ‘Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?’ Rasulullah Saw. berkata, ‘Ya, aku mendengar dan aku telah menjawabnya, wa’alaikum (semoga menimpa kalian…)” (HR Muslim)

Dalam hadis di atas, tampak jelas sababul wurud atau latar belakang ungkapan “wa ‘alaikum” sebagai jawaban atas ucapan salam dari non-Muslim. Yaitu sikap tidak sopan orang Yahudi terhadap Nabi. Mereka mengolok-olok ucapan salam dan mengubahnya menjadi perkataan yang buruk. Dan tatkala Aisyah membalas mereka dengan perkataan yang setimpal bahkan lebih, Rasulullah menegurnya dan berkata “Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua perkara.” Kemudian Rasulullah hanya membalasnya dengan ungkapan “wa ‘alaikum”.

Ternyata ini bukan sekedar basa-basi, melainkan bentuk kelembutan, kelapangan hati, dan sopan santun Rasulullah Saw. terhadap orang-orang Yahudi yang telah menyakitinya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui asbabul wurud suatu Hadis agar kita bisa memahami Hadis dengan utuh. Sebagaimana pentingnya asbabun nuzul dalam menafsirkan dan memahami ayat-ayat dalam al-Quran.

Wallahu a’lam…

By Shafira Assalwa

Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences